Hasyi tak pernah mengeluh seberat apapun tugas yang ia tanggung. Meskipun terkadang ia seringkali menyela bahkan membantah pelajaran yang diberikan pelayan seniornya, jika ia menganggap pelajaran yang diberikan pelayan seniornya tidak masuk akal. Meski pada akhirnya Hasyi tidak membangkang sedikitpun.

Hasyi berusaha belajar dengan sangat keras agar bisa diterima bekerja di istana ini. Di bangunan kaca ini, Hasyi yang kesulitan menjalin komunikasi dengan orang dewasa karena asperger yang diidapnya, diajarkan dengan baik cara bertatakrama dan berkomunikasi terutama pada raja dan para bangsawan.

Hasyi mengalami banyak sekali perkembangan dalam berkomunikasi dua arah dengan orang lain. Mulai dari gaya dan nada bicara, gestur tubuh, lekuk tubuh, cara melakukan kontak mata dengan baik, dan cara memberi hormat dengan baik, seperti menundukkan kepala dan badan saat bertemu raja dan para bangsawan.

Para calon pelayan juga diajarkan berbagai macam pekerjaan, seperti mencuci baju, memasak, menyiapkan hidangan, menjahit, menenun, bersih-bersih istana, merawat persenjataan, mengurus perapian istana, dan membersihkan taman. Mereka harus memperhatikan pekerjaan lebih mendetail karena raja dan para bangsawan sangat mengharapkan kesempurnaan pelayanan.

Setelah sepekan belajar di bangunan kaca itu, semua calon pelayan akan ditempatkan pada berbagai pekerjaan di dalam istana, tergantung dari keahlian masing-masing. Para mentor yakni pelayan senior yang akan memberikan evaluasi.

Ada calon pelayan yang kemudian ditempatkan menjadi tukang cuci piring, cuci baju, tukang bersih-bersih, tukang kebun, pengurus perapian istana, hingga mengurus kandang kuda dan hewan peliharaan istana, seperti beruang kutub dan penguin Miggleland.

Meskipun terdengar seperti pekerjaan yang remeh, pelayan di istana ini bisa mendapatkan taksiran gaji puluhan ribu hingga ratusan ribu dollar Miggleland per bulannya. Tentu saja ini jumlah yang tak sedikit.

***

“Nomor urut 994-2020, Hasyi Ozgur, tolong ikuti pelayan senior pembimbing Anda menuju tempat penugasan!” seseorang menyeru Hasyi dari atas panggung berwarna merah yang menempel tembok bagian belakang di dalam aula istana pasukan Janissary dengan mikrofonnya.

Pelayan senior dengan rambut beruban disisir ke belakang langsung menggengam tangan Hasyi yang sedang berkeliling di aula Istana Janissary. Pelayan senior itu mencegah Hasyi menimbulkan masalah dengan orang lain yang ada di sekitar wilayah istana.

Saat Hasyi sedang stimming karena begitu gelisah dengan pikirannya yang ke mana-ke mana, ia mengagumi atap aula Istana Janissary yang penuh warna-warni.

Pelayan senior itu nampaknya sudah belajar melatih kesabarannya setelah sepekan menjadi guru pembimbing Hasyi yang ceroboh dan kurang peka terhadap keadaan sekelilingnya. Setelah sepekan melatih Hasyi, pelayan senior itu akan terbebas dari tanggung jawabnya. Hasyi dinyatakan lulus menjadi seorang pelayan istana.

Jika saat sedang stimming tadi tangannya tidak digenggam oleh pelayan senior beruban itu, Hasyi mungkin selamanya tidak akan menyadari kalau namanya sudah dipanggil oleh seseorang di panggung merah itu untuk penempatan tugasnya sebagai pelayan istana yang baru.

Pelayan senior bergegas keluar dari Istana Janissary sambil menggandeng tangan Hasyi seperti anaknya sendiri. Ia menjaga dan mengawasi Hasyi agar tidak keluyuran ke mana-mana. Ia agaknya sudah paham betul dengan kelakuan anak didiknya itu.

Mereka melewati kebun istana yang sangat luas. Berbagai bunga aneka warna dan rupa tumbuh di sana. Hasyi terlihat membaca sebuah surat resmi berstempel merah dan bertanda tangan tinta darah di bawah cahaya senja. Ia tampak begitu senang.

“Mungkin ini pertama kalinya dalam sejarah, pelayan garson dipilih menjadi seorang pelayan pribadi, apalagi seorang pelayan pribadi putri tunggal raja. Biasanya, raja selalu lebih mempercayai pelayan abdi dalem yang sudah terbukti kesetiaannya daripada mempekerjakan pelayan garson yang bekerja dengan gaji untuk menjadi pelayan istana. Nomor urutmu tadi pasti membawa keberuntungan.

Kau adalah pelayan garson pertama di kerajaan ini yang dipilih raja menjadi pelayan pribadi putri tunggalnya. Selamat Hasyi! Hebat! Maaf jika sebelumnya aku meremehkan kemampuanmu!” baru pertama kalinya bibir pelayan senior itu tersungging senyuman tulus pada Hasyi.

Sebelumnya, pelayan senior itu selalu memasang wajah angkuhnya yang pucat karena terus berusaha bersabar melatih Hasyi yang sangat ceroboh. Bagaimana pun ia ingin agar menjadi pelayan istana yang mahir. Jika itu terjadi, maka sebagai mentor Hasyi, pelayan senior itu akan dianggap berhasil menjalankan tugas-tugasnya.

Bahkan saking ingin anak didiknya terlihat sempurna, pelayan senior itu merapikan pakaian Hasyi ketika hendak dipotret untuk surat penerimaan sebagai pelayan istana. Pelayan senior yang merupakan pria paruh baya bertubuh lumayan tegap dengan rambut beruban disisir ke belakang itupun terus menggandeng tangan Hasyi menuju istana utama dan terbesar di kompleks Istana Herlingen.

Mereka melewati berbagai macam pagar yang menjaga bangunan istana yang terlihat agak mengerikan di malam hari karena taman di sekitar pagar itu amat luas, tapi sangat sepi dengan suara katak di ada mana-mana. Setiap kali pelayan senior itu melewati pagar yang mengelilingi bangunan istana keempat itu, ada sepasang tentara Janissary di sekitar pagar. Sepasang tentara Janissary itu tampak awas dan siaga menjaga sekelilingnya. Mereka langsung memberi salam hormat pada sang pelayan senior.

Namun pelayan senior itu tak sempat membalas hormat pasukan Janissary itu karena ia terlalu tergesa-gesa.  Ia hanya bisa membalas salam hormat dua tentara Janissary itu dengan senyuman.

Hasyi mengenakan seragam pakaian dinas garson yang dipenuhi mantel berbulu dikombinasikan dengan jubah kastan yang sangat mewah dengan dasi kupu-kupu di dadanya. Kacamata berlensa satu alias monocle tersemat di mata kanannya yang ia gunakan dengan cara dipasang dan digantung di lehernya dengan rantai. Kacamata ini dipasangkan dengan topi melingkar berbulu serasi dengan seragam dinas mantel berbulunya.

Terdapat empat istana yang berdiri sejajar dengan tembok yang berbeda satu-sama lain di wilayah kompleks istana ini. Akses memasuki istana sangat sulit ditembus karena terdapat penjagaan yang semakin ketat.

Mungkin dari gerbang depan hingga memasuki area ini, ada lebih dari 1.000 an tentara Janissary yang berjaga-jaga. Tentu penjagaan ketat ini membuat siapa saja yang ingin menyerbu istana harus berpikir berlipat-lipat.  Akan mati konyol bagi siapa saja, misalnya kaum pemberontak, yang mencoba menyerbu istana tanpa persiapan matang.

Setiap lapisan yang lebih dalam terutama di istana pribadi, biasanya raja tak mengizinkan sembarang orang masuk, kecuali putrinya, Hasya. Selain putri raja, para vazir raja, para pelayan pribadinya, atau seseorang  yang khusus memiliki urusan sangat penting dengan raja diperbolehkan masuk area itu.

Istana pribadi raja berada di tengah dan terbesar dibanding bangunan lain. Raja juga menjadikan istana pribadinya yang terlalu luas dan mewah sebagai pusat majelis yang disebut divan, yaitu kantor lembaga eksekutif dan legislatif utama di kerajaan ini. Di istana keempat inilah raja dan putri semata wayangnya, Hasya, tinggal.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama