Kedua telinga kelinci Hasyi selalu terangkat tegang saat ia merasakan ada predator di sekitarnya, seperti telinga kelinci sungguhan di alam liar. Karena sering menjadi hewan buruan para predator, insting kelinci menjadi terasah terhadap ancaman predator. Salah satu predator utama kelinci adalah serigala.

Anak autis seperti Hasyi juga sangat kesulitan mengendalikan emosinya. Mereka seringkali tak sanggup menahan keinginan untuk panik. Terkadang mereka dengan mudah marah atau menangis saat menemukan suatu masalah.

“Tenanglah Hasyi jangan takut! Apapun yang akan terjadi ibu akan menyayangimu, sampai kapanpun! Tak ada yang bisa memisahkan kita di dunia ini,” ibu Hasyi memeluk erat tubuh Hasyi yang sedang menangis ketakutan. Hasyi masih meronta-ronta meski berada dalam dekapan ibunya.

“AARGH….!!!” jerit Hasyi, Teo, dan ibunya serentak, begitu semua pria itu menunjukkan wujud aslinya! Mereka siluman serigala setengah landak berduri perak.

Duri perak landak menutupi sekujur punggung mereka yang bercampur bulu serigala. Kaki dan tubuh mereka yang dipenuhi duri perak memang terlihat seperti landak, tapi kepala dan karakter mereka jauh lebih menyerupai serigala.

Di Kerajaan Miggleland, mereka disebut sebagai gengster Aul, salah satu kelompok gengster bersenjata yang paling ganas dan berbahaya.

Ada satu peraturan utama di kerajaan ini yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun. Seluruh penduduk di kerajaan ini memiliki darah separuh manusia dan separuh siluman sehingga lumrah melakukan kanibalisasi pada mayat sesama. Namun mereka tetap dilarang keras memakan daging manusia yang masih hidup.

Meskipun begitu tetap ada segelintir kelompok kriminal yang melanggar peraturan utama di kerajaan. Mereka masih memangsa manusia yang masih hidup. Seperti gangster Aul.

Mereka beranggapan daging manusia yang masih hidup rasanya jauh lebih lezat dibanding daging manusia yang sudah mati. Tentu saja seperti kebanyakan siluman, bagian tubuh kesukaan mereka adalah otak.

Para anggota gengster Aul itu biasanya tidak hanya memakan tubuh korban kejahatannya hingga hanya tersisa tulang-belulang, tapi mereka juga sering merampok dan merampas kendaraan korban. Tampaknya kali ini mereka ingin merampas Teo.

Gangster Aul tak menunggu waktu lama untuk untuk memecahkan kaca depan mobil, meski Teo dilindungi sistem keamanan canggih yang mengeluarkan alarm setiap kali disentuh orang asing. Tapi apalah gunanya alarm di jalanan yang terlalu sunyi ini?

Gangster Aul berhasil menghancurkan jendela mobil Teo dengan senapan penembak petir. Para begundal itu menarik paksa Hasyi dan ibunya keluar dari dalam mobil dengan kuku jari tangan yang sangat tajam hingga membuat pergelangan tangan Hasyi terluka.

Begitu Hasyi terluka, Ibu Hasyi sontak berusaha melawan para gangster itu dengan kekuatan siluman harimaunya. Ia mencakar dan menggiggit anggota gangster Aul itu dengan taringnya. Ia berhasil melepaskan Hasyi dari cengkeraman Aul.

Sayangnya lama-kelamaan ibu Hasyi mulai kewalahan meladeni sekelompok pria dewasa yang membawa senjata lengkap. Ibu Hasyi berhasil membunuh beberapa Aul dengan mudah, namun karena jumlah mereka yang seakan tak ada habis-habisnya, ibu Hasyi mulai kewalahan.

Daya tarung ibu Hasyi melemah karena terlalu sering terkena penyakit akibat paparan embun salju yang tidak sehat dari radiasi nuklir. Sudah bertahun-tahun pula ibu Hasyi tak pernah berlatih tempur. Ini membuat banyak bagian tubuhnya melemah dan semakin kurus. Terlihat secara jelas saat ia memakai pakaian yang tipis, tulang punggungnya hampir kelihatan.

Belum lagi kekuatan siluman harimau melemah di malam hari dan tak dapat menunjukkan kekuatan sempurnanya seperti di siang hari. Itu sebabnya harimau disebut raja dan ratunya siang. Mereka sampai di titik terkuatnya pada saat matahari terbit. Siluman harimau seperti ibu Hasyi hanya dapat bertiwikrama menjadi raksasa saat matahari sedang bersinar.

“Ibuuuu!!!” jerit Hasyi histeris berusaha menggengam tangan ibunya dengan susah payah.

“Hasyi, tenang, Nak! Rasa panik adalah musuh terbesarmu! Jika kau masih diberikan kesempatan untuk hidup, tolong jangan pernah panik lagi seumur hidupmu, Nak!” desis ibu Hasyi lirih dengan wajah yang memerah menahan rasa sakitnya akibat bertubi-tubi dihantam tembakan petir dari lawan.

Ibu Hasyi tak berdaya. Tak ada sepatah kata yang keluar dari bibirnya. Tubuh ibu Hasyi lalu membeku. Pelindung Hasyi itu akhirnya meninggalkan Hasyi untuk selama-lamanya.

"Ibuuuu!!!" jerit Hasyi.

Hasyi menyaksikan ibunya yang sudah menjadi mayat dengan tubuh yang penuh luka tanpa bisa melakukan apa-apa. Ia sungguh menyesal karena terlalu lemah dan tak bisa melindungi ibunya sama-sekali.

Hasyi kini merasa dirinya adalah anak yang paling tidak berguna di dunia. Jangankan melindungi ibunya melindungi dirinya sendiri saja ia tak mampu.

Lantaran sama sekali tak memiliki kekuatan siluman Asura untuk menyerang gangster Aul, Hasyi kembali melompat mendekati Teo. Ia berusaha meraih pistol penembak petir darurat berjenis hand gun yang menempel di pintu bagian atas mobil Teo.

Pistol penembak petir yang digunakan Hasyi sangat kuno dan kualitasnya jauh lebih rendah daripada senjata penembak yang digunakan anggota gangster Aul itu. Selain menembakkan sedikit aliran listrik, pistol penembak petir Hasyi juga hanya menembakkan proyektil padat yang terbuat dari logam layaknya senjata api biasa.

Hasyi terus berusaha melindungi dirinya dengan pistol penembak petir kuno itu. Karena saat ini hanya pistol penembak petir kuno itulah yang menjadi harapan terakhirnya untuk bertahan hidup. Tapi tak berlangsung lama, Hasyi sudah kehabisan peluru.

Serempak para Aul mengepung Hasyi. Mereka menyergap dan menyiksa Hasyi tanpa ampun. Semakin Hasyi menderita, semakin mereka merasa bahagia. Para gangster itu terus mengaum dengan puas ke arah cahaya bulan purnama sambil menggerogoti tubuh Hasyi sedikit-demi sedikit.

Betapapun Hasyi menangis bahkan hingga air mata darah mulai bercucuran, kenyataan yang dihadapinya tetap tak akan sama lagi. Sekujur tubuhnya terasa perih dan pedih. Tapi itu tak seberapa dibanding melihat kenyataan pedih di depan mata, ibunya tak akan pernah lagi berada di sisinya.

“I-bu, ma-af-kan a-ku….” ratap Hasyi pada tubuh ibunya yang sudah menjadi tulang belulang karena dagingnya sudah habis disantap oleh para gangster Aul itu.

Hasyi kembali berteriak histeris hingga suaranya semakin serak. Napas Hasyi terasa berat. Ia hampir kehabisan napas.

Hasyi sangat menyesal membuat ibunya gundah dan terus memarahinya di hari terakhir dalam hidup ibunya. Belum pernah rasanya hati Hasyi begitu terlepas sia-sia. Rintihan air mata darah yang mengucur dari bola mata Hasyi terasa semakin deras. Ia merasa semakin tak berharga. Tak berguna.

Selama ini Hasyi tumbuh menjadi remaja tanpa sosok seorang ayah, namun ada ibu yang selalu mendampingi dan melindunginya. Hasyi sangat menyesal tidak memanfaatkan waktu bersama untuk terus membahagiakan ibunya.

Seharusnya Hasyi tahu jika suatu saat ia akan kehabisan waktu untuk hidup bersama ibunya. Namun, kini Hasyi hanya bisa pasrah dengan takdirnya. Ia berharap akan segera menyusul ibunya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama