Telinga kelinci Hasyi yang panjang menutupi salah satu matanya yang sedang mengeluarkan air mata darah. Rasa perih kini bercampur dengan sedikit sensasi gatal dari bulu-bulu telinga kelinci yang menutupi matanya.
“Benar! Aku adalah kelinci, aku mahluk lemah selamanya. Aku sudah ditakdirkan menjadi makanan serigala.”
Hasyi pasrah. Ia sudah mulai bersiap dengan kematian yang akan menjemputnya.
Tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi. Mata Hasyi yang perih karena menangis masih bisa melihat cahaya merah menghampiri dari kejauhan dengan sangat cepat.
Sejenak Hasyi mengira cahaya itu adalah bintang jatuh. Pikirannya memang sudah amat kacau.
Bukan, itu bukanlah cahaya merah biasa! Itu cahaya merah dari sesosok pria dengan rambut yang terbakar api. Dengan sekali putaran pria itu mengelilingi para gangster Aul dan membuat tubuh mereka terbakar hingga melepuh bagai daun kering.
Setelah melumpuhkan para gangster Aul itu dengan sangat mudah, pria itu langsung menggendong Hasyi yang sudah babak belur.
Hasyi sepertinya pernah melihat pria itu sebelumnya di suatu tempat. Pria itu adalah sosok yang bertemu dengan Hasyi di lorong tangga misterius yang muncul di teras rumahnya dulu. Saat itu Hasyi ingin membuka keran di teras untuk membasahi tangannya yang kering dan tidak nyaman di tengah malam.
Hasyi sangat ingin memberontak dan melarikan diri dari pria api itu. Tapi apa gunanya, tubuh Hasyi sudah benar-benar remuk dan tak berdaya. Ia tak sanggup berjalan. Bahkan untuk satu langkah saja.
***
Aroma tajam bunga popy putih masuk ke lubang hidung Hasyi menginsyafi penghiburan di atas kedukaan. Dengan sekujur tubuh yang dipenuhi rasa sakit Hasyi membuka pelan-pelan matanya yang terasa diborgol oleh kawat besi berduri.
Menit-menit berikutnya bergerak lambat. Seperti titik embun yang tergelincir setelah tersimpan di punggung daun.
Saat sedang berbaring, Hasyi merasa tangannya meraba sebuah bunga yang sangat lembut. Setelah itu ia mencoba kembali berdiri. Begitu berdiri, Hasyi melihat dunia yang berbeda dari dunia tempat tinggal yang ia kenal.
Di dunia tempat tinggalnya, Hasyi selalu melihat bulan sabit atau bulan purnama muncul di langit saat malam. Tapi di sini bulan kedua bulan itu juga tetap muncul di langit pada siang hari mengalahkan pengaruh cahaya matahari. Kedua bulan itu memang tak pernah terbenam sekalipun. Kedua bulan itu juga semakin berkuasa di malam hari tanpa adanya matahari yang menyaingi keduanya.
Langit di dunia itu berwarna biru terang tanpa kegelapan sedikitpun. Tiba-tiba Hasyi merasakan kakinya menginjak sesuatu. “Sebuah permen!”
Permen adalah tanah di dunia ini. Permen-permen menghiasi seluruh kaki langit. Bahkan pelangi di dunia baru yang Hasyi temukan terbuat dari kue bolu pelangi. Dunia baru yang berwarna-warni ini benar-benar bertolak belakang dengan dunia tempat tinggal Hasyi yang sangat gelap dan dipenuhi oleh aura hitam.
***
Di bawah sebuah kolong jembatan, dua anak jahil membawa sekarung cat pilox berwarna-warni. Mereka hanya ingin membuat dunia yang suram menjadi penuh warna.
“Hitam, hitam, dan hitam, apakah cuma itu warna di dunia ini?!” umpat Selim sambil mencoba menggambar sebuah rumah dengan cat pilox berwarna hijaunya di sebuah tembok kolong jembatan yang berwarna hitam pekat.
Jaket berbulu yang dikenakan Selim dan Hasyi berlumuran salju setelah mereka bermain perang bola salju. Sambil berjalan membawa sekarung cat pilox, diam-diam mereka menuju kolong jembatan.
“Iya, mengapa hampir semua bangunan di kerajaan ini berwarna hitam dan mayoritas orang di kerajaan ini selalu keluar rumah dengan busana berwarna hitam? Padahal di kerajaan ini sama-sekali tak ada peraturan yang mewajibkan rakyat mengenakan busana berwarna hitam. Bahkan ada orang yang malu keluar dari rumahnya hanya karena mereka tidak mengenakan busana berwarna hitam, huh payah!” Hasyi membalas umpatan Selim dengan berapi-api meluapkan seluruh isi hatinya.
Hasyi hampir selesai menggambar mobil berwarna merah. Sepertinya ia sedang menggambar Teo.
Warga kerajaan ini memang berbagai macam siluman yang berbeda. Namun sebagian dari mereka tak dapat menerima perbedaan warna atau perbedaan dalam bentuk apapun. Hasyi dan Selim hanya bisa berlapang dada karena merasa tinggal di negeri yang terkutuk.
“Sebenarnya aku sama sekali tak membenci warna hitam. Sebagai manusia yang memiliki campuran darah siluman seperti kita dan semua orang di kerajaan ini seharusnya warna hitam dapat membuat jiwa kita merasa lebih kuat. Tapi kurasa dunia akan menjadi lebih indah jika ada warna-warna lain yang menghiasinya.”
Selim memandangi langit biru berawan yang ia gambar di tembok kolong jembatan yang tadinya berwarna hitam pekat. Ia membayangkan melayang-layang di langit biru itu.
***
Hasyi segera keluar dari ingatan lamanya dan kembali fokus pada dunia baru yang ia temukan.
“Wow dunia ini sangat indah! Dunia ini pasti negeri dongeng, mengapa tidak dari dulu aku hidup di dunia ini?” pikir Hasyi dengan hati yang berbunga-bunga.
Hasyi setengah tidak percaya dengan dunia indah yang baru saja dilihatnya.
“Dunia ini adalah mimpimu sendiri. Jadi wajar jika kau menyukainya. Tapi sayangnya tidak semua mimpimu dapat menjadi kenyataan…” Hasyi mendengar kata-kata misterius itu dari balik tubuhnya.
Mungkinkah itu suara dari pria api yang baru saja menolong Hasyi dari gangster Aul? Kalaupun iya, bagaimana pria api itu dapat mengetahui isi hati Hasyi?
“Siapa kau?!” teriak Hasyi seketika. Hasyi menengok ke belakang tubuhnya dengan agak berjinjit, tanda ia sedang panik.
“Jika kau ingin tahu siapa aku, tampaknya kau harus berkaca lebih mendalam pada dirimu sendiri karena aku adalah api di aliran darah silumanmu yang sudah menjadi bagian dirimu sejak kau lahir! Dan apakah kau sudah lupa di lorong tangga waktu itu? Kau sudah mengakui aku sebagai bagian dari dirimu!” teriak pria api itu dengan tawanya yang menggema.
Pria misterius itu menunjuk Hasyi yang sedang gelisah sambil berjalan jinjit di tempat.
“Mengapa kau selalu mengikutiku?” jerit Hasyi berusaha melarikan diri dari pria api itu. Tapi mendadak buah durian yang sangat besar jatuh dari atas langit yang berwarna biru ke merah-mudaan dan menimpa kaki kiri Hasyi. Hasyi pun tak dapat berlari ke manapun.
“Kau bukan pemilik darah siluman api dari siluman Asura biasa. Mungkin kau tidak akan percaya padaku, wahai anak yang keras kepala. Kau dilahirkan dengan mewariskan berbagai ajian panca sonya dariku sebagai kekuatan Asura siluman apimu. Selama di dunia ini masih ada api kau tak bisa mati karena penuaan. Kau tidak bisa selamanya menghindari kekuatan itu!” Pria api itu malah membicarakan hal aneh tentang ilmu panca sonya yang sama-sekali tidak Hasyi pahami.
“Bukankah di lorong tangga waktu itu aku sudah mengatakan jika aku dulu adalah seorang petapa yang membantu ayah dan ibumu melahirkan dirimu ke dunia ini dan kini menjadi bagian dari darah siluman apimu? Jika kau membenciku, maka kau salah paham. Aku juga mengalami wikara seperti dirimu. Aku juga sangat benci dengan dunia yang terlalu ramai dan tak beraturan.
Itulah mengapa aku memilih menyendiri menjadi petapa untuk mendapatkan kedamaian dari dunia yang terlalu bising. Meskipun sama-sama mengalami wikara, sebenarnya selama aku bersemayam di dalam tubuhmu sejak kau lahir, kuakui kau jauh lebih cerdas daripada diriku. Aku sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk membuat dirimu dilahirkan mengalami wikara seperti diriku bahkan mencegahnya, tetapi aku bisa tahu dirimu akan terlahir mengalami wikara karena aku adalah orang yang sudah mengalami wikara dan hidup lebih lama dan lebih berpengalaman daripada dirimu.”
Api di tubuh pria misterius itu mulai redup.
“BOHONG! Aku tidak mengalami wikara! Aku adalah penyandang sindrom asperger! Ibuku bilang penyandang sindrom asperger sepertiku adalah The Promised Goldilocks! Manusia baru yang akan mengisi dunia ini menjadi lebih berwarna dan mengubahnya menjadi lebih baik!” jerit Hasyi seraya memungut sisa permen dan melemparkannya ke segala arah.
“Kau ingat Nirmala dan Kakek Waringin? Kau ternyata memiliki teman khayalan yang menggagumkan. Kau harus berterima kasih padaku karena membuat mereka terasa lebih hidup,” pria api itu memelankan suaranya.
Keadaan dunia indah itu semakin berubah menjadi mimpi buruk begitu para gangster Aul yang baru saja menyiksa Hasyi, tiba-tiba muncul dari bawah tanah yang terbuat dari permen. Seakan para gangster Aul itu baru saja bangkit dari dalam kubur.
Hasyi tetap tak bisa berlari ke manapun karena buah durian yang besar tadi masih menindih kakinya. Hasyi tak punya pilihan lain selain mencoba melawan para gangster Aul itu.
Hasyi mengambil sebuah permen lollipop panjang yang ada di dunia itu. Kemudian Hasyi mencoba mengusir para gangster Aul itu dengan mengayunkan tongkat lollipopnya ke arah mereka. Tubuh Hasyi seakan berputar di atas komedi putar.
Tanpa Hasyi sadari sosok pria api itu telah menghilang dan hanya suaranya saja yang masih dapat didengar. Pria api itu mempermainkan Hasyi semudah membuat bayi menangis.
“Percuma kau melawan! Ini adalah alam bawah sadarmu yang terbalik. Berlari membantumu tetap diam, memanjat membuatmu turun, dan semakin melawan kau akan semakin kalah!
Tapi kau memang seharusnya tak melarikan diri saat menghadapiku atau masalah apapun yang kau temui. Karena melarikan diri tak akan menyelesaikan masalah!” teriakan pria api itu terus menggema di telinga hingga Hasyi hampir terbangun dari mimpinya.
“Ya, mungkin melarikan diri memang tidak menyelesaikan masalah! Tapi melarikan diri juga tak akan menimbulkan masalah...” desis Hasyi.
Posting Komentar