Hasyi mengiris tipis daging manusia yang sepertinya diperoleh pihak kerajaan dari salah satu anggota keluarga yang telah meninggal. Daging manusia itu disediakan raja untuk makanan putrinya.
Lalu Hasyi mencampurkan daging tersebut dengan bumbu marinasi yang telah didiamkannya selama tiga jam agar bumbu itu lebih meresap. Kamar Putri Hasya berada di sebuah mahligai yang terpisah cukup jauh dengan istana raja di dalam area pavilion.
Hasyi memang sangat jijik memakan daging mayat manusia dan lebih suka memakan sayur-sayuran, tapi biar bagaimanapun dulu ibunya adalah cindaku, siluman harimau putih yang membutuhkan daging untuk makanannya. Tidak sehat jika siluman harimau putih seperti ibunya terlalu banyak makan sayuran seperti wortel, meskipun ibu Hasyi sangat menyukai wortel.
Sekarang Hasyi melayani Putri Hasya yang juga merupakan cindaku. Hasyi sudah terbiasa memasak daging manusia untuk ibunya saat merawat ibunya yang sedang sakit. Dua tahun belakangan, kesehatan ibu Hasyi memang sudah memburuk sebelum akhirnya meninggal dimangsa gangster Aul.
Hasyi mulai memanaskan wajan, menuang daging bersama bumbunya. Memasak daging sambil dibolak balik hingga dagingnya matang dengan mengunakan api kecil.
Sudah menjadi peraturan mendasar seorang pelayan harus mencicipi masakannya sendiri terlebih dahulu sebelum disajikan pada majikanya. Selain untuk tes rasa, ini dimaksudkan untuk mencegah pelayan yang ingin meracuni majikannya.
Terdengar-lamat-lamat denting piano dari kamar Putri Hasya yang tertutup rapat oleh pilar-pilar di sudut kamarnya. Putri Hasya sedang berlatih piano sendirian.
Biasanya raja memaksa Putri Hasya berlatih memainkan grand pianonya dengan mendatangkan guru privat, seorang instruktur profesional yang didatangkan jauh-jauh dan dijemput khusus dari provinsi lain. Dari suara dentingan pianonya yang terdengar tak bersemangat, Putri Hasya mungkin sedang sangat jenuh dan lapar.
Putri Hasya kurang memiliki kemampuan akademik yang menonjol hingga usai sepuluh tahun. Ia tak bisa menulis dengan benar, namun ia dikenal memiliki bakat musik yang andal. Di bawah bimbingan sepuluh komposer kerajaan, Putri Hasya dikenal sebagai gadis remaja yang piawai bermusik, bersuara merdu, dan pandai menari.
Hasyi mematikan kompor. Ia kemudian menghias masakan daging beef manusianya ke piring sambil membawa beberapa gelas minuman hangat . Ia menyajikannya di atas nampan emas yang panjang.
Hasyi mengetuk pintu kamar Putri Hasya perlahan-lahan dengan izin beberapa pasukan Janissary yang berjaga di sekitar lorong depan kamar sang putri. Seorang gadis bernama Syahrazade atau biasa disapa Azra berdiri bersama beberapa pasukan Janissary. Ia adalah kakak sepupu Putri Hasya yang dibesarkan dan dididik oleh ayahnya, yaitu adik kandung Raja Ghaozon.
Azra menjadi seorang militer dengan harapan dapat meneruskan karier ayahnya sebagai pengawal utama keluarga kerajaan. Sedari kecil, Azra sudah diajarkan seni berpedang, memanah, berkuda, juga bertarung. Azra akhirnya berhasil masuk jenjang kemiliteran dan menjadi pengawal keluarga kerajaan. Ia mendapat tugas khusus, mengawal Putri Hasya.
Kini Azra dan Putri Hasya menjadi akrab karena mereka hampir seumuran. Para pasukan Janissary itu sama sekali tidak mau membersihkan jaring laba-laba yang menjuntai tepat di kepala mereka. Penampilan mereka yang muram dan jaring laba-laba di kepala membuat Hasyi gugup dan sedikit ketakutan.
Putri Hasya mengizinkan Hasyi masuk ke kamarnya, meskipun hanya sebatas di depan mulut pintu. Putri Hasya yang kelaparan menyambut dengan amat girang daging beef yang dibawakan Hasyi di atas nampan emasnya, seperti tamu istimewa dalam sebuah perjamuan.
Selain memainkan piano, Putri Hasya juga senang bermain dengan binatang peliharaan kesayangannya, seekor penguin. Di dalam kamarnya, penguin diletakkan di atas ranjang mewahnya yang berwarna merah muda. Putri Hasya terlihat menyayangi penguinnya.
Namun dia menyayanginya dengan cara yang salah. Ia mengikatkan pita merah muda pada tubuh penguin dan sebuah pakaian pelayan istana garson kecil, seakan penguin itu adalah sebuah boneka baginya. Putri Hasya tidak memahami jika pita itu menyiksa hewan. Putri Hasya akan semakin menyiksa penguin itu jika buang kotoran di kamarnya.
Dari tatapan tajam dan bahasa tubuhnya, seakan Putri Hasya mengancam Hasyi untuk merahasiakan keberadaan penguin itu di kamarnya. Biar bagaimanapun binatang tak seharusnya ada di dalam kamar. Raja pasti akan sangat marah begitu mengetahui jika Putri Hasya menyembunyikan penguin di kamarnya.
Putri Hasya benci pelayan pribadi yang sebelumnya karena lancang melapor pada raja jika Putri Hasya menyembunyikan penguin. Banyak pelayan pribadi yang dijanjikan hadiah oleh raja jika melaporkan kebandelan Putri Hasya. Hingga Putri Hasya memilih memberhentikan seluruh pelayan pribadinya.
Putri Hasya sering bertindak sewenang-wenang dengan pelayannya karena merasa sangat berkuasa. Ia sering mencambuk semua pelayannya, jika merasa pelayannya terlalu malas bekerja atau perkataan pelayannya membuatnya merasa tersinggung.
Padahal, para pelayan itu sebenarnya tidak bermaksud menyinggung apalagi menghina Putri Hasya. Mereka hanya ingin Putri Hasya mendengarkan nasihat dan pendapat dalam melakukan pelayanan yang baik.
Namun Putri Hasya tetap merasa dirinya yang paling benar. Putri Hasya tidak pernah memberikan waktu istirahat pada pelayannya jika belum puas memberikan hukuman. Meskipun pelayan itu sudah terlihat kelelahan dan hampir pingsan.
Sebenarnya Hasyi menyadari jika Putri Hasya mengidap bipolar, meskipun ia tak mau mendiagnosa orang lain sembarangan. Tapi Hasyi paham soal kelainan pada manusia karena memang gemar membaca buku-buku seperti itu untuk lebih memahami siapa dirinya sendiri.
Bipolar adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati. Para pengidap bipolar biasanya tampak sangat gembira, kemudian tampak sedih atau depresi dalam kurun waktu tertentu yang sangat dekat.
Putri Hasya langsung meletakkan daging beef manusia yang baru saja disajikan Hasyi di nampan emas itu pada meja pianonya. Ia melahap daging manusia itu hingga berceceran di mana-mana.
Di saat acara resmi atau di depan umum, Putri Hasya memang selalu terlihat formal dan sopan. Keanggunannya selalu terjaga di depan khalayak. Tapi di kamarnya sendiri saat hanya pelayan pribadinya yang melihatnya, ia melahap makanan tanpa memedulikan etika apapun selain nafsu makan hewan buasnya. Ia tak bisa lepas dari sosok manusia berdarah siluman cindaku atau harimau putih.
Selain suka memakan daging mayat manusia, Putri Hasya juga suka memakan tikus yang lewat di kamarnya. Ia menjadikan tikus-tikus sebagai cemilan ringan, layaknya seekor kucing liar yang sangat rakus. Jika Hasyi tahu kelakuan iseng Putri Hasya itu, tentu ia akan sangat jijik melihatnya.
Putri Hasya tiba-tiba menaikkan alisnya.
”Hai kau, postur tubuhmu kurang tegap seperti orang yang pemalas, kau menjadi pelayanku untuk bekerja, bukan untuk berdiri di mulut pintu dan bermalas-malasan. Menghadaplah ke sini. Masukkan bajumu ke celana. Aku tak mau punya pelayan yang terlihat seperti gelandangan. Apakah orang tuamu tidak pernah mengajarimu berpakaian dengan baik? Kau mau kupecat?”
Posting Komentar