Gambar Raden Fatah (Foto:ganaismalika.com)

Demak merupakan kerajaan pertama yang menjadi pelopor penyebaran Islam di Jawa dan juga Nusantara. Raden Fatah merupakan pendiri Kerajaan Demak yang kemudian menjadi raja pertama Kesultanan Demak. Sejumlah sumber sejarah menyebutkan ia merupakan putra dari Prabu Brawijaya V, seorang raja Majapahit. Meskipun asal usulnya masih diperdebatkan hingga saat ini.

Dalam salah satu cuplikan di video berbagai channel YouTube, sejarawan dan budayawan Indonesia, Ridwan Saidi, memaparkan bahwa Raden Fatah merupakan seorang Yahudi. Ia pun mempertahankan pendapatnya ketika dikonfirmasi oleh Republika.co.id. Pernyataan Ridwan Saidi ini menimbulkan polemik di tengah masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim.

Ridwan Saidi menuturkan bahwa Raden Fatah itu Yahudi bar-bar. Ini panjang ceritanya, Bermula dari kemenangan Ottoman merebut Konstantinopel pada 1453 Masehi. Menurut Ridwan, pernyataan Raden Fatah yang merupakan Yahudi bar-bar itu ada di dalam buku Ferdinand Mendespito.

Menurut Babe, sapaan akrab Ridwan, buku berbentuk laporan perang tersebut menceritakan Perang Pasuruan melawan Pasukan Yahudi. Jadi ia beranggapan itu bukan buku karangan, tapi laporan perang.

Lebih lanjut Ridwan memaparkan, ketika Islam Ottoman menguasai Konstantinopel, perdaganganYahudi hancur karena dikuasai juga oleh Islam. Hingga akhirnya pihak Katolik dalam hal ini Kerajaan Portugal memikirkan sebuah cara untuk menghindari keributan antara Islam melawan Yahudi terkait perdagangan internasional tersebut. Bukti dan alasan pendukung itu berdasar kesaksian Ferdinand Mendespito, yang ditugaskan oleh Raja Portugal untuk menguntit pergerakan Pasukan Yahudi,

Ridwan menegaskan, Pate atau Raden Fatah itu merupakan orang yang sama dan ada di periode yang sama juga. Menurut dia, dalam buku karangan Ferdinand tersebut, juga jelas terpampang namanya.

Banyak  buku sejarah menyatakan Raden Fatah merupakan keturunan Tionghoa dan mendapat julukan Senapati Jinbun. Berdasarkan penjelasan dalam Kronik China dari Kuil Sam Po Konh Semarang, Raden Fatah memiliki nama Tionghoa yaitu Jin bun (orang kuat) tanpa nama marga.

Masyarakat Demak juga sangat mengecam serta mendesak Ridwan Saidi untuk mencabut pernyataannya tersebut. Selain dianggap menghina, pernyataan Ridwan soal raja Kesultanan Demak tersebut juga dituding sebagai bentuk penyelewengan terhadap sejarah Islam di Indonesia.

Salah satu tokoh masyarakat Demak, Kholid Muktiyono, mengungkapkan, pernyataan Ridwan Saidi tersebut sangat melukai warga Demak. Ia bahkan menuding pernyataan budayawan tersebut ‘ngawur’ .
Kholid pun mempertanyakan dasar pemikiran Ridwan Saidi hingga berani mengeluarkan pernyataannya yang menyebutkan Raden Fatah merupakan seorang Yahudi dan tidak pantas disebut dengan ‘raden’.

Menurut Khalid, masyarakat di Kabupaten Demak sangat tidak bisa menerima karena sosok Raden Fatah sangat dihormati. Selama ini masyarakat Demak menghormati sosok Raden Fatah karena tokoh sejarah ini merupakan pendiri Kesultanan Demak. Maka ia pun mengingatkan agar Ridwan sebagai seorang Budayawan Betawi agar tidak asal ngomong.

Sejarawan dan Guru Besar Sejarah UGM Djoko Surjo menyatakan, Sultan Demak bukan keturunan Yahudi. Para sejarawan, budayawan, arkeolog, dan ulama sepakat dan berketetapan hati bahwa Raden Fatah dan Sultan Trenggono adalah putra Nusantara asli. Hal itu berdasarkan bukti otentik baik catatan maupun peninggalan sejarah yang ada. Telah dibuktikan bahwa kedua penguasa Kerajaan Demak itu keturunan raja di Jawa.

Djoko Suryo mengatakan, berdasarkan bukti sejarah yang ada bahwa Raden Fatah merupakan Sultan Kerajaan Islam pertama Demak yang berkuasa pada tahun 1482 hingga 1515. Ia merupakan keturunan Raja Brawijaya V dengan ibu dari Campa dan dididik dan belajar agama oleh para sunan.

Sejarah panjang Kerajaan Demak, lanjut Djoko Suryo, dari mulai Kerajaan Mataram lama bernuansa Hindu Budha hingga lahir Raden Patah beserta keturunannya Sultan Trenggono. Secara nyata berdasarkan silsilah kedua sultan ini adalah keturunan raja Jawa.

Sebenarnya asal-usul Raden Fatah sampai saat ini masih menimbulkan kontroversi setiap sejarawan memiliki pendapat masing masing. Itu sebabnya untuk hal ini diperlukan penelitian lebih lanjut.

Sumber:

-Muhammad Rizal Qosim
(Di Balik Runtuhnya Majapahit Berdirinya Kerajaan Islam di Jawa,  September 2019)
- Ahmad Mansur Suryanegara
(Api Sejarah, 2015)
- Republika.co.id
- MediaIndonesia.com

(Damar Pratama Yuwanto)

 
 

2 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama