Lagu Tidur untuk Azra

 

Dua putri kecil berusia delapan dan sembilan tahun menghampiri dapur istana. Mereka menuju sebuah meja yang memajang kue tart stroberi. Mereka berebut kue yang seharusnya dimakan pada pukul 12 saat pesta dimulai.

Ada sebuah tulisan peringatan di kue tart itu, siapa pun yang memakannya lebih dulu sebelum pukul 12, maka di masa depan ketika remaja, kakinya akan lumpuh. Tentu saja, Hasya dan Azra yang saat itu masih anak-anak tak paham dan tak peduli dengan kutukan yang tertulis di krim stroberi pada kue itu.

Awalnya Azra melarang Hasya memakan kue itu karena takut kue itu akan sangat berbahaya. Namun Hasya tidak peduli. Ia tetap memakan kue itu sembunyi-sembunyi dari Azra. Ia memotong kue itu dengan pisau dan menyembunyikan dalam gaunnya. Hasya melahapnya diam-diam saat keluar dari dapur. Sementara Azra masih memimpikan akan memakan kue itu, ia tidak menyadari jika kue itu telah berkurang karena dimakan Hasya.

“SIAPA YANG MEMAKAN KUE ITU?” tiada angin tiada hujan, ayah Azra yang sangat tegas dan disiplin masuk ke dapur dan sangat marah melihat kuenya sudah berkurang.

Mendengar keributan yang terjadi, Hasya kecil langsung masuk ke dalam dapur dengan panik disertai wajah ketakutan. Ia takut perbuatan nakalnya ketahuan setelah memakan kue yang ia curi. Ayah Azra pun langsung bertanya dengan lembut pada Hasya. Tentu saja Hasya kecil tidak mengaku jika ia mencuri kue. Ayah Azra yeng merupakan bangsawan dan panglima kehormataan itu pun langsung kembali meninggikan suaranya dan menuduh anaknya sendiri, Azra, yang mencuri kue. Ia menampar pipi Azra hingga membuat Azra seketika menangis.

Namun bukannya meminta maaf pada Azra, ayah Azra justru mengelus Hasya dan menggendongnya sambil memandang anaknya dengan sengit. Sebenarnya ayah Azra tak mau anaknya memakan kue itu karena takut ketika dewasa Azra akan kehilangan kemampuan berjalannya karena kutukan dari kue itu. Itu akan mengganggunya sebagai seorang anggota militer wanita kerajaan yang akan menggantikan ayahnya yang tak punya anak laki-laki.

Sambil digendong ayah Azra, Hasya kecil meledek Azra yang masih merasa terpuruk.  Hasya menjulurkan lidahnya. Azra merasa ayahnya tak membelanya. Seakan Hasya menunjukkan dan mengintimidasi Azra jika ia telah merebut semua yang Azra miliki. Azra diperlakukan sebagai anak nakal oleh kenakalan yang dilakukan Hasya hingga ia tak memiliki apapun, mesikipun saat itu Hasya kecil masih polos dan tak bermaksud melukai hati Azra. Pribadi Azra yang rapuh sudah telanjur terluka.

Mungkinkah suatu saat nanti kaki Hasya yang akan lumpuh karena ialah yang memakan kue ini dan bukan Azra yang sedang dituduh? Hasya sama-sekali tak merasa bersalah dari sinilah rasa dendam dan iri Azra pada Hasya dimulai. Ia merasa ayahnya lebih sayang pada Hasya karena Hasya calon penerus takhta yang harus dihormati. Namun ini adalah takdir dunia yang menyedihkan, semua perbuatan ada balasannya, cepat atau lambat, adil atau tidak.

 

***

“Begini cara kamu bersahabat dengan seseorang? Setelah kau buat nyaman, tiba-tiba kau tinggalkan aku tanpa alasan?" kata Azra menahan amarah pada Pengeran Kurniawan sehari sebelum hari perjodohan antara Pangeran Kurniawan dengan Hasya. Pangeran Kurniawan dan Hasya dijodohkan karena terpaksa. Inilah salah satu kisah percintaan antara manusia biasa dan manusia berdarah siluman yang tak selamanya berakhir bahagia seperti dalam dongeng.

"Mana yang katanya bilang selalu ada saat aku butuh? Selalu ada untuk menghapus air mataku? Selalu ada untuk menghiburku dan membuatku tertawa, mana?” tanpa sadar Azra membentak Pangeran Kurniawan.

Tiba-tiba, Pangeran Kurniawan meraih tangan Azra. Lalu memeluknya hangat di bawah cahaya bulan. Seperti ada air yang menetes di pundak Azra karena malam itu Azra memakai cardigan yang hanya menutup sebagian pundaknya.

"Benar memang cinta itu menyakitkan. Kalau tidak sakit, bukan cinta namanya," kata Pangeran Kurniawan pada Azra.

"Aku mencintaimu. Tapi, bagaimana bisa menyayangi seseorang yang tak pernah bisa memiliki kesempatan? Aku pria paling tidak berguna. Keberanian untuk menyatakan cinta padamu pun aku tak punya,” tiba-tiba Pangeran Kurniawan tergagap. Lalu terisak. Azra terhenyak ketika Pangeran Kurniawan menyatakan perasaannya.

“Aku mengenal dia sejak usia tujuh tahun. Tak pernah sedikitpun aku melihatnya menangis, sekalipun saat tangannya patah karena menangkapku jatuh dari atas pohon, namun kini apakah  dia menangis untukku? ” gumam Azra.

Suasana malam itu sungguh temaram. Bulan purnama menjadi saksi persahabatan Azra dan Pangeran Kurniawan yang rapuh dan berubah menjadi romansa percintaan.

"Mungkin, suatu hari nanti, aku akan baik-baik saja. Aku memang paling lama dekat denganmu. Paling tahu kamu. Selalu ada saat kamu butuh dan terluka. Tapi, cinta bukan tentang siapa cepat, siapa dapat. Juga belum tentu yang berkorban banyak pasti akan menang," lanjut Pangeran Kurniawan.

"Benar, tak ada persahabatan antara pria dan wanita tanpa salah satunya jatuh cinta, siapa pun tahu itu"  lirih Azra.

"Suatu hari nanti, aku akan menggerakkan hatimu untuk menerima kenyataan dan merelakan perpisahan kita," Pangeran Kurniawan meyakinkan Azra untuk menerima kenyataan jika hubungan cinta mereka kini berakhir demi memenuhi keegoisan orang tua.

"Kurniawan, mencintai seseorang bukanlah ilegal. Tapi, apakah ketika kita menjadi pasangan, lalu putus, persahabatan kita tetap akan ada? Atau, justru hilang?" tanya Azra.

Azra lalu diam. Tak lagi ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Hanya senyum getir di bibir merahnya. Hanya ada tatapan hangat dari kedua mata cokelatnya.

"Boleh kah aku memelukmu sekali lagi? Selamanya kita tak akan berpisah. Meskipun kisah cinta kita dipisahkan perjodohan dengan adik sepupumu, Hasya, yang merupakan penerus takhta sepertiku demi menyatukan kedua kerajaan, namun cinta dan persahabatan kita yang abadi tak akan musnah oleh perjodohan," ujar Pangeran Kurniawan.

“Ternyata kami saling jatuh cinta, tapi kenapa semua tidak berjalan dengan skenario yang dulu aku harapkan. Padahal dulu aku menunjukkan perasaanku pada Kurniawan, tapi Kurniawan malah tidak merespons apa-apa.  Pada akhirnya, rasa itu perlahan terkubur, hilang dimakan waktu, dan saat ini ia kembali hadir. Aku tak bisa berkata apa-apa, malam ini akan menjadi pertemuan terakhir kami. Aku pergi,” desah Azra dalam hati.

Kini Pangeran Kurniawan, kekasih Azra satu-satunya, orang yang paling ia cintai di dunia, seakan menghilang perlahan ditelan kabut merah bulan purnama. Bayangan saudara sepupunya seakan kini menyelimuti Pangeran Kurniawan.

“Mungkin kita harus berpisah karena keegoisan keluarga, tapi cinta kita tetap abadi…” bisik Kurniawan lembut.

 

***

Hasyi sangat terpukul setelah kematian ayahnya, terutama ketika Hasyi tahu dirinya adalah pangeran yang dibuang. Seperti biasa, Hasyi kembali melakukan stimming. Kali ini dengan mengelilingi istana bahkan menara karena tak bisa berhenti memikirkan orang tuanya.

Hasyi ingat seorang pun tidak boleh menaiki menara istana. Bahkan Putri Hasya dilarang mendekati menara itu. Hasya juga tidak peduli dengan menara tua itu karena istananya sudah sangat luas, ada tempat lain yang lebih mewah untuk dinikmati.Tapi anak autis seperti Hasyi selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan merasa jika istana itu adalah rumahnya.

Dalam menara yang sepi dan sedang tidak dijaga itu, ada sebuah kamar besar yang sangat mewah. Hasyi merasa seperti ada orang di dalamnya. Namun pintu emas di kamar itu terkunci. Hasyi tak kehabisan akal. Ia menggunakan tubuh cyborgnya untuk membuat duplikat kunci dari besi tua yang dipanaskan dan membuka kamar itu. Begitu terkejutnya Hasyi begitu mendapati seorang anak laki-laki dengan kaki terbelenggu rantai di kamar itu sedang membaca buku. Hasyi pun bergegas bertanya padanya.

Tubuh anak laki-laki itu sangat kurus tak terawat. Ia terlihat seperti berusia antara delapan atau 10 tahun untuk ukuran manusia, tapi kemungkinan lebih tua lagi karena kini Hasyi berusia 18 tahun. Seharusnya anak itu berusia 13 tahun karena ia siluman yang awet muda, tapi ia kekanak-kanakan karena sepertinya tidak pernah berinteraksi dengan siapapun di menara itu.

Anak itu terlihat ketakutan setengah mati hingga hampir kehabisan napas saat berhadapan dengan orang asing. Tapi ia bisa menarik napas lega karena yang membuka pintu kamarnya, atau lebih tepatnya sel penjara, bukan petugas yang biasa memarahi dan mencambukinya seperti hewan hanya karena kesalahan kecil.

“Namamu siapa, Dik kenapa kamu diikat di sini?” tanya Hasyi lembut.

“Sinbad,” jawabnya singkat.

Lantaran selalu mendekap di kamar, anak itu tampaknya tidak mengetahui perbedaan siang dan malam. Setiap hari biasanya ada seorang petugas yang membawakan anak itu makan. Jika petugas tidak sempat, ada puluhan kaleng makanan sintetis yang diisi ulang setiap harinya. Sampah kaleng makanan sintetis berserakan di lantai kamar itu.

“Siapa orang tuamu? Mengapa kau terkurung di menara ini?” Hasyi kembali bertanya.

Sinbad pun menjawab dengan gugup. “Seingatku nama ibuku Halimah Hatun, Sang Raja bilang dulu ibuku adalah seorang ratu dan ratu adalah istri raja. Tapi Raja bilang aku bukan anaknya, hanya itu yang kutahu. Aku juga tak tahu mengapa aku dikurung di sini sejak dilahirkan. Yang jelas Raja bilang tak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan aku,” anak itu sepertinya tidak terpengaruh kekuatan Sang Raja dalam menghapus ingatan.

Hasyi terperanjat. Ia ternyata seibu dengan Sinbad. Bagaimana bisa? Hasyi spontan berpikir berarti Sinbad adalah adiknya juga, seperti Hasya.

Hasyi adalah satu-satunya harapan anak itu untuk meraih kebebasan. Anak itu merasakan penderitaan yang sama dengan kedua kakaknya, Hasyi dan Hasya. Ketiganya harus terpisah satu sama lain di tempat, waktu, dan keadaan yang berbeda. Takdirlah yang mempertemukan mereka kembali.

“Kakak punya makanan? Aku lapar,” anak itu memelas. Hasyi pun memberikan wortel mentah yang biasa ia jadikan cemilan.

Sejak Hasyi semakin dewasa, ibu Hasyi juga menjadi ibu yang lebih dewasa. Ia tak pernah melakukan hal tak terpuji seperti itu lagi, meskipun keinginannya untuk menikah lagi masih ada. Ia tak ingin punya anak lagi. Ibu Hasyi melakukan itu ketika masih muda dan mungkin emosinya belum sesetabil saat dewasa.

Hasyi yang lugu masih bisa memaafkannya. Ibu Hasyi sudah cukup belajar dalam mengurus Hasyi dan menjadi ibu yang baik serta dapat melindungi keutuhan keluarganya. Hasyi tahu ibunya pasti sangat menyesal di alam sana. Hasyi tak ingin memberatkan pikirannya dengan dendam.

Air mata Hasyi tak bisa berhenti mengalir. Rasanya ia ingin menjerit dan membentak ibunya, meskipun seandainya ibu Hasyi masih hidup, ia tak akan tega membentak ibunya yang sudah dipenuhi rasa malu. Tapi apa boleh buat itu tak ada gunanya. Masa lalu tak bisa diulang, anak itu memang nyata bukan mimpi atau khayalan. Ia dipertemukan oleh adik kandungnya lagi.

Hasyim memercayai ucapan anak itu karena wajahnya sangat mirip dengan ibunya, meskipun wajahnya sama sekali tak mirip ayahnya. Hasyi langsung mendekap anak itu. Jauh di lubuk hatinya, Hasyi menyadarinya karena ia merasa jiwanya terikat dengan anak itu. Sejak kecil Hasyi merasa kesepian karena tak memiliki saudara laki-laki. Ia pernah bermimpi bermain bola bersama adik laki-lakinya meskipun itu tidak nyata.

Hasyi mengingat-ingat nama Sinbad karena kata itu pernah ia baca di buku harian Raja Ghaozon, ayahnya. Hasyi segera membuka buku harian Sang Raja hingga hampir sobek. Ia juga segera membuka rantai yang membelenggu anak itu dengan sigap dan membersihkan luka akibat gigitan nyamuk di kakinya. Terlepas dari semua aksi teror yang Hasyi lakukan belakangan ini, Hasyi memiliki hati yang tulus. Meskipun merasa kecewa dengan ibunya, Hasyi tetap menerima adik kandungnya dengan lapang dada.

Dari buku harian Sang Raja, anak laki-laki itu disebutkan sebagai anak hasil perselingkuhan ibu Hasyi dengan laki-laki lain. Ibu Hasyi pasti tidak mencintai Sang Raja karena menganggap Raja sangat egois dan lebih mementingkan kekuasaan dibandingkan perasaan istrinya. Bahkan Raja kurang perhatian pada ibunda Hasyi, Ratu Halimah. Halimah menikah dengan Sang Raja hanya untuk menjadi ratu sehingga dulu ia berani melarikan diri bahkan berselingkuh dengan laki-laki lain, entah siapa laki-laki itu. Setelah dites DNA, diketahui jika Sinbad bukanlah anak kandung Sang Raja, seperti Hasyi dan Hasya. Ratu mengaku berselingkuh karena mencari laki-laki lain yang lebih nyaman.

Hasyi tak percaya ayahnya memiliki hati yang begitu baik dengan membiarkan anak hasil perselingkuhan istrinya tetap hidup dan merawatnya, meskipun anak itu agak diperlakukan seperti binatang dan seringkali dicambuki petugas yang mengunjunginya. Raja masih memberikan fasilitas yang sangat mewah kepada anak itu untuk menghabiskan seumur hidupnya di dalam menara istana, tanpa sekalipun melihat dunia luar.

Raja berusaha menyembunyikan anak hasil perselingkuhan istrinya alih-alih membunuhnya. Jika tidak dihasut Pasha Bey dengan mengatakan tentang Hasyi yang mengalami autis suatu saat nanti akan menghancurkan kerajaan ini, Raja tentu tak akan membunuh Hasyi. Hasyi mungkin akan bernasib seperti Sinbad yang dikurung dan disembunyikan di menara untuk menjaga nama baik Raja karena memiliki anak autis.

Raja Ghaozon sangat geram dengan istrinya karena tak pernah menyerah memaksanya mengakui Sinbad sebagai anak kandungnya. Sebab itulah rasa sayangnya pada istrinya dan anak-anaknya mulai berkurang hingga ia mulai tak ragu membunuh Hasyi. Raja sudah berkorban dengan membuat larangan memiliki selir, meskipun raja pendahulunya memiliki banyak selir. Sayang, istrinya sendiri malah mengkhianatinya dan berhubungan dengan laki-laki lain. Raja memang selalu tidak pernah mendengarkan pendapat ratu dalam membuat kebijakan bahkan ia sering bersikap kasar seperti membentak dan memukul istrinya. Itulah sebabnya ratu tergoda pada laki-laki lain. Ratu seringkali mementingkan dirinya sendiri dibandingkan suaminya. Ratu dan seluruh anggota keluarga besarnya lebih banyak berpengaruh terhadap pemerintahan kerajaan dibandingkan rajanya sendiri.

Sebenarnya, sebelum Ratu Halimah ingin melarikan diri dari istana bersama Hasyi yang masih balita, ia juga sempat ingin menyelamatkan Sinbad. Namun karena sempat terjadi kudeta, Ratu Halimah tak punya waktu berlari menuju menara istana. Ratu tak setuju Sang Raja menyembunyikan anaknya itu, meskipun Sang Raja mengancam akan menghabisi nyawa anak itu jika Halimah membeberkannya. Ketika Sinbad lahir, Sang Raja menyatakan pada Halimah, ia tak mau terjadi perebutan takhta antara Hasyi dan Sinbad yang kelak akan tumbuh menjadi seorang pangeran.

Dari iris dan pupil matanya, Hasyi langsung menyadari jika anak itu adalah manusia, seakan tak memiliki darah siluman sama sekali. Pasti ibunya telah berselingkuh dengan manusia di negara lain. Tapi dari penampakannya yang seperti anak kecil, Hasyi merasa anak itu juga siluman yang awet muda seperti dirinya. Hasyi sebenarnya ingin mengabarkan ini pada Hasya. Namun ia telah masuk ke tempat ini tanpa izin dan Hasyi tak ingin membebani pikiran adiknya yang terpukul setelah kematian ayahnya. Ia khawatir Hasya kian terpukul lantaran ternyata orang tuanya masih menyimpan rahasia yang lain.

Hasyi mencoba menyembunyikan Sinbad di rumah orang tua tirinya untuk sementara. Ia mengaku itu adik temannya yang sedang menginap. Keesokan harinya, ia mengajak Sinbad ke sebuah taman bermain dengan memboncengnya di sepeda.

Sudah belasan tahun terkurung di dalam menara, Sinbad kini meraih kebebasan meskipun ia awalnya agak bingung saat melihat jalanan kota. Kekagumannya terlihat setelah matanya berbinar memandangi kendaraan dan gedung-gedung pencakar langit.

***

Hasyi lalu mengajak Sinbad ke sebuah karnaval dan bermain wahana arung jeram. Semua penumpang di wahana itu basah kuyup, tapi Sinbad tetap senang. Sinbad sangat suka bermain air. Ia adalah anak yang sangat suka tantangan baru, bertolak belakang dengan Hasyi. Mereka mengelilingi karnaval itu dengan menggunakan sepeda. Hasyi juga mengajari Sinbad menaiki sepeda seperti ibunya yang dulu mengajari Hasyi naik sepeda dengan kerja keras terutama dalam mengikuti peraturan berkendara di jalanan. Hasyi masih ingat pesan ibunya dalam berkendara, mengikuti lajur dan tak boleh melawan arus. Hasyi tanpa sadar meneteskan air mata mengingat ibunya. Ia memang sedang kecewa pada ibunya, tapi ia juga merindukan ibunya yang sudah banting tulang demi mengurusi dirinya. Padahal Hasyi sudah berusaha melupakan kematian ibunya. Kini ia harus memendam kesedihan lagi.

Mengurus anak autis seperti Hasyi bukanlah hal mudah bagi orang tua. Ada orang tua yang tega menelantarkan anak autis di panti asuhan atau bahkan membunuhnya karena menganggapnya sebagai beban. Hasyi kembali mengingat perjuangan dan pengorbanan ibunya. Kini, ia ingin mencontoh perjuangan dan pengorbanan ibunya dengan menjadi kakak yang baik.

Ibu Hasyi juga sudah mengorbankan banyak hal untuk mengurus Hasyi. Ibu Hasyi atau Ratu Halimah sudah melupakan sikap haus kekuasaannya hingga berani membuang gelarnya sebagai ratu demi nyawa Hasyi. Ia juga tak malu diasingkan oleh anggota keluarga besarnya. Ratu sangat menyayangi dan berlebihan melindungi Hasyi karena ratu pernah kehilangan dua anak dari pangkuannya, yaitu Sinbad dan Hasya. Karena itulah Halimah tak ingin kehilangan anaknya lagi dan selalu memiliki rasa khawatir berlebihan pada Hasyi.  Tak ada yang sempurna di dunia ini, baik ayah maupun ibu Hasyi mempunyai alasan memisahkan mereka bertiga.

Hasyi berusaha berhenti ikut campur dalam masalah orang tuanya. Urusannya bukan di masa lalu, tapi masa kini. Ia yang selama ini hidup sebagai anak laki-laki tunggal kini bukan hanya mengurus diri sendiri, tapi juga bertanggung jawab pada kedua adiknya, Hasya dan Sinbad. Meskipun Hasyi menyayangi mereka dan tak pernah menggangap mereka sebagai beban, ia paham akan banyak bahaya menanti dirinya dan adik-adiknya di masa depan. Tapi ia yakin keceriaan adik-adiknya akan selalu memberinya kekuatan untuk tetap tegar menghadapi berbagai cobaan hidup.

Di tengah karnaval tiba-tiba terdengar suara ledakan besar. Semua pengunjung berhamburan keluar dengan teriakan panik. Hasyim dan Sinbad yang sedang santai duduk di komidi putar pun terjebak di atas. Petugas berencana menurunkan penumpang satu-persatu.

Sesaat kemudian, datang robot raksasa yang semakin mendekat ke karnaval itu. Hasyi dari awal sudah tahu jika robot itu adalah ciptaan teman-temannya di regu pengumpan.

Kali ini anggota regu pengumpan hanya dua orang, Selim dan Aryan, sejak Hasyi tak pernah lagi menanggapi panggilan tugas dari markas pusat Tanduk Berlian. Hasyi memilih menghindar dari Tanduk Berlian karena tak ingin menggulingkan kekuasaan adik kembarnya sendiri, Putri Hasya.

Pertarungan regu pengumpan kini benar-benar hanya menjadi duel antarrobot.  Lanza dan pasukan kepolisiannya terlihat bertarung di sana. Para polisi itu memiliki banyak helikopter yang mampu bertrasformasi menjadi robot terbang. Mereka menamai robotnya sebagai Peter Pan melawan Selim dan Aryan yang bekerja sama memodifikasi tank dan kendaraan panser menjadi robot. Selim dan Aryan menggabungkannya dengan besi kereta baja sehingga menjadi robot raksasa dengan amunisi dari peluncur roket yang tidak terbatas dan hampir mustahil dikalahkan. Mereka menamai robotnya Mad Hatter terinspirasi dari nama samaran Hasyi. Robot mereka dapat menimbulkan kerusakan besar saat melakukan aksi terror. Naga Hijau kini tak lagi menanggapi regu pengumpan yang hanya mengalihkan perhatiannya dari tahanan politik. Regu pengumpan dianggap hanya ancaman kecil sejak Lanza mengatakan jika ia dan kepolisian mampu mengatasi regu pengumpan sendirian tanpa bantuan pasukan elite Janissary yang lebih sibuk menghadapi kelompok yang lebih besar. Kebanyakan orang sudah melupakan identitas anggota regu pengumpan, tapi Lanza masih mengingat Hasyi. Ini lantaran Lanza belum melihat siapa sebenarnya kedua rekan Hasyi karena Selim dan Aryan selalu memakai topeng. Hasyi sudah menghapus ingatan semua orang tentang keberadaan regu pengumpan untuk menyelamatkan diri.

“Menyerahlah! Kalian sudah terkepung! Kalian akan mati konyol jika tetap melawan petugas!” gertak Lanza melalui gelombang speaker di dalam robotnya. Polisi lain menjadikan baling-baling helikopternya sebagai pedang robot dan menggunakan berbagai elemen dewa astabrata atau astraisme untuk menyerang. Tapi, besi panser yang sudah dimodifikasi Selim dan Aryan sulit ditembus. Setelah gagal menggores robot regu pengumpan, polisi  melemparkan baling-baling robot itu menggunakan api elemen astabrata.

Kali ini tugas regu pengumpan adalah mencuri sebuah senjata pemusnah massal berupa gas beracun dan senjata biologis virus buatan yang dirancang dan diciptakan oleh computer kerajaan. Senjata itu disembunyikan kerajaan di salah satu wahana permainan di karnaval itu. Sebelumnya, tak ada pemberontak yang menduga jika senjata itu disembunyikan di karnaval yang tidak aman. Namun kini regu pengumpan sudah mengetahui lokasi senjata yang apabila berhasil dikuasai, maka 40 persen kemenangan akan jatuh di tangan pemberontak.

Lantaran merasa agak tidak enak hati setelah menolak panggilan tugas, Hasyi pun menghubungi Selim dari dalam robot melalui tubuh cyborgnya. Ia ingin bergabung meskipun ia harus menjaga Sinbad. Tapi Hasyi sangat kebingungan ketika harus memilih temannya atau Sinbad yang tentu saja tak bisa ditinggal sendirian. Sinbad bisa terluka jika tidak dibawa ke tempat yang aman. Jika dibiarkan di tengah pertarungan atau diajak masuk ke dalam robot, Sinbad yang masih kecil dan tak paham situasi bisa saja mengganggu regu pengumpan melawan Lanza dan membuat mereka kalah. Hasyi rasanya ingin membenturkan kepalanya. Lagi-lagi ia dihadapkan pada pilihan yang sulit.

Tak ada pilihan, Hasyi segera masuk sembunyi-sembunyi ke dalam kopkit di dalam kepala robot itu dengan membawa Sinbad.

“Ke mana saja kau Hasyim? Kami membutuhkanmu, aku butuh tubuh cyborgmu untuk meningkatkan cadangan tenaga dan meningkatkan tingkat daya tahan. Tubuh cyborgmu memberikanku akses pada persenjataan terlarang di robot ini,” seru Selim yang langsung menjadikan Hasyi pilot. Selim memberi Hasyi helm kendali jarak jauh.

Robot helikopter anggota kepolisian di pihak Lanza jumlahnya memang lebih banyak, tapi bahan besinya tidak sekuat robot panser regu pengumpan. Sekali robot helikopter itu ingin meninju robot regu pengumpan, tangan dan tubuh robot itu langsung remuk diremas robot regu pengumpan tanpa bisa menggores sedikitpun. Seakan semua serangan yang dilakukan kepolisian tak ada yang mempan pada robot yang memiliki daya tahan tak terbatas.

Tapi Lanza tak kehabisan akal. Robot helikopter milik kepolisian dapat terbang dan bergerak jauh lebih cepat. Sementara, robot panser itu kesulitan menjangkau robot polisi jika tak henti menembakkan jangkar peluncur roket dari udara. Lanza dapat melakukan serangan jarak jauh yang efektif tanpa dijangkau sedikitpun regu pengumpan. Robot dari kedua belah pihak saling menembakkan misil satu sama lain selama lima belas menit. Satu-persatu robot helikopter polisi berhasil dibanting ke tanah dan besinya hancur berkeping-keping. Pilot di dalamnya keluar dari kopkit robot itu dengan menggunakan sebuah kursi pelontar dan jatuh dengan selamat menggunakan parasut.

Secara otomatis robot regu pengumpan menyadari bila sistem mengalami kerusakan. “Hasyi anak siapa yang kau bawa ini ? Dia mengganggu kita! Kau tak lihat di monitor panorama, robot Lanza sedang mengeroyok kita. Kesalahan kecil saja bisa membuat kita jadi bulan-bulanan lawan,”  teriak Selim berusaha menepis tangan Sinbad yang memainkan dengan asal semua konsol di dalam robot itu.

Sinbad mengira konsol itu adalah sebuah permainan seperti yang ada di karnaval karena anak kecil memiliki rasa ingin tahu yang besar dan membuat mereka bergerak tak tentu arah. Sinbad membuat robot itu bunuh diri dengan menembakkan jangkar peluncur roket ke dirinya sendiri dan membuat mereka kurang pertahanan hingga membuat robot helikopter Lanza dengan mudah menggores besi robot itu hingga hampir terbakar. Selim tetap mengoceh karena ia yang paling memahami keadaan robot ini. Adapun Aryan tetap fokus melindungi robot itu dari pertempuran dengan menari-narikan jarinya di atas keyboard robot itu menggunakan gelombang tenaga warna ungu sebagai tamengnya.

Lanza adalah orang yang selalu jujur dan tidak memihak siapapun dalam pemikirannya. Ia bahkan tak malu ataupun segan memuji ketangkasan lawan-lawannya dan mengakui kelemahan dirinya. Ayah Lanza yang telah meninggal adalah seorang anggota mafia. Dengan mempelajari catatan kejahatan ayahnya sejak kecil, Lanza mampu memahami cara berpikir mafia atau pun penjahat yang sedang ia lawan. Kini Lanza dan pasukan polisi berhasil memukul telak robot panser itu.

“Baiklah, kita tak bisa bergerak sekarang. Kita harus cari cara untuk melarikan diri,” cetus Selim menembakkan gas beracun dari dalam robot yang menyebar ke seluruh area karnaval itu. Gas itu membuat Lanza dan semua anggota kepolisian yang berada di dalam robot tak melihat apapun di balik monitor panorama. Ketika gas sudah dibersihkan, robot panser itu hilang tanpa jejak. Robot Lanza tak memiliki penyaring udara hingga semua orang yang ada di dalam kopkit kepala robot kesulitan bernapas.

“Seberapa pentingnya anak itu bagimu Hasyi? Kau membuat kita hampir kalah!” Selim membentak Hasyi dengan kasar. Tampak jelas jika Selim sangat kecewa. Sejak masih kecil, Selim belum pernah dan sekecewa itu pada Hasyi.

“Dia adik kandungku, aku sedang mengajaknya ke taman bermain,” jawab Hasyi sambil berteriak panik.

“A-pa!? Kukira kau anak tunggal!” seru Selim. “Baiklah, nanti saja kau jelaskan, sekarang kita harus menyelamatkan diri. Tempat ini tak aman untuk adikmu, bawa dia pergi dari sini!”

Robot panser itu terbang dengan mesin jet yang ada di kakinya. Hasyim masih sangat marah pada Sinbad karena Sinbad membuat teman-temannya marah. Ia sempat memaki dan membentak Sinbad yang langsung menangis.

 

***

Hasyi kini memihak pada kerajaan khususnya ia memihak adik kembarnya, Hasya. Hasyi sama-sekali tak iri dengan Hasya yang seumur hidupnya mendapatkan kehidupan mewah kerajaan dan menjadi penerus takhta. Sementara ia hidup di kalangan rakyat biasa yang tergolong  miskin.

Di banyak cerita dongeng, anak yang tidak terpilih menjadi penerus takhta akan melenyapkan atau bahkan membunuh saudaranya yang terpilih menjadi penerus takhta karena perasaan iri luar biasa. Namun Hasyi tidak demikian. Mungkin karena ia anak autis yang terlalu polos. Ia telah mematahkan ramalan leluhurnya jika ia akan menghancurkan kerajaan dengan membunuh Hasya. Bagi Hasyi nyawa Hasya jauh lebih berharga dari takhta apapun di dunia. Nyawa Hasyah tak ternilai!

Hasyi sudah lama tidak menanggapi misi pemberontakan yang diberikan regu pengumpan. Ini membuat teman-temannya mulai meragukan kesetiaan Hasyi pada Tanduk Berlian, kecuali Selim dan Anita, yang merupakan teman Hasyi sejak kecil.

Sekarang Hasyim memang mengabdi penuh pada Hasya dan melupakan masa lalunya sebagai pemberontak. Namun seumur hidupnya, sesuatu yang ingin ia lupakan adalah sesuatu yang tak terlupakan. Saat masih kecil Hasyi memiliki beberapa teman yang sering mengkhianatinya, kecuali kedua sahabat sejatinya, Anita dan Selim. Ada teman yang suka bermain bersamanya jika Hasyi punya mainan baru, tapi jika teman Hasyi itu sedang bermain bersama temannya yang lain, teman Hasyi itu malah mengacuhkan Hasyi seolah tak membutuhkan Hasyi lagi karena memiiki teman baru. Bahkan teman kecil Hasyi membully-nya membuat Hasyim semakin sakit hati. Kebanyakan orang hanya mau berteman di saat senang dan meninggalkan di saat susah. Karena itulah, Hasyi menggangap saudara yang memiliki ikatan darah lebih berharga daripada teman.

Upacara pembaptisan Putri Hasya menjadi penguasa tunggal negeri ini berlangsung khidmat. Ia melambai-lambaikan tangan dengan berselempangan pita sutera kuning.  Hasya dianggap satu-satunya pewaris takhta yang terdaftar dalam pohon keluarga kerajaan. Hasyi sudah dihapus dari pohon keluarga kerajaan sejak belasan tahun yang lalu. Jadi ia tak bisa naik takhta meskipun ia adalah anak tertua raja. Kini Hasya sudah mengetahui rahasia yang telah disembunyikan ayahnya bahwa Hasyi adalah kakak kembarnya.

Ratusan jurnalis dan pengamat politik mengabadikan momen Hasya yang sedang dimahkotai sambil mencatat berbagai laporan. Sungguh keajaiban jika mereka mampu keluar dari gedung istana ini tanpa tewas terkena ledakan ranjau darat yang dipasang pemberontak.

Hasyi memberikan Hasya sekotak emas berisi kapur sirih dan Hasya pun memakainya hingga mulutnya memerah seakan sedang menghisap darah. Putri Hasya dilantik di tengah pemberontakan Tanduk Berlian yang masih berkecamuk di seluruh sudut kerajaan. Hasya tak akan menikmati kekuasaannya dengan mudah karena dihantui kekhawatiran sewaktu-waktu akan dikudeta.

Hasyi dan semua tamu di acara penobatan itu mengenakan mantel antipeluru yang dilapisi jaket berbulu untuk melindungi diri dari udara dingin. Belakangan ini Hasya seringkali menjadi target penembakan oleh beberapa anggota organisasi Tanduk Berlian yang menyamar dalam suatu inspeksi militer. Situasi ini membuat hati Hasyi semakin bimbang. Apalagi ketika teman-temannya sendiri di regu pengumpan, seperti Selim dan Aryan, yang melakukan aksi terorisme. Hasyi semakin bingung memilih antara saudara atau teman-temannya yang sama-sama menyayanginya. Mereka sangat cerdas atau pihak kerajaan yang terlalu bodoh sampai mereka bisa selalu menyusup dengan mudah. Pengaruh Tanduk Berlian agaknya sudah semakin besar hingga mulai berani terang-terangan menyingkirkan Ratu Hasya.

Seluruh pengkhianatan ini berakar dari ketidaksukaan rasa dan iri gadis satu angkatan Hasya, seorang jenderal Miggleland, Azra. Meskipun terlihat lebih dewasa, usia Azra sebenarnya tak berbeda jauh dengan Hasya. Tapi, Hasya yang mengikuti wajib militer sebagai putri dan juga berpangkat jenderal, pernah mengalahkan Azra dalam pertarungan sengit adu pedang. Azra yang selama ini merasa senior itu dipermalukan oleh orang yang biasanya ia latih. Dengan dukungan dan harapan rakyat Miggleland yang besar, kala itu Hasya mulai meniti tampuk kekuasaan Miggleland dan menyatakan dirinya akan menjadi Ratu Miggleland seumur hidup.  Sejak itu Azra mulai merasa semakin takut.

Azra kemudian menghasut teman yang juga jenderal tinggi Miggleland untuk merasakan kebencian yang sama terhadap Hasya. Azra adalah anak perempuan, meskipun ayahnya berharap Azra terlahir sebagai laki-laki agar dapat menjadi penerus kekuasannya. Ayahnya memperlakukan dan selalu memberikan Azra pakaian layaknya laki-laki.

Jenderal tinggi itu termakan bujukan Azra karena khawatir dengan kekuasaan absolut seumur hidup Hasya. Alhasil, jenderal tinggi itu setuju dengan Azra dan ikut dalam rencana pembunuhan Putri Hasya. Kini ia mencoba membunuh Putri Hasya sendiri karena Azra sudah telanjur tewas.

Belum sebulan setelah Hasya dilantik sebagai ratu, tepatnya pada hari raya kelahiran raja pertama, yaitu Bhirawa Sanca, para senator yang berkhianat sudah merencanakan matang-matang upaya pembunuhan Hasya.

Seandainya saja mendengarkan saran para sahabat serta Hasyi untuk tidak menghadiri upacara keagamaan bersama senat, mungkin Hasya tidak akan menjadi target pembunuhan saat itu. Akan tetapi seorang jenderal tinggi membujuk Hasya untuk datang agar tidak mengecewakan anggota senat. Hasyah tidak percaya jenderal tinggi itu ingin melakukan pembunuhan karena jenderal itu dikenal sebagai orang yang sangat setia pada Hasya dan salah-satu sahabat terbaiknya. Padahal tanpa Hasya sadari, jendral itu diam-diam telah membantu para pemberontak.

Hasya kini mengetahui Hasyi, kakak kembarnya merupakan seorang pangeran. Namun Hasyi meminta Hasya untuk merahasiakan identitasnya di depan publik. Ia tidak ingin menimbulkan kegaduhan di kalangan rakyat di tengah suasana politik yang memanas. Apalagi Hasyi adalah anggota Tanduk Berlian. Sangat berbahaya jika Tanduk Berlian tahu jika Hasyi adalah pangeran kerajaan ini. Mereka dapat dengan mudah melumpuhkan kerajaan karena telah mengetahui sedikit banyak identitas Hasyi.

Hasyi mendekati salah satu meja tempat Ratu Hasya sedang duduk. Ia akan memakan daging mayat ayahnya. Sudah menjadi tradisi seorang penerus takhta harus memakan mayat pendahulunya. Tetapi wajah Hasya terlihat tidak tega memakan mayat ayahnya.

Hasyi yang sejak kecil tak suka memakan daging sesama manusia berusaha memakan mayat ayahnya untuk menemani Hasya yang sedang bersedih. Ia ingin Hasya merasa lebih baik melihat kakaknya selalu berada di sisinya.

“Kakak, kakak mau makan daging mayat manusia? Aku sendiri saja gak tega makan daging mayat, apalagi mayat ayah!” Hasya mengusap kedua bola matanya sampai berair. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

“Tentu ini semua kulakukan demi dirimu. Aku tidak suka melihat wajah cantikmu selalu khawatir dengan sikapku yang aneh tidak mau memakan daging mayat manusia, tidak seperti sebelumnya ketika aku membenci semua siluman termasuk diriku sendiri karena kita suka memakan mayat keluarga dan saudara kita. Kini aku sudah mulai menerima diriku sebagai seorang siluman api, sebagaimana aku menerima diriku sebagai anak autis sejak lama,” cetus Hasyim.

Hasyi dan Hasya saling berpelukan penuh kasih, seakan kekuasaan seluruh dunia ini adalah milik mereka.

“Saat ini sudah banyak hewan yang punah akibat kerusakan yang dilakukan manusia di masa lampau. Padahal mereka adalah makanan utama manusia. Lantaran manusia setengah siluman sekarang dapat berubah menjadi hewan menggantikan hewan yang punah itu, kita terpaksa harus memakan mayat mereka,” ujar Hasyi. Hasya masih terlihat enggan memakan mayat ayahnya.

“Ngomong-ngomong soal kerusakan alam, aku ada satu permintaan untukmu Hasya. Kau tahu kan sejak kecil aku dibesarkan sebagai rakyat jelata. Waktu masih kecil sangat sulit untuk mendapatkan persediaan air bersih harganya juga sangat mahal untuk rakyat jelata seperti aku dan ibuku. Aku bahkan bisa kuat tidak minum air selama seminggu karena udaranya sangat dingin. Meskipun tak kehausan, kurang minum air bersih membuatku dan teman-temanku sering mengalami penyakit pernapasan. Tolonglah buat kebijakan subsidi atau inovasi baru untuk membuat air bersih dapat dibeli dengan harga terjangkau,” pinta Hasyi memegang telapak tengan Hasyah yang lembut.

“Sebentar lagi bumi akan mengalami periode glasial pasca apokaliptik. Udaranya pasti akan semakin dingin sampai 20 hingga 30 tahun lagi. Zaman es baru yang sangat merepotkan. Memang bukan waktu yang lama untuk manusia setengah siluman seperti kita, tapi itu pukulan yang berat bagi negara-negara lain, tapi di saat itu, air bersih pasti akan semakin langka karena pencemaran limbah di sungai dan es kotor. Ketersediaan air bersih adalah masalah utama yang harus kuhadapi setelah naik takhta,” Hasya memegangi dagunya sambil menatap jendela.

“Oh iya Kak Hasyim, kakak kan selama ini hanya hidup berdua bersama ibu kita, memangnya ibu kita ibu yang seperti apa?“ tanya Hasya. Ia sangat ingin mengagumi sosok ibunya yang hampir belum pernah ia temui seumur hidupnya.

“Dia adalah ibu yang menakutkan, pemarah, cerewet, dan sama seperti kamu suka menggigit leherku kalau sedang  bosan karena baginya aku ini lucu dan katanya pipiku menggemaskan. Kalian berdua selalu bersikap seenaknya. Mentang-mentang aku masih kecil dan tak bisa melawan ia mempermainkanku sesuka hati. Tapi dia adalah ibu yang sangat peduli dan penyayang. Intinya dia tak jauh berbeda denganmu dari segi sifat maupun penampilan kalian berdua sama-sama selalu memahami perasaanku. Dia tahu anak autis sepertiku kurang memiliki perasaan curiga dan peka terhadap keadaan sekeliling, jadi dia berpura-pura menjadi monster jahat yang menculikku agar aku curiga jika ia bukan ibu kandungku. Namun pada akhirnya aku tetap tahu jika ia adalah ibuku karena aku menemukan banyak sikap dan kebiasaan yang sama dengannya. Ibu bilang ucapannya selalu manjur pada anaknya kalau aku nakal ia selalu ingin mengutukku menjadi seekor kupu-kupu yang indah, meskipun itu tak pernah terjadi,” Hasyi bercerita sambil mengelus rambut adik kembarnya.

“Ibu adalah wanita yang tomboy, tapi sangat peduli dengan kecantikannya. Ia terkadang menggodaku dengan serangga menjijikkan seperti kelabang, menunjukkan bahwa dia memiliki selera humor. Sepertinya kepribadian yang baik dan lembut hanya berkembang setelah dia melahirkanku,” kenang Hasyi.

Terkadang Hasya khawatir dengan sikap kakak kembarnya, Hasyi, yang aneh dan seringkali berubah kepribadian. “Kakak kau sudah tidak takut lagi padaku karena kau sendiri sudah lebih menakutkan daripada aku. Tolong jangan tersinggung meskipun wajahmu menakutkan itu bukan berarti wajahmu jelek, justru itulah yang membuatmu menarik,” cetus Hasya.

Tidak seperti Hasyi sebelumnya yang mudah tersinggung karena tak bisa membedakan antara hinaan, candaan, atau pujian, kali ini Hasyi langsung mendekap Hasyah dari tempat duduknya.

“Hasya aku ingin kau bertemu dengan seorang anak, aku lupa memberitahumu. Masuklah Sinbad!” Hasyim memanggil Sinbad ke hadapan Hasya. Sinbad masuk ke tempat penobatan Hasya dengan baju mewah seperti seorang bangsawan. Awalnya Sinbad terlihat sangat pemalu tapi akhirnya ia berani berhadapan dengan Hasya. Setelah sekilas bertatapan, Sinbab kembali memilih keluar dari ruangan.

“Anak siapa yang kau bawa tadi, Kak?” tanya Hasya dengan nada tinggi. Hasya terkejut.

“Maaf Hasya, dia adalah adik kandung kita, satu ibu beda ayah,” bisik Hasyi.

Mata Hasya langsung melebar, ia hampir pingsan mendengarnya. Hasya seperti pernah melihat dan memimpikan wajah anak itu di suatu tempat, setiap kali mengingat atau memikirkannya kepala Hasya terasa semakin sakit. Kepalanya terasa ditancap paku dan lalu dipukuli dengan palu.

“Aku tahu kau tak becanda Kak. Tak perlu minta maaf aku memahami apa yang terjadi, Kakak tak pernah berbohong padaku,” Hasya mengangguk dengan hampa setelah Hasyi memperlihatkan buku harian ayah mereka yang menjelaskan tentang Sinbad. Di catatan itu tertulis jika Raja Ghoazon sangat kecewa dengan istrinya yang berselingkuh, tapi ia tak berani marah karena takut istrinya meninggalkannya, meskipun itu akhirnya memang terjadi di kemudian hari.

“Dia hidup tanpa punya waktu bersama orang tua sama sekali. Berbeda dengan kita. Sebagai seorang kakak, kita harus bisa memberinya kasih sayang dan contoh yang baik. Aku tak bisa memaafkan diriku karena aku tak percaya ibuku yang sangat baik dan satu-satunya orang di dunia selain kau yang menyayangiku, telah melakukan hal tak terpuji seperti ini. Tapi ayah juga salah karena kurang perhatian dan membuat ibu tidak nyaman di dekatnya dan sempat memilih laki-laki lain. Tunggu, itu bukan alasan, biar bagaimanapun aku tahu ibu dan ayah tetap bersalah,” tukas Hasyi. Hasya pun mengangguk.

“Dia masih sangat kecil, kisah hidupnya sangat menyedihkan. Lebih baik ia tetap menikmati ketidaktahuannya selagi bisa. Lebih baik masa lalunya jangan diceritakan, tetaplah hibur dia. Biar bagaimana pun dia tetaplah adik kita. Aku ingin dia punya masa kecil yang bahagia. Aku mau menerimanya, tapi aku sedang sangat kecewa dengan ayah dan ibu kita. Aku perlu sedikit waktu untuk menerima kehadirannya bersamaku,” sahut Hasya yang merasa kasihan dengan Sinbad.

Hasyi awalnya juga perlu waktu untuk menerima Sinbad dan melupakan rasa kecewanya pada kedua orangtuanya. Hasyi menjelaskan semua kisah Sinbad pada Hasya. Hasyah pun menggangguk tapi ia setengah tak percaya. Ia merasa ini seperti mimpi. Kepalanya kembali terasa semakin sakit. Namun ia tetap menerima adik kandungnya dengan berlapang dada. Di sisi lain ia merasa bahagia bisa berkumpul dengan seluruh saudara kandungnya. Hasya baru sadar selama ini ia dilarang pergi ke menara istana karena ayahnya menyembunyikan sebuah rahasia besar. Adik kandungnya ada di sana.

Sinbad kembali masuk ke ruang penobatan. “Perkenalkan nama Kakak, Hasya, Kakak sayang padamu, sini kamu, Kakak peluk,” dengan cepat Hasya juga akrab dengan Sinbad, sama seperti Hasyi. Hasya mencubit pipi anak itu. Sinbad menyukai Hasya tapi tak suka pipinya dicubit ia merasa itu ancaman. Ia berdiri bersiaga menyiapkan kuda-kuda untuk serangan Hasya berikutnya. Padahal semua gerakan yang dilakukan Hasya hanya untuk mengungkapkan rasa sayangnya.

“Yey, ayo Kak kita main, main, main. Aku juga sayang sama Kakak,”Sinbad melompat kegirangan.

“Ayo kita main kejar-kejaran, aku akan memakanmu. Lihat Kakak bisa memanjangkan kuku dengan cepat, memang kau bisa?”  seperti biasa Hasya tetap menjadi perempuan yang penuh semangat, meskipun hatinya sedang diliputi kesedihan.

Hasya sama-sekali tidak malu dengan bangsawan dan tamu lain ketika bermain kejar-kejaran dengan Sinbad. Dulu Hasya sangat ingin memiliki seorang adik. Hasya merasa selalu diatur karena dia yang paling kecil. Ia tak percaya dirinya kini bisa memilikinya. Sinbad pun bahagia. Ia memiliki energi yang seakan tak pernah habis. Derai tawanya tak bisa berhenti. Larinya lebih cepat daripada Hasya. Tentu saja, kian hari kekuatan kaki Hasya kian melemah. Sepertinya kutukan kue tart dulu mulai bekerja pada diri Hasya.

Hari ini adalah hari ulang tahun Sinbad seperti yang tertulis di buku harian Raja Ghoazon, bertepatan dengan hari penobatan Hasya menjadi ratu. Hasyah pun mengundang kembali seluruh tamu penobatan untuk merayakan ulang tahun Sinbad. Hasya mengajak anak-anak bangsawan yang seumuran dengan Sinbad. Kebanyakan bangsawan mendatangi undangan itu karena segan dengan Hasya bukan karena mereka menyukai Sinbad. Sepertinya Raja Ghaozon lupa menghapus ingatan para bangsawan itu tentang Sinbad. Semua bangsawan itu menghasut anak-anaknya untuk berhati-hati dan jangan terlalu akrab dengan Sinbad. Mereka merasa Sinbad layak dibenci, anak haram, dan manusia tak berguna. Para bangsawan membuat anak-anaknya merasa lebih baik daripada Sinbad. Anak-anak bangsawan itu melemparkan kue ulang tahun ke wajah Sinbad dan membuat Sinbad menangis dengan kencang. Tapi tak ada satu pun bengsawan yang peduli dengan kenakalan anak-anaknya. Mereka malah saling bergosip tentang kelahiran Sinbad. Hasya pun mencoba menenangkan kekacauan ini.

Hati Hasyi dipenuhi kebencian pada semua bangsawan sombong di aula ini. Tak ada satu pun anak yang mau bermain dengan Sinbad. Ia bisa merasakan betul seperti apa menjadi sosok yang tidak diinginkan oleh siapapun, seperti yang kini dirasakan Sinbad. Hasyi hanya bisa menggeram, biar bagaimana pun mereka yang mengganggu Sinbad hanya anak-anak. Hasya melerai mereka dengan ramah, lemah-lembut, dan penuh kasih sayang. Saat di depan banyak orang, sifat Hasya sangat berbeda dengan kepribadian aslinya. Itulah didikan ayahnya.

***

“Aku tidak peduli dengan rakyat yang kelaparan, aku saja sudah pusing dengan hidupku sendiri! Jika mereka lapar berikan saja mereka kue. Aku tak percaya mereka semiskin itu hingga sama-sekali tak bisa membeli kue!” bentak Hasya kepada beberapa orang menteri yang terus membuat kepalanya semakin pening.

Hasyi tertegun. Ia tak percaya dengan kata-kata polos tapi jahat yang keluar dari mulut Hasya. Apakah dengan kekuasaan kerajaan di punggungnya dia akan menjadi penguasa sewenang-wenang dan menindas rakyat seperti ayahnya? Hasyi hanya bisa berharap Hasya dapat memimpin kerajaan dengan bijak.

Namun di sisi lain, Hasyi telah bersumpah, sekejam apapun Hasya memerintah di masa depan, ia tetap akan membela Hasya sampai akhir darah penghabisannya. Sekalipun adik kembarnya menjelma tirani yang memerintah negeri ini.

Mereka hanya memiliki satu-sama lain saat ini. Hanya Hasyilah yang masih menyayangi Hasya ketika para menteri itu meremehkan Hasya. Hasyi bahkan melontarkan sumpah, ”Jika alam semesta ini menentang kekuasaan Hasya yang sewenang-wenang, maka akan kubinasakan alam semesta ini. Aku tak segan membunuh seluruh rakyat di kerajaan ini meskipun mereka tak bersalah!”

Itulah niat Hasyi yang sangat mengerikan, meskipun sebenarnya Hasya sama-sekali tak ingin mengulangi kesalahan ayahnya yang memerintah sewenang-wenang. Hasya berkata seolah tak peduli pada rakyat karena ia masih merasa tak percaya ayahnya meninggal dan suasana hatinya sedang sangat buruk, ditambah para menteri terus membebaninya dengan laporan tentang krisis pangan.

Teriakan Hasya yang menghina rakyat sangat miskin hingga tak mampu membeli kue didengar oleh para menteri di tempat penobatan itu. Teriakan yang lantas menyebar pada rakyat dengan sangat cepat. Desas-desus tentang kehancuran kerajaan tak bisa dihindarkan.

Dengan memutar kursi roda, Hasya menuju Hasyi yang tampak sedang menghawatirkannya. Sudah beberapa hari ini kaki Hasya sudah tak bisa digerakkan. Ia benar-benar lumpuh.

Hasya tak suka melihat kakaknya tetap bersedih karena dirinya,”Kakak apakah selama ini kakak punya hobi?” tanya Hasya mencoba mengalihkan pikiran Hasyi ke sesuatu yang lebih menyenangkan.

“Dulu aku sangat suka mendongeng, namun belakangan ini perasaanku terlalu hampa untuk merasakan dongeng yang indah,” jawan Hasyi.

“Tolong bacakan saja aku satu dongeng saja,” Hasya memohon dari kursi rodanya. Matanya berubah menjadi mata kucing yang indah.

“Entahlah aku memang sudah sering diundang ke berbagai sekolah dasar untuk mendongeng, namun aku belum pernah mendongeng di depan orang terpenting di kerajaan, sepertimu sebelumnya, aku merasa gugup. Ini adalah hal besar dalam hidupku,” ujar Hasyi.

“Untuk apa malu? Orang paling penting di kerajaan ini adalah adik kembarmu sendiri, bacakanlah dongeng seperti seorang kakak yang mencoba membuat adiknya tertidur,” pinta Hasya.

Alih-alih menceritakan dongeng, Hasyi malah menceritakan sebuah kisah sejarah tentang Ratu Shima, penguasa Kerajaan Kalingga yang terletak di pantai utara Jawa Tengah, sekitar tahun 674 Masehi. Sebagai penguasa tunggal di Kerajaan Kalingga, Ratu Shima dikenal memiliki peraturan yang tegas soal pencurian. Hukum potong tangan diterapkan bagi siapa saja yang mencuri barang milik orang lain. Hukum yang dibuat itupun berlaku untuk seluruh rakyat termasuk keluarga kerajaan. Sebuah bentuk persamaan hak di mata hukum.

Ratu Shima mendidik dan mengajari rakyatnya agar selalu berlaku jujur. Berkat didikan dan hukum tegas yang diterapkan, Kerajaan Kalingga terkenal seantero negeri karena kejujurannya.

Kabar kemashuran rakyat Kalingga yang jujur dan taat hukum didengar seorang raja dari seberang lautan. Untuk mengujinya, raja tersebut sengaja datang ke Kalingga. Sekantong emas lalu ia letakkan di persimpangan jalan dekat pasar.

Dan ternyata benar, tak ada seorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi, mengambil barang yang bukan miliknya. Meski mengetahui sekantong emas tergeletak, rakyat Kalingga tidak menjadi gelap mata.

Hingga tiga tahun kemudian, kantong itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati kepada putranya.

Namun dewan menteri memohon agar Ratu Shima mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya, maka sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong kakinya.

“Hmm rasanya aku sangat ingin menjadi ratu yang adil dan bijak seperti Ratu Shima, namun aku tak akan bisa menjadi sama seperti dia. Ayahku saja tak mampu menerapkan keadilan di kerajaan ini apalagi aku. Mungkinkah aku bisa menjadi ratu yang adil di tengah rakyat yang tidak lagi mempercayaiku?” Hasya terlihat gundah.

 “Tak perlu Hasya, kau tak perlu menjadi sama dengan Ratu Shima, jadilah dirimu sendiri apa adanya. Pimpinlah negeri ini dengan caramu sendiri. Aku memang berharap kau dapat menjadi ratu  yang adil dan bijaksana seperti Ratu Shima, namun aku bersumpah akan menghalalkan segala cara, seburuk apapun, untuk melindungi nyawa dan kekuasaanmu.” Hasyi menepuk punggung tangan Hasya yang sedang duduk di kursi roda. Air mata tulus mengalir perlahan di pipi mereka berdua.

“Hasya aku ingin mengakui sesuatu yang sangat penting padamu. Aku sudah siap jika kau tidak akan memaafkanku. Aku minta maaf sebenarnya aku telah bergabung dengan organisasi Tanduk Berlian yang ingin mengkudetamu, tapi aku tak bermaksud mengusik kekuasaanmu. aku melakukanya karena paksaan dan pengaruh teman-temanku. aku tak bisa memaafkan diriku sendiri karena aku sudah cukup banyak membantu organisasi Tanduk Berlian. organisasi itu kini dapat berbalik menyakitimu. ”  Hasyi menyusun kata-kata pengakuan yang selama ini terus berusaha ia simpan. Ia tak bisa menyembunyikan rahasianya lebih lama lagi.

“Tak masalah,” jawaban singkat, lembut, namun tegas, dan tak tertuga keluar dari mulut Hasya. Sesaat Hasyi hanya bisa melongo.

“Aku memaafkanmu, Kak.  Aku paham Kakak pasti punya alasan kuat untuk bergabung dengan organisasi Tanduk Berlian yang ingin menggulingkan kekuasaan kerajaan. Aku percaya kalau kakak adalah orang lugu apa adanya dan tak ada niat sedikitpun untuk menggulingkan kekuasaanku bahkan wajah kakak sama-sekali tak terlihat iri sedikitpun padaku ketika aku naik takhta. Padahal sebagai kakak laki-laki yang lebih tua, kakak jauh lebih berhak menjadi penerus takhta. Sejak kecil kakak juga tak pernah merasakan kehidupan mewah kerajaan sepertiku tapi kakak sama sekali tak cemburu. Kakak justru terlihat bahagia dan merasa bangga saat aku naik takhta. Kakak adalah kakak impianku, lagipula pakai logika saja kalaupun di dalam hati kecil Kakak ingin menggulingkan kekuasaanku dan memihak Tanduk Berlian, Kakak pasti akan menyembunyikan identitas Kakak sebagai anggota Tanduk Berlian. Kakak tidak akan mengaku begitu saja di depanku jika kakak menjadi salah satu anggotanya. Pintu maafku selalu terbuka untuk Kakak. Kehadiran Kakak yang kembali menemaniku jauh lebih berharga daripada apapun yang ada di dunia ini, ” Hasya berbicara panjang lebar.

Hasya berderai air mata sambil mendekap Hasyi erat-erat untuk pertama kali dalam hidupnya ia menyayangi kakaknya yang sangat jauh dari kata gila kekuasaan. Baru kali ini Hasyi yang mengidap autisme merasa tubuhnya melayang, terhanyutkan, dan nyaman ketika di dekap orang lain.

Kesedihan-kesedihan Hasyi seakan sirna di depan mata. Ia tak lagi merasakan keterpurukan dan teraniaya. Hasyi kini sama-sekali tak pernah merasa sendirian.

“Berjanjilah kita berdua tak akan berpisah lagi!” Hasyi menggenggam tangan Hasya. Rahangnya terlihat mengeras.

Sejak saat itu, Hasyi bertekad melakukan apapun untuk melanggengkan kekuasaan Hasya. Lantaran Hasyi sebelumnya adalah anggota Tanduk Berlian, ia mulai membocorkan semua informasi pada Hasya tentang Tanduk Berlian untuk memudahkannya membubarkan organisasi itu. Mulai dari lokasi markas, jumlah personel, angkatan tempur di pangkalan militer, hingga daftar anggota parlemen kerajaan yang berafiliasi dengan organisasi itu. Hasyi telah menghianati teman-temannya di Tanduk Berlian, namun ia tak peduli.

Kini Hasyi memimpin kerajaan di balik bayangan Hasya, seakan Hasya hanyalah penguasa boneka. Bukan karena Hasyi ingin memanfaatkan kekuasaan Hasya untuk keuntungannya sendiri, namun justru untuk melakukan berbagai cara melindungi nyawa adiknya dari pemberontak maupun lawan-lawan politiknya.

Hasyi sadar pengaruh Tanduk Berlian sudah terlalu besar di kalangan rakyat. Ia pun memilih jalan diplomasi. Hasyi meminta Hasya mengirimkan telegram kepada Tanduk Berlian untuk mengajaknya berunding dengan mendatangkan perwakilannya ke gedung pengadilan. Ia mengajak Tanduk Berlian memilih jalan damai tanpa harus mengobarkan banyak nyawa tak bersalah untuk menyelesaikan sengketa kekuasaan. Bahkan bila diperlukan melalui perundingan di Mahkamah Internasional. Namun, Tanduk Berlian menolak karena merasa pengaruhnya di Kerajaan Miggleland sudah cukup besar. Bagi mereka, untuk apa berdamai dengan pihak yang sudah pasti akan kalah.

Karena jalannya gagal Hasyi mulai melakukan propaganda anti Tanduk Berlian dengan rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat. Hasyi meminta Hasya mengangkat salah-satu kepala suku Beylik menjadi menteri propaganda kerajaan, sebuah kementerian baru di kerajaan ini. Hasyimmengangkat suku nomaden Beylik dengan tujuan menarik simpati suku yang memihak Pasha Bey agar tidak memberontak dan memihak kerajaan karena diberi jabatan.

Setelah meminta Hasya mengerahkan pasukan untuk merebut semua stasiun televisi lokal yang awalnya sempat diduduki Tanduk Berlian di luar Kota Rumeli Hisari, Hasyi meminta Hasya menghapus pajak bagi para petani miskin dan memutarbalikan fakta di media massa jika Tanduk Berlianlah yang banyak menyebabkan kerugian pada rakyat sendiri seperti merusak fasilitas umum dan membakar rumah-rumah warga hingga banyak menelan nyawa. Kerajaan juga menerbitkan berita yang menutupi semua kebijakan kotor dengan pencitraan undang-undang penghapusan pajak. Informasi simpang-siur antara media yang masih dikuasai kerajaan dan yang dikuasai Tanduk Berlian memang  membuat rakyat kebingungan.

Hasyi tak segan mengukum mati semua lawan politik Hasya yang berafiliasi dengan Tanduk Berlian dan membongkar semua kasus korupsinya di media massa hingga nama baiknya tercemar tak tersisa. Banyak rakyat yang berbalik mendukung kerajaan. Sedangkan kerajaan menutup-nutupi kasus korupsi anggota parlemen lain maupun anggota parlemen yang berafiliasi pada Tanduk Berlian namun mau diajak bekerja sama dengan kerajaan menjual semua informasi tentang Tanduk Berlian dan mendapatkan kenaikan jabatan, hingga kini Tanduk Berlian dipenuhi penghianat, bahkan Hasyi tahu meskipun ia berusaha memadamkan pemberontakan, cepat atau lambat dia harus mencari cara melarikan diri ke luar negeri dan mendirikan pemerintahan pengasingan untuk menyelamatkan Hasya dari pemberontak karena kini ibu kota sudah mulai diserang, tak ada kesempatan lagi untuk bertahan.

Berbeda dengan ayahnya yeng lebih ketat, Hasyi membiarkan semua wilayah koloni kerajaan Miggleland merasakan sentimen kedaerahannya masing-masing lewat gubernur jenderal dan kepala residen untuk mencari simpati. Sebelumnya, Miggleland melarang lagu dan pakaian daerah serta harus berbicara bahasa Miggleland. Bagi yang berbicara dengan bahasa daerah hukuman mati atas tuduhan gerakan separatis akan menantinya.

Hasyi juga menghapuskan peraturan yang menjadikan orang-orang di luar benua Miggleland sebagai warga kelas dua  dan memiliki hak yang lebih sempit daripada penduduk asli Miggleland. Sebelumnya semakin banyak darah Miggleland dan Asura yang dimiliki, semakin banyak haknya semakin warga negara. Namun sebaliknya semakin sedikit darah Miggleland, hak-hak mereka juga semakin sempit.  

Namun Kerajaan Miggleland tetap melakukan pengawasan ketat meski sedang mencari simpati wilayah koloni agar tak memisahkan diri dari kerajaan. Lantaran Kerajaan Miggleland sedang mengalami krisis logistik dan tentara, jadi sangat sulit melakukan pengawasan dengan ancaman senjata pada wilayah koloni yang sangat luas. Hasyi memainkan percaturan politik lebih lunak tapi jauh lebih mengekang kebebasan bersuara daripada ayahnya.

Hasyi mulai berkuasa dengan tangan besi, meskipun untuk kebaikan Hasya dia seringkali melakukan hal tak bermoral seperti menghukum mati istri dan anak-anak koruptor tak bersalah yang berafiliasi dengan Tanduk Berlian dan mempertontonkannya di media massa untuk menunjukkan kepada rakyat bagaimana ketegasan kerajaan dalam menegakkan keadilan dan memusnahkan koruptor hingga anak istrinya. Meskipun dua detik setelah melakukan hukuman mati, Hasyi selalu tak bisa memaafkan dirinya karena membunuh anak-anak tak bersalah dan tak mengetahui apa-apa. Anak-anak itu tidak minta dilahirkan menjadi anak koruptor seperti dirinya yang tidak minta dilahirkan menjadi anak penyandang autis, mereka harus menanggung kejahatan orang tuanya demi kebaikan Hasya, demi keegoisan Hasyi.

Salah-satu alasan mengapa Hasyi menghukum mati semua bangsawan itu karena mereka menghasut anak-anaknya menjauhi Sinbad karena Sinbad anak yang lahir dari hasil perselingkuhan. Mereka berani membully dan mengucilkan Sinbad dan membuat Sinbad menangis. Mereka mengintimidasi dan membuat Sinbad merasa dirinya tidak berharga di dunia ini, sama seperti Hasyi yang selalu merasa dirinya tak berguna dan rendahan karena merasa selalu di bully sejak kecil. Hasyi sangat membenci orang yang merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Semua orang suka meremehkan orang lain tapi tak suka diremehkan. Hasyi tahu betul rasanya dibully. Ia bisa langsung merasakan semua kesedihan yang dirasakan Sinbad.

Tidak hanya bangsawan yang korupsi, Hasyi juga menghukum mati semua bangsawan yang memiliki sifat sombong, meskipun hanya wajah, bahasa tubuh, dan sikapnya tanpa mengetahui isi hati sesungguhnya, sekalipun para bangsawan itu adalah keluarga. Hasyi sangat muak melihat wajah orang sombong.

Banyak rakyat yang mulai memercayai keadilan di masa pemerintahan Putri Hasya. Apalagi setelah istana mengembalikan uang yang dikorupsi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun sebagian besar rakyat sudah muak dengan pemerintahan monarki dan tetap mendukung Tanduk Berlian. Mereka tak ingin dianggap lebih rendah daripada kaum bangsawan. Semangat kedaulatan rakyat pun terus berkumandang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama