“Maafkan aku teman-teman aku memang lancang memaksa kalian berdua bergabung. Tapi sayangnya aku sudah memasukkan nama kalian di dalam daftar anggota Tanduk Berlian, tepatnya di dalam reguku, yaitu regu pengumpan.

Tanduk Berlian tidak mengizinkan begitu saja anggotanya keluar dari organisasi mereka karena organisasi ini sangat rahasia dan mereka tak mau lokasi markas rahasia terbongkar oleh mantan anggota mereka,” ujar Anita.

Mulut Hasyi menganga mendengar jawaban Anita. Ia sepertinya tak bisa berkutik. Mau tak mau ia harus mengikuti kemauan Anita menjadi anggota Tanduk Berlian.

Tapi Hasyi berusaha tidak panik. Ia terus mengingat kata-kata terakhir ibunya. Jika Hasyi tidak mudah panik dan gelisah, ia pasti akan menemukan solusi semua masalah dengan mudah.

Ketukan pintu tiga kali terdengar di pintu kayu yang berada tepat di belakang Anita. ”Masuklah, Tuan Banaspati,” Anita menyambut ketua regunya.

Seorang pria paruh baya siluman api dengan kumis coklat memanjang di atas bibirnya. Ia masuk perlahan-lahan membuka pintu kayu ruang interogasi itu sambil membetulkan seragamnya.

“Anita, jadi ini kedua temanmu yang katanya ingin bergabung bersama kita menjadi anggota regu pengumpan?” tanya Banaspati ramah sambil melirik Hasyi dan Selim yang sedang menggelengkan kepala perlahan-lahan. Mereka ingin mengisyaratkan jika sebenarnya sama sekali tak ingin bergabung dengan pasukan pengumpan.

Untuk ukuran pemberontak dan penculik, Banaspati dan Anita memang sangat ramah di mulut. Tetapi mereka menyeret Hasyi dan Selim dengan sisa tali rantai di kakinya dengan sangat kasar.

Bahkan Anita tertawa sambil menodongkan sebuah senapan ke arah kepala Hasyi dan Selim, memperlakukan mereka seolah budak yang sedang ditawan.

Banaspati menyambut kedua anggota barunya dengan ramah. Dalam benaknya, akhirnya regu pengumpan tidak kekurangan anggota.

Banaspati pun menuntun kedua anggota barunya itu keluar dari ruang interogasi yang terbuat dari kayu menuju lapangan luas di dekat jalanan tanah merah yang dikepung pepohonan lebat. Tanah lapang itu agaknya bekas pohon-pohon yang sudah ditebang.

Berbagai tank, kendaraan panser, persediaan bom rakitan, persenjataan artileri, dan amunisinya berjejar di sana. Banyak orang yang sedang berlatih baris-berbaris dan belajar tembak-menembak dan menggunakan berbagai senjata menghiasi lapangan rahasia di tengah hutan ini.

Markas hutan ini dikelilingi dengan rawa, jurang, serta berikade kawat berduri yang semakin sulit dijangkau oleh pihak luar. Parit terbentang mengelilinginya dan pepohonan raksasa yang rindang membuat area sekelilingnya menjadi gelap ditutupi bayangan pohon.

Tanduk Berlian memiliki satu kapal induk pesawat luar angkasa yang berbentuk corong tabung terbang. Pesawat ini mengawasi markas Tanduk Berlian dari luar angkasa. Saking canggihnya pesawat itu tidak dapat dideteksi oleh pihak kerajaan atau negara lain.

Pesawat itu dapat lepas landas dan mendarat secara vertikal seperti helikopter, tetapi bisa mencapai kecepatan lebih dari 490.000 mil per jam. Jadi, pantas disebut kombinasi jet dan helikopter.

Landasannya pun hampir tak perlu dibuatkan secara khusus karena kemampuannya seperti helikopter tadi. Untuk kebutuhan perang, pesawat ini dilengkapi dengan rudal dan senjata laser Hellads yang bisa dikendalikan otomatis dari jarak jauh.

Suara deraian air terjun yang tampak megah setinggi ratusan meter terus terdengar di seluruh wilayah markas rahasia ini. Airnya jatuh dari tebing curam yang amat tinggi sehingga menimbulkan suara bergemuruh.

Kantor-kantor markas ini hanya terbuat dari gubuk kayu dan bambu, tetapi di dalamnya dipenuhi peralatan komunikasi canggih. Ratusan balon udara Zeppelin beserta bahan bakarnya didaratkan di lapangan yang luas di tengah hutan ini, seperti mobil yang ada di tempat parkir.

Banaspati menuntun Hasyi dan Selim menuju lapangan tanah merah paling kecil dibandingkan lapangan tanah merah milik regu lain. Lapangan tanah merah itu telah disediakan khusus untuk regu pengumpan dengan pagar kayu seadanya yang membatasi lapangan itu dengan lapangan regu lain. Banaspati juga memperkenalkan Hasyi dan Selim kepada dua anggota lain Tanduk Berlian.

Di tempat ini, semua anggota diperlakukan dengan buruk atau setidaknya kurang ramah. Waktu istirahat sangat jarang diberikan. Persediaan makanan dan air untuk tawanan perang sipil dari bekas pasukan Janissary yang diculik pun sangat minim. Banyak yang berkelahi sampai terinjak-injak untuk mendapatkan air di dalam sel tahanan mereka.

Kadet sukarela maupun tawanan perang sipil yang baru masuk semangatnya dipacu dengan puluhan cambukan dan kata-kata kasar oleh sersan mereka. Tentu saja anak autis seperti Hasyi dan Selim sangat benci kata-kata kasar apapun maksud kata-kata kasar itu diucapkan. Jika melarikan diri dari tugas lebih dari sepuluh kali atau melapor ke polisi kerajaan tentang lokasi markas ini, ia akan diincar dan diburu Tanduk Berlian.

Penembak misterius biasanya berusaha menemukan dan membunuh mereka yang membelot. Meskipun banyak juga yang akhirnya melarikan diri tanpa dapat dideteksi Tanduk Berlian dan berhasil selamat karena anggota yang jumlahnya terlalu banyak sulit untuk diatur oleh organisasi tersembunyi seperti Tanduk Berlian.

Mata Selim terbelalak begitu memandang salah seorang dari kedua anggota Tanduk Berlian lain. Anggota yang dipandang Selim itu pun tak kalah terkejutnya melihat Selim bergabung. Anggota yang dipandang Selim itu adalah kakak sepupunya, seorang remaja laki-laki bernama Irvan Armagan.

Jantung Selim seketika seakan berhenti berdetak dan membeku memandangi kakak sepupunya. Irvan menatap Selim dengan senyuman mengancam dan membuat Selim semakin gelisah ketika disuruh bersalaman oleh Banaspati. Telapak tangan Irvan terasa dingin, padahal Selim sudah lama mengenalnya.

Irvan Armagan adalah orang yang sangat percaya diri selalu merasa cukup terhadap apa yang dimilikinya. Ia berpenampilan sederhana, pendiam, tidak mudah berteman, walaupun sebenarnya ia sangat suka berteman dengan banyak orang. Tetapi ia cenderung lebih suka mencari ketenangan.

Irvan juga sangat pandai menyesuaikan diri dengan banyak orang. Ia terlihat lamban namun itu bukan karena ia tidak setangkas orang lain. Justru ia memiliki penguasaan yang baik dan awas terhadap lingkungan sekitarnya. Ia selalu bisa mengatakan sesuatu yang tepat pada waktu yang tepat.

Sedangkan satu lagi anggota pasukan pengumpan itu adalah Harris Aryan. Ia terlihat sangat mengenali Hasyi, seakan ia adalah sahabat lama Hasyi. Tapi Hasyi mengacuhkan Aryan, seakan ia belum pernah bertemu Aryan sama sekali.

“Hai kau Hasyi kan? Aku Aryan, dulu aku temanmu saat di panti asuhan!” seru Aryan tanpa ragu. Ia tak khawatir seandainya salah orang.

Aryan menepuk pundak Hasyi. Mata Hasyi masih celingukan mengagumi pemandangan markas rahasia Tanduk Berlian yang tersembunyi di tengah hutan belantara yang indah.

Hasyi menunduk. Bingung.

“Kau mengenaliku ya? Aku memang pernah dititipkan ibuku di panti asuhan, tapi aku ini sangat mudah melupakan nama orang, tetapi memang aku seperti pernah melihat wajahmu.

Tapi aku lupa nama semua temanku di panti asuhan itu. Kalau kita memang pernah bertemu, aku senang bisa bertemu denganmu lagi,” Hasyi mengulurkan tangan menjabat tangan Aryan.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama