Selim memandang Hasyi dengan rasa kasihan. Ia juga merasa sedikit aneh dengan kata-kata Hasyi. Tidak biasanya sahabatnya itu memikirkan sesuatu yang begitu mendalam.

Kerajaan ini sudah dijanjikan menjadi rumah kebahagiaan bagi anak autis. Anak autis seperti mereka sendirilah yang harus mengubah kerajaan ini menjadi tempat yang indah dengan impian-impian mereka yang tak terbatas.

Hasyi yang terpuruk setelah kehilangan ibunya, orang yang paling Hasyi sayangi di dunia ini, kini seperti dipenuhi jilatan api semangat yang membara. Semangat baru yang menjadi sumber segala kekuatan dan kebangkitan dalam hidupnya.

Dengan penuh semangat dan beban kesedihan yang mulai susut, Hasyi ikut berdiri bersama Selim menatap kedua bulan yang ada di langit malam dengan senyum menantang. Seolah-olah kini mereka sudah tak takut lagi pada dunia.

Hasyi lalu memungut pecahan genteng yang ada di kakinya. Ia melempari kedua bulan kembar yang diselimuti kegelapan langit malam dengan pecahan genteng.

Seakan Hasyi melampiaskan kebenciannya pada dunia yang kejam, akan tetapi masih memancarkan keindahannya. Dunia yang mau tak mau akan tetap ia tinggali seumur hidupnya.

Selim pun mulai ikut melempari kedua bulan yang ada di atas langit dengan pecahan genteng bersama Hasyi. Tetapi, tak ada satu pun dari pecahan genteng yang mereka lemparkan mengenai kedua bulan yang ada di atas langit. Pecahan genteng itu hanya menerpa angin.

Setelah beberapa lama di udara, pecahan genteng itu justru kembali jatuh ke tanah dan nyasar ke mana-mana hingga memecahkan kaca jendela rumah seorang nenek, salah satu tetangga Selim.

Sontak nenek yang ada di dalam rumah itu terbangun karena mendengar pecahan genteng yang memecahkan kaca jendelanya. Kemudian nenek itu keluar dari rumahnya sambil membawa gagang sapu lalu mengomeli Hasyi dan Selim yang masih menyambitkan bulan dengan pecahan genteng.

Bergegas nenek itu pun menyuruh Hasyi dan Selim segera turun dari atap rumah yang agak miring dan terjal itu. Atap rumah Selim memang terlihat berbahaya untuk dinaiki jika tidak berhati-hati, apalagi jika dinaiki di malam hari atau di saat hujan deras.

Nenek itu langsung menjewer telinga Hasyi dan Selim begitu keduanya turun dari atap. Segala omelan pun meluncur deras dari mulut si nenek. Tak sampai di situ, si nenek memerintahkan Hasyi dan Selim untuk segera mengganti dan memperbaiki jendela rumah yang sudah dipecahkan akibat lemparan sembrono mereka.

Untungnya, Selim memiliki jendela tua yang masih cukup bagus di dalam garasi mobilnya. Jendela itu kebetulan sama ukurannya dengan milik si nenek.

Selim dan Hasyi segera mengganti jendela rumah nenek itu. Setelah selesai memperbaiki jendela rumah nenek itu, Hasyi dan Selim dilarang oleh nenek itu untuk begadang di atap rumah. Selain mengganggu tetangga, perbuatan Selim dan Hasyi dianggap berbahaya bagi keselamatan keduanya. Si nenek menyuruh Hasyi dan Selim tidur di dalam rumah.

“Nenek tadi itu sama bawelnya dan menyebalkan persis nenek kandungku sendiri. Orang tuaku bilang nenek sangat membenciku dan nenekku menganggapku sebagai cucu aneh yang hanya akan menjadi aib untuk keluarga besarnya,” Selim terus mengumpat sesuatu yang tidak jelas.

Selim terus memikirkan hal yang bukan-bukan. Mungkin karena ia terlalu kelelahan sepanjang hari ini hingga ia tak lagi dapat berpikir jernih.

Tentu saja Hasyi tidak peduli dengan semua perkataan Selim. Satu-satunya yang Hasyi pedulikan saat ini hanyalah berusaha untuk tidur. Ya hanya tidur. Ia sudah tak sanggup lagi menahan kantuknya.

Saat Selim hendak berbaring dan menarik selimutnya untuk tidur di sebelah Hasyi yang sudah terlelap di ranjangnya, Selim merasakan bantalnya terasa panas terpanggang api.

Seketika itu Selim terbangun dan mendapati helaian rambut Hasyim diselimuti oleh percikan api. Buru-buru Selim menepuk pundak Hasyi untuk membangunkannya.

Hasyi membuka kedua matanya dengan susah payah. Selim benar-benar terkesiap begitu mendapati bola mata Hasyi berubah warna menjadi merah terang seakan bola mata Hasyi terbuat dari kobaran api yang menyala-nyala.

“Lihatlah iris mata dan rambutmu, Hasyi! Sepertinya jantung yang telah didonorkan oleh siluman api itu telah membangkitkan darah silumanmu! Jika jantung siluman api itu bisa membangkitkan darah silumanmu, itu artinya kau adalah keturunan siluman api! Mungkinkah ayahmu yang sudah meninggal adalah sosok siluman api?”

Biasanya Selim selalu menghindari kontak mata saat berbicara dengan orang lain, namun kali ini Selim tak dapat berhenti memandang mata siluman api Hasyi karena kekagumannya. Ia kagum tanpa sengaja Hasyi telah mampu membangkitkan darah silumannya.

“Ya, kurasa itu adalah perubahan yang baik untukku. Bukankah kita harus terbiasa dengan perubahan yang terjadi setiap hari, tanpa takut dengan hal-hal baru? ” ujar Hasyi mengutip kata-kata terakhir ibunya sebelum gangster Aul menerkam ibunya.

Meskipun awalnya Hasyi sama-sekali tak setuju dengan pernyataan ibunya tentang menghadapi perubahan yang terjadi dalam kehidupan dengan lapang dada. Tapi kini pelan-pelan ia mulai menyadari setiap hari sebenarnya hidup tak pernah sama.

Bahkan terkadang kejadian buruk bisa menimpa siapa saja tanpa terkecuali dan tak bisa ditolak atau dihindari. Karena hidup adalah perubahan itu sendiri. Jadi hadapi saja.

Proses bangkitnya darah siluman Hasyi juga termasuk transmutasi astraisme, yaitu proses penghancuran, perubahan, penciptaan kembali, dan kombinasinya secara magis. Jantung Hasyi yang telah hancur diperbaiki kembali dengan diganti dan dikombinasikan atau ditambahkan dengan jantung siluman api.

Jantung itu kemudian disetting atau diciptakan kembali menjadi bagian tubuh baru Hasyi. Hasyi berubah menjadi sosok dengan darah siluman Asura yang telah dibangkitkan.

Namun perbedaan Hasyi dan manusia setengah siluman lainnya adalah tubuh cyborgnya. Hasyi dapat leluasa mengubah iris mata siluman apinya dengan mata eyeborg kapan pun ia mau. Tanpa ia sadari dua kekuatan telah menyatu dalam dirinya.

“Tidurlah lagi Hasyi. Kalo aku belum bisa tidur, tapi aku akan menemanimu sambil bermain game sampai kau benar-benar tertidur.” Selim bergumam sambil memakaikan selimut saat Hasyi sudah terlelap lagi di ranjang kamarnya.

Biasanya anak autis seperti Hasyi dan Selim bergumam untuk memilah informasi ataupun untuk membantu mengingat sebuah informasi. Saat mereka menggumamkan sesuatu di mulut, mereka akan lebih mudah mengingat informasi daripada menghapalkannya.

Entah mengapa tiba-tiba Selim tersenyum bahagia. “Hidupmu benar-benar menderita Hasyi, aku tidak bisa membayangkan jika aku terlahir menjadi dirimu...”

Selim tak bisa tidur karena tadi siang terlalu banyak memakan daging mayat manusia yang dimasak dengan campuran bahan cokelat. Selim memiliki alergi yang cukup parah pada cokelat. Terlalu banyak makan cokelat bisa membuat metabolisme tubuhnya terganggu. Ia pun menjadi kesulitan untuk tidur, meskipun kepalanya terasa sangat berat.

Selim pun terus bergumam. Ia mengoceh sesuatu yang tak jelas pada dirinya sendiri semalaman tanpa bisa memejamkan mata sedikitpun.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama