“Hidup ini memang permainan tetapi aku tidak suka dipermainkan.”
(Hasyi Ozgur Bhirawa Sanca IX)
Hasyi tergopoh-gopoh keluar dari pintu kafe meninggalkan Aryan dan teman-temannya, persis seperti yang dilakukan ibu Aryan. Beberapa orang yang mengenakan jubah mengikutinya di belakang.
Hasyi yang sadar sedang dikutit hanya tersenyum. Itu adalah teman-temannya sendiri yang baru keluar dari kafe. Atas perintah Irvan, mereka mengikuti Hasyi dan menjaganya sekuat tenaga. Teman-teman Hasyi berusaha keberadaan mereka tidak terlacak oleh pemberontak maupun pasukan kerajaan.
Jiwa Hasyi telah dikendalikan hasrat untuk melindungi orang terakhir yang paling dia sayangi di dunia ini. Ia tak mau Hasya berakhir seperti ibunya yang mati di depan matanya sendiri, tanpa dirinya bisa melakukan apapun. Ia tahu Hasya sama-sekali tidak bersalah.
Semua pemberontakan ini terjadi karena ayah Hasyi dan juga Hasya menjadi raja yang tidak memihak rakyat dan kini tak ada gunanya ayahnya menyesali perbuatannya di akhir hayatnya. Hasya telah menjadi korban sikap ayahnya yang egois, terlalu takut kehilangan kekuasaannya, hingga membunuh Pasha Bey, dan tak mempedulikan rakyat. Para pemberontak tidak peduli meskipun Putri Hasya masih remaja dan tidak bersalah atas penderitaan rakyat. Hasya baru naik takhta saat pemberontakan terjadi. Mereka tetap akan mengeksekusinya karena Hasya dianggap sebagai pewaris takhta kerajaan yang bertanggung jawab atas sikap ayahnya yang tidak memihak rakyat dan berkewajiban untuk menggantikan ayahnya yang seharusnya dieksekusi. Hasya mungkin sebentar lagi akan menjadi penguasa monarki terakhir yang memimpin kerajaan ini.
Hasyi berlari sambil mengeluarkan gergaji mesin di dalam lemari besi punggungnya untuk berjaga-jaga dan menyembunyikanya ke dalam rompi menuju Kastil Herlingen. Ia melewati jalanan sepi di saat Kastil Herlingen menuju ambang kehancurannya. Pemberontak sudah merebut semua senjata yang tersisa di Kota Rumeli Hisari dan melumpuhkan semua tentara Janissary yang menjadi harapan terakhir Hasya untuk melindungi kekuasaannya. Kini pemborantak itu mulai bergerak membawa semua senjata menuju Kastil Herlingen.
Hasyi sadar dirinya memang orang yang lemah. Ia tidak memiliki kekuatan dahsyat untuk mencegah kematian Hasya. Hasyi terus berusaha memikirkan cara terbaik untuk menyelamatkan nyawa Hasya meskipun itu hanya bermodal tekad di dalam hatinya.
Langkah kaki tentara disertai suara tank dan kendaraan panser yang berat dan keras seperti suara taburan drum, berkumandang di seluruh penjuru kota, membuat detak jantung Hasyi semakin berdegup kencang. Ia waswas sebentar lagi nyawa Hasya akan dihabisi oleh raungan suara-suara yang terus bergeming di telinganya, laksana suara guntur yang menyambar pohon.
Hasyi hampir tidak mempercayai dirinya dapat berlari lebih cepat daripada langkah kaki pasukan itu yang sama-sama ingin ke Kastil Herlingen. Hatinya terus bergejolak dengan keinginan menyelamatkan nyawa Hasya.
Anak-anak kecil di seluruh kota mulai berteriak, ”Rumeli Hisari Runtuh! HIDUP TANDUK BERLIAN!!!” Mereka mengayuh sepeda sambil menyanyikan lagu kebangsaan kerajaan Miggleland dengan suara yang imut tetapi menyesakkan hati Hasyi. Anak-anak itu mengibarkan bendera Tanduk Berlian di sepedanya dan menaburkan bunga kamboja ke seluruh jalanan kota. Mereka semua bernyanyi sambil mengelilingi cahaya-cahaya obor yang diarak dengan menggunakan kereta kuda yang berparade membawa senapan.
Mereka adalah anak-anak yang berhasil di doktrin Tanduk Berlian, meskipun orang tua mereka mencoba menjemput untuk meninggalkan Kota Rumeli Hisari. Anak-anak itu menolak dan tetap ingin berjuang dengan Tanduk Berlian yang berperang menggulingkan kekuasaan Hasya. Meskipun anak-anak itu telah diberitahu orang tuanya jika mereka bisa mati ketika mengikuti perang sipil, namun para orang tua itu tak dapat menahan anak-anak mereka. Orang tua-orang tua itu pasrah dan kini malah terlihat bangga hingga meneteskan air mata melihat keberanian anak mereka menumpas tirani. Semua orang di kerajaan ini membenci Hasya, padahal Hasya adalah orang yang paling Hasyi sayangi, “Aku akan mengakhiri semua tangisan orang-orang di sekitarku. Tak akan kubiarkan siapapun menghalangi langkahku melindungi Hasya, aku tak akan bosan mengatakannya.”
***
Udara dingin menerpa tubuh Ratu Hasya di hari yang berawan. Langit sangat temaram nan menakutkan. Hasya merasa hal buruk akan terjadi padanya. Ia keluar dari kamarnya dan menuju tempatnya dulu biasa latihan fisik bersama Azra. Di sana banyak alat-alat simulasi pertarungan virtual berikut konsolnya.
Hasya masuk membuka pintu dengan duduk di kursi roda otomatisnya kemudian memarkir kursi rodanya dengan kasar dan penuh amarah. Ia memandangi tempat latihan pertarungan fisiknya waktu masih bisa berjalan dengan perasaan hampa dan bersedih. Kakinya terasa sangat sakit setiap kali berusaha berdiri. Ia tak bisa lagi mencoba salah-satu alat latihannya yang biasa ia pakai waktu masih bisa berjalan. Ia mengumpat pada dunia yang membuatnya tak bisa berjalan lagi. Ia sangat membenci orang lemah, namun kini dengan kakinya yang lumpuh, ia sendiri seakan mendapatkan karma menjadi orang yang lemah.
“Aku harap cukup ini saja kesedihan yang kurasakan, semoga tak ada hal yang lebih buruk daripada ini,” pikir Hasya berusaha kembali duduk di kursi rodanya.
“HAASYA!!! Siapkan pesawat ke wilayah Miggleland Barat di Amerika Selatan, kita harus melarikan diri! Di wilayah koloni itu kita bisa mendirikan pemerintahan darurat untuk membendung serangan pemberontak, menyusun kembali moral sisa pasukan, dan merebut kembali Kota Rumeli Hisari dari pemberontak!” teriak Hasyi membuka pintu ruang latihan Hasya dengan paksa. Ia terengah-engah setelah baru berlari mengelilingi labirin rumput.
Amerika Selatan adalah satu-satunya wilayah koloni Miggleland yang tidak ada organisasi separatis dan memiliki penduduk paling sedikit. Mereka tinggal mengungsikan sisa tentara dan pengikut Hasya.
“Kakak Hasyi kenapa kakak selalu panik dan terburu-buru sampai menarik kunci dan peralatan pesawat yang ada di balik pintu? Kakak terlalu kasar! Tolong jangan buat aku khawatir lagi padamu!” gerutu Hasya yang hampir terjatuh dari kursi rodanya.
“Kau harus ikut aku, ayo kita ke bunker atau labirin tergelap, sekali lagi kau harus pergi dari sini! Kau belum mendengarkah? Tanduk Berlian sedang melakukan pemberontakan besar-besaran? Nyawamu dalam bahaya jika mereka berhasil memasuki istana,” Hasyi mencoba memelankan suaranya.
“Pemberontak dan sebagian rakyat yang ingin mengkudetamu berhasil memukul mundur pasukan kerajaan perlahan-lahan dan mereka akan menghukummu di kursi listrik dengan tegangan 280.000 volt,” Hasyi mencoba memberi peringatan pada Hasya.
Hasya terhenyak. Ia tahu Hasyi tak akan pernah membohonginya. Hasya tidak mengetahui berita terbaru ibu kota karena ia mengunci diri dalam kamarnya. Semua tak boleh masuk kecuali Hasyi. Ia ketiduran sehingga tak ada jenderal yang berani membangunkannya. ”Bayangkan apa yang terjadi jika lawan politikmu berkuasa,” tukas Hasyi dengan wajah panik.
Rambut Hasya yang awalnya sudah putih seperti bulu harimau putih, menjadi semakin putih, sepuluh kali lebih putih dari sebelumnya ketika mendengar kabar dari Hasyi. Kini tak ada sehelaipun rambut Hasya memiliki warna coklat. Hasya mengalami sindrom marie antoinette, pemutihan rambut yang terjadi secara tiba-tiba karena depresi atau terkejut. Sindrom ini dinamakan demikian berdasarkan pengamatan bahwa rambut Ratu Marie Antoinette dari Prancis berubah sangat putih setelah dia ditangkap dalam pelarian ke Varennes ketika dulu Revolusi Prancis pecah. Kini rambut Hasya semakin memutih karena ia takut akan dihukum mati.
Sinbad yang bermain mobil-mobilan dan robot berusaha menahan tangis sesaat ketika mendengar dua kakaknya mengobrol dengan wajah panik. Meskipun tak memahami obrolannya, Sinbad paham jika sesuatu yang buruk sedang terjadi. Ia hanya diam dan mendengarkan tanpa menyela sedikitpun. Ia adalah anak yang sangat cerdas karena ibunya juga seorang ratu yang amat cerdas.
Sebagai kakak, Hasyi selalu berusaha terlihat kuat di depan kedua adiknya, meskipun ia tahu dirinya penipu. Hatinya sama-sekali tidak lebih kuat daripada kedua adiknya. Hasyi tak bisa berpisah dengan adik-adiknya, apalagi mereka baru bertemu setelah sekian lama. Tapi sudah menjadi keharusan, seorang kakak seperti Hasyi punya tanggung jawab melindungi adik-adiknya.
“Aku tahu, tapi aku tidak akan bisa lari ke manapun dengan mudah. Kakak lihat saja aku sudah tidak lagi bisa berjalan dengan kakiku yang lumpuh. Lagipula aku adalah ratu, tak mungkin aku meninggalkan kerajaanku sendiri,” Hasya memperlihatkan kursi rodanya, kemudian menggerakkan kursi rodanya menuju pintu balkon dan membukanya, menunjukkan pemandangan pantai yang indah. Hasya menundukkan kepalanya.
“Kalaupun kita berhasil melarikan diri ke luar kerajaan, mereka pasti sudah menguasai kerajaan ini dan akan melakukan patroli angkasa untuk memulangkan kita kembali ke pusat ibu kota kerajaan dan mengeksekusi kita di depan umum. Aku tidak bisa melupakan ketika mereka menuduhku berselingkuh dengan seorang duta besar dari negeri lain karena aku sudah dijodohkan Pangeran Kurniawan. Padahal aku sama-sekali belum memiliki hubungan dengan Pangeran Kurniawan. Apalagi dengan duta besar itu,” ujar Hasya yang matanya mulai berkaca-kaca. Ia tak bisa berhenti mengeluhkan kakinya yang lumpuh.
Hasyi memeluk adiknya erat-erat dari kursi rodanya. Hasyi meminta adiknya menjadi lebih tabah dan kuat dengan kondisi fisiknya yang sudah tak lagi sempurna. Sekarang Hasya senasib dengan Hasyi yang memiliki kekurangan di dalam dirinya.
”Tenanglah Hasya, jangan bersedih,” Hasyi tak tega melihat adiknya menangis. Hasyi teringat kata psikolog yang dulu mendiagnosanya, meskipun sudah lama sekali, namun entah mengapa Hasyi masih ingat dan ingatan itu membuat Hasyi sangat sedih.
Psikolog mengatakan jika anak autis khususnya asperger seperti Hasyi tidak memiliki rasa empati. Mereka kesulitan memahami bahasa tubuh dan emosi orang lain. Namun sekarang Hasyi meragukan kata-kata psikokolog itu. Hasyi selalu merasa sakit begitu melihat adik kembarnya itu meneteskan air mata.
Ini pertama kalinya dalam hidup Hasyi ia merasa begitu terpukul melihat Hasya meneteskan air mata. Inikah yang dimaksud perasaan empati? Rasanya tidak nyaman dan membuatnya dipenuhi rasa bersalah yang entah darimana asalnya. Lebih baik Hasyi menjadi anak asperger yang sama-sekali tak memahami empati.
Di saat seperti ini, Hasyi hampir kehilangan harapan. Penderita autisme yang dikategorikan dewasa dan mengalami depresi, sembilan kali lebih mungkin akan meninggal dengan cara bunuh diri. Namun tidak bunuh diri adalah tekad Hasyi.
Hasyi memerintahkan semua pelayan dan sekretaris yang tersisa untuk membakar semua berkas dan mengosongkan istana. Namun para pelayan menolak pergi karena masih percaya Putri Hasya mampu membalikkan keadaan dan memukul mundur para pemberontak .
Armada utama Tanduk Berlian sudah berada 12 kilometer dari lokasi Kastil Herlingen, sedangkan pasukan gerilyanya sudah mulai memborbardir kota sejak beberapa jam lalu. Banyak departemen kerajaan dan para menteri yang akan meninggalkan gedung.
Dokter istana yang dulu membantu proses kelahiran Hasyi dan Hasya protes ketika kantornya hendak dikosongkan karena akan membuat persediaan makanan semakin menipis. Akhirnya Hasya memberikan izin dokter itu untuk tetap berada di istana ini sampai pemberontak datang.
Hasyi meminta Hasya lebih baik mulai melarikan diri dari Kota Rumeli Hisari dan mengevakuasi warga sipil yang berjumlah sekitar 3.000.000 orang dan masih prokerajaan. Namun Hasya tak mau menghabiskan tenaga untuk mengavakuasi warga sipil. Hasya tetap ingin berperang, meskipun sudah pasti akan kalah. Karena bagi Hasya, semua warga sipil adalah musuhnya di tengah pemberontakan ini. Tentu saja Hasya jauh lebih realistis, kecuali pilihannya untuk tetap tinggal di ibu kota yang akan dihancurkan.
Hasya lalu pergi ke ruang aula istana dan memberikan penghargaan pada semua pasukan Janissary ataupun semua orang yang dianggap berjasa menghalau tank-tank milik Tanduk Berlian. Hasya mencubit pipi seorang anak berusia sembilan tahun pro-kerajaan sebelum ia memberikan penghargaan pada anak itu. Anak itu telah berperang melawan teman-temannya sendiri yang pro Tanduk Berlian. Sungguh menyedihkan persahabatan anak-anak itu renggang karena perseteruan orang dewasa. Perang sama-sekali tak memiliki belas kasih, bahkan pada nyawa anak kecil sekalipun.
Orang-orang di aula itupun berdansa sesaat untuk melupakan rasa panik. Mereka memaksa untuk tersenyum. Namun semua lantas berhamburan ke bunker ketika mendengar suara ledakan artileri.
Hasyi lalu menghubungi staf jenderal dan mengancam akan mengeksekusi jenderal itu karena memindahkan pos komandonya ke arah barat sehingga mudah diserang. Hasyi menuduh jenderal itu berkhianat pada kerajaan. Jenderal itupun menghubungi dan mengklarifikasi jika dia telah berjaga berhari-hari di markasnya dan tidak pernah meninggalkan garis depan. Jenderal itu tak jadi dieksekusi.
Hasyi pun meminta dokter istana itu mempersiapkan obat-obatan untuk beberapa tentara yang telah diserang artileri Tanduk Berlian. Dokter itu pun berlari ke rumah sakit istana yang kosong dan mencari obat-obatan di sana.
Hasya awalnya masih bersikukuh tetap memerintahkan semua jenderal untuk mempertahankan kota. Namun Hasyi menolak karena strategi dan persenjataan kerajaan kini kalah jauh dari Tanduk Berlian yang mendapatkan dukungan senjata dari negara lain. Hasya emosi dan tak mau meninggalkan Kota Rumeli Hisari. Hasya memilih berkonsultasi dengan dokter istana untuk mengetahui cara terbaik bunuh diri daripada ditangkap pemberontak, dihukum mati, dan mayatnya dipamerkan khalayak.
Hasyi menolak rencana Hasya. Ia tak bisa membiarkan Hasya mati. Hasyi juga menepis semua racun yang hampir diminum para jenderal dan serdadu tersisa yang berniat untuk bunuh diri. Hasya pasrah membiarkan semua jenderal melakukan semua yang mereka inginkan. Pesawat yang menuju negeri selatan disiapkan untuk jendral yang ingin melarikan diri. Padahal, pesawat itu dipastikan akan ditembak jatuh pemberontak. Para jenderal pun berdebat ingin tetap berperang sampai darah penghabisan atau menyelamatkan diri dan membuat surat wasiat untuk keluarganya. Mereka memperkirakan bisa bertahan di kastil ini kurang dari 30 menit lagi.
Sebagian besar jenderal memilih berperang sampai titik darah penghabisan karena masih setia pada Putri Hasya. Mereka pun berhasil menahan pemberontak dalam waktu yang cukup lama.
Tiba-tiba Hasyi teringat ketika bercermin bersama Hasya. Hasyi memiliki ide dan tekad untuk melindungi Hasya bahkan jika itu harus mengorbankan nyawanya sendiri.
“Tidak, kau tak boleh bunuh diri Hasya. Jangan menyerah pada keadaan! Sebagai mahluk hidup kita pasti akan mati, tapi kita tak akan mati saat ini. Aku ingin kita mati setelah kita hidup bahagia berdua sebagai adik kakak. Aku belum merasakan hidup bahagia bersama dirimu seumur hidupku bahkan sejak aku dilahirkan.
Aku tahu ideku ini sangat memalukan dengan mengenakan pakaian wanita, tapi aku baru ingat jika kita berdua adalah anak kembar. Kita memiliki wajah yang sangat mirip, hampir sama. Mari bertukar posisi, berikanlah semua pakaianmu padaku agar aku bisa menyamar menjadi dirimu dan orang yang mengkudetamu mengira aku adalah kau. Kau bisa berubah menjadi wujud siluman harimau sungguhan. Kau pasti sudah tumbuh menjadi wanita yang cukup sakti untuk mengubah wujud seutuhnya menjadi harimau dengan ilmu nestaparupa. Ibu kita bilang ilmu nastaparupa bagi siluman harimau yang belum memiliki ilmu tinggi untuk menjadi tak kasat mata dapat berguna untuk berubah menjadi harimau sungguhan. Lagipula kau tidak bisa menggerakkan kakimu yang sudah lumpuh tanpa wujud harimaumu kan? Kau harus melarikan diri dan menyelamatkan hidupmu,“ Hasyi hendak menggantikan posisi Hasya agar adik kembarnya lolos dari hukuman mati, meskipun ia ragu Hasya akan membiarkan Hasyi mengorbankan nyawanya.
“Tapi ini bukan salahmu, aku tak ingin kau membahayakan nyawamu. Aku tak ingin kau mati karena keegoisanku,” Hasya memeluk Hasyi seakan menahan hukuman yang seharusnya dijatuhkan padanya.
“Semua yang terjadi di kerajaan ini adalah salahku karena kelahiranku sudah dikutuk Raja Siluman Mayasura. Aku wakil umat manusia yang akan membawa kerajaan ini pada masa kehancuran dan kepunahannya, tepatnya pada saat usiaku 18 tahun dan benar kerajaan ini hancur di tangan rakyat yang murka, meskipun aku selalu membohongi diriku sendiri dengan bertekad jika kutukan itu tidak nyata,” ujar Hasyi.
Hasya menahan air matanya. Hasya masih berusaha tetap tersenyum di tengah tangisannya yang akhirnya pecah saat Hasyi mengenakan gaun putrinya, meskipun Hasya tak dapat memaafkan dirinya karena Hasyi harus mati karena dirinya. Padahal Hasya merasa dia sudah memiliki masa kecil yang cukup bahagia dengan kasih sayang raja, ayahnya di istana, sedangkan Hasyi hidup kesepian sebagai rakyat jelata. Namun kini Hasyi malah berkorban untuknya. Wajah Hasyi memang sudah tidak semirip wajah Hasya yang lembut seperti waktu anak-anak karena Hasyi memang sudah dewasa. Namun ia tak kehabisan akal. Hasyi mengenakan sebuah topeng mewah berlapis emas yang hanya menutupi dagu dan mulutnya, agar wajahnya yang sudah kaku seperti laki-laki dewasa tidak disadari pemberontak jika dilihat sekilas, apalagi dari jauh.
Sebenarnya upaya pengorbanan ini adalah salah satu rencana tercemerlang Hasyi untuk menyelamatkan mereka berdua. Hasyi masih memiliki setengah harapan untuk bertahan hidup di hatinya. Ia tak akan bunuh diri semudah itu. Sebelum terdesak seperti ini tanpa sepengetahuan Hasya, Hasyi sudah menghubungi anggota regu pengumpan yang masih mengganggapnya sebagai teman, meskipun Hasyi sempat berkhianat untuk memasang alat peledak di setiap gerbang istana mulai istana Janissary hingga istana yang terdalam.
Hasyi juga meminta Anita berpura-pura berpakaian seperti Ratu Hasya. Setengah jam yang lalu Hasyi sempat menyeludupkan salah satu gaun Hasya lewat kurir Janissary yang berpura-pura menahan pemberontak masuk ke gerbang istana terdepan, sementara regu pengumpan yang menanti kurir juga berpura-pura berusaha memasuki Kastil Herlingen bersama pemberontak. Di tengah kegaduhan, mereka menyingkir dan kurir Janissary itu bertemu dengan regu pengumpan yang mengibarkan bendera merah seperti saran Hasyi agar mudah ditemukan di tengah kerumunan pemberontak. Kurir itu memberikan gaun Hasya pada Anita. Hasyim pun memberikan catatan rencananya lewat paket yang dikirim bersama pakaian Hasya. Meskipun hanya untuk menyamar, Anita sangat bahagia dapat mengenakan salah-satu gaun mewah kerajaan yang dimiliki Hasya.
Hasyi membuat rencana untuk membuat pemberontak kebingungan dan berpotensi menimbulkan perselisihan ketika memilih manakah yang harus dieksekusi antara Anita atau Hasyi yang telah berpenampilan seperti Hasya. Sementara Hasya yang asli sudah melarikan diri dengan wujud harimaunya.
Sementara itu, teman-temannya yang lain kembali berunding memikirkan cara menyelamatkan Hasyi dan Anita. Hasyi pun akan memaanfaatkan perasaan cinta Selim dan Aryan untuk memperebutkan Anita dan berpura-pura peduli padanya ketika Anita akan dieksekusi dengan memberikan kesaksian di depan pemberontak jika orang yang akan dieksekusi bukanlah Hasya melainkan anggota regu pengumpan Tanduk Berlian. Hasyi berharap ini akan semakin banyak menimbulkan kebingungan di kalangan rakyat yang sudah yakin seratus persen ingin mengeksekusi Hasya. Perdebatan soal Anita yang dikira Hasya akan mengulur waktu.
Ketika pemberontak kehabisan kesabaran, waktu pasti sudah terulur satu jam. Hasya dengan kecepatan larinya tentu sudah cukup jauh dari Kota Rumeli Hisari.
Setelah Hasya berhasil melarikan diri, Hasyi dan Anita yang sejak awal diperselisihkan oleh pemberontak akan membuka penyamaran di depan umum. Hasyi dan Anita akan mengaku jika mereka berdua adalah korban karena dikendalikan oleh kekuatan siluman Hasya yang membiarkan orang lain mati demi keselamatan nyawanya. Jika hanya satu orang yang menjadi korban, pemberontak bisa saja akan curiga dan mengangggap mereka setia pada Hasya dan sengaja mengorbankan nyawa. Namun jika sampai lebih dari satu orang yang menjadi korban, orang cenderung lebih percaya jika mereka dikendalikan kekuatan siluman. Dengan begitu baik Anita, Hasyi, maupun Hasya akan selamat. Hasyi juga meminta Selim meretas semua alat pendeteksi kebohongan di tempat pengeksekusian agar kebohongan mereka tidak diketahui.
Tentu saja Hasya tidak mengetahui rencana kakaknya. Hasyi ingin memberikannya kejutan. Hasyi sangat ingin mengerjai Hasya untuk membalas Hasya yang sering menjahilinya. Hasyi sangat bahagia ketika berhasil membuat adik kembarnya menangis karena mempedulikan keselamatannya untuk mengetahui apakah Hasya benar-benar menyayanginya atau hanya memanfaatkan Hasyi untuk melarikan diri dari pemberontak. Hasyi memang anak autis, namun ia bukan anak kecil polos seperti dulu lagi. Ia tak mau berkorban untuk adik yang tidak menyayanginya dengan tulus. Meskipun dalam hati kecilnya Hasyi sudah sangat percaya jika Hasya menyayanginya dan kini setelah melihat Hasya menangis ketika ia mengenakan gaun Hasya, Hasyi semakin yakin jika Hasya menyayanginya.
Selama menjadi anggota Tanduk Berlian, Hasyi sudah sering lolos dari kematian. Namun Hasyi tetap merasa tidak yakin kali ini bisa lolos, apalagi di luar sana ada jutaan rakyat yang siap mengepung dan membunuhnya. Firasatnya sangat buruk. Apapun hal buruk yang terjadi nanti ketika rencananya gagal, Hasyi sudah siap mati demi Hasya.
“Tunggu dulu Kak, kau adalah laki-laki sejati, jika aku membiarkan Kakak mengenakan pakaian perempuan, itu sama saja aku telah menghina dan mempermalukan Kakak,” seru Hasya.
“Kau tak perlu takut aku malu, itu tidak benar. Sejak dilahirkan aku sudah terbiasa dipermalukan dan tidak diinginkan karena autisme yang aku idap. Tapi demi menyelamatkan nyawamu, semua rasa malu yang kujalani seumur hidupku sudah tak akan terasa lagi. Karena laki-laki sejati yakin apapun pakaian yang ia pakai, dirinya tetap laki-laki, tercermin dari perbuatannya yang tidak pengecut. Aku sudah bosan terus melarikan diri dari masalah seumur hidupku seperti orang pengecut,” Hasyi tersenyum menyeringai membuat Hasya ketakutan. Wajah Hasyi seperti menantang kematiannya.
Hasyi tiba-tiba berdecak kagum. “Aku tahu sangat memalukan mengenakan pakaian wanita, tapi wow, kita sangat mirip!” Hasyi mengagumi penampilannya dengan rambut yang tidak diikat, tergerai bebas dengan mahkota Hasya yang menghiasi kepalanya.
Tak salah dulu Selim pernah meledek Hasyi seperti anak perempuan. Hasyi tahu Selim bercanda. Tapi yang jelas Hasyi adalah seorang ahli penyamaran yang sangat hebat. “Ketika aku menyamar aku bisa menjadi sangat mirip denganmu,” gumam Hasyi dari jarak yang agak jauh karena ia stimming seperti biasa dengan mengeluarkan suara keras hingga Hasya mendengarnya.
“Meskipun aku lelah dan hancur aku tetap akan berjuang demi hidupku. Aku tak peduli seberapa sakitpun aku akan terus melindungimu Hasya, setiap langkah yang kujalani aku akan terus tegarkan hati,”Hasyim bergumam membaca salah-satu puisi buatannya.
“Aku memiliki banyak keterbatasan ketika dilahirkan di dunia ini, tapi aku akan berusaha melampaui semua batasan agar bisa bersama denganmu,” ujar Hasyi dengan wajah suram. Kali ini ia kian mantap mengorbankan nyawanya dengan tulus.
“Tak usah sedih,” Hasyi memaksa senyuman di mulut harimau Hasya yang dipenuhi taring dan agak menyakitkan di jari Hasyi. ”Mungkin kisah kita tidak seindah semua dongeng yang berakhir bahagia yang pernah aku ceritakan padamu, tapi jika senyummu itu masih ada di wajah manismu, aku tidak bisa membayangkan apa yang lebih indah daripada kisah kita,” Hasyi mulai merogoh sakunya.
“Oh iya aku lupa memberitahumu, jika karena terlalu sering sakit-sakitan, terlalu banyak minum obat-obatan, banyak organ tubuhku yang rusak dan terpaksa harus diganti organ buatan yang terbuat dari mesin cyborg,” Hasyi membiarkan kalimatnya menggantung.
“Ambilah USB ingatan ini. USB ingatan ini berisi salinan dari seluruh ingatan seumur hidupku dari otak di kepalaku. Saat kau merasa kesepian kau bisa bicara denganku kapanpun kau menginginkannya lewat USB ini. Tenanglah dengan salinan USB ingatan itu, aku sama-sekali tak akan melupakanmu ketika aku mungkin nanti sudah tiada,” Hasyi tersenyum dengan wajah tak berdosa sedikitpun di depan Hasya yang menjerit keras di kursi rodanya hingga kursi rodanya lembab karena air matanya seakan tak habis-habis.
Hasyi berkata seolah ia sudah siap untuk mati, meskipun ia sudah mempersiapkan rencana melarikan diri dari pemberontak. Hasyi sudah banyak berkembang. Ia kini lebih mudah menyembunyikan perasaanya dan tak mudah terbawa emosi seperti dulu.
“Kakak jangan pergi Kak, aku mau ikut Kakak!” Sinbad menarik baju Hasyi mencoba menahannya dari kematian. Hasyim membungkuk mengelus kepala Sinbad dan mendekapnya erat-erat dalam waktu yang cukup lama sambil menangis berderai air mata.
“Tapi aku gak mau ninggalin istana ini, aku mau menanam pohon apel dan jagung,” Sinbad memelas, tapi Hasya tetap tegas mengatakan jika nyawa mereka jauh lebih berharga.
“Tenang Sinbad, kau anak yang pemberani, jangan nangis. Kakak akan baik-baik saja nanti kamu Kakak kasih mobil-mobilan baru ya, sekarang Kakak mau pergi dulu. Kamu ikut Kak Hasya gih,” Hasyi berusaha tersenyum sambil mengelus rambut Sinbad, meskipun Sinbad tahu jika senyum itu adalah senyum kebohongan. Dengan berat hati Sinbad menghapus air matanya.
“Ayo Sinbad main sama Kak Hasya ke ruang latihan, kamu boleh naik harimau kok, ya Kakaklah harimaunya,” Hasya memilih menyelamatkan diri dan membiarkan kakaknya berkorban karena juga memikirkan nyawa Sinbad. Tapi ia tetap tak dapat memaafkan dirinya jika Hasyi tak bisa kembali.
“Hasya kau harus kuat, kau tidak malu pada Sinbad? Aku berkorban karena aku menyayangi kalian,” cetus Hasyi.
Hasya menggigit leher Sinbad. Sinbad sempat menangis kesakitan tapi Sinbad memiliki hati yang sangat kuat jadi ia bisa menahan rasa sakit itu. Hasya mengubah darah manusianya menjadi siluman harimau putih seperti ibunya dan memberikan kalung pemberian ibunya agar Sinbad juga bisa berubah wujud menjadi harimau putih seperti Hasya. Ia ingin bisa membawa Sinbad melarikan diri dari hukuman mati bersamanya.
Tiba-tiba terdengar suara kaca pecah disertai lemparan batu diiringi teriakan massa dikuti langkah kaki pasukan.
“HUKUM MATI RATU! HIDUP KEDAULATAN RAKYAT! HIDUP TANDUK BERLIAN!!!”
“Aku tak akan pergi, ” bisik Hasya. ”Sampai kau berjanji akan baik-baik saja!”
Hasya sempat memberikan telegram pada Tanduk Berlian untuk melakukan perjanjian damai, namun mereka menolaknya karena kerajaan juga tak mau menyerah tanpa syarat. Padahal sebelumnya seorang jenderal hampir ditembak karena nekat menghubungi Tanduk Berlian untuk menyerah.
Para pemberontak itu baru masuk ketika kerajaan sudah tak memiliki cadangan pasukan. Pertahanan benteng di luar istana tidak cukup kuat. Dua meriam yang menghadap utara tepat di depan gerbang utama tak sanggup mencegah masuk pemberontak. Pemberontak juga menerobos dan menyerang dari sebelah timur di antara kebun stroberi. Mereka menyeberang selokan dengan mudah karena salurannya kecil dan sangat sulit untuk terlihat dari kejauhan. Setelah berhasil masuk, mereka berhamburan mengepung istana tanpa Hasyi dan Hasya bisa melakukan apapun. Benteng berparit yang dibangun di sekeliling istana adalah solusi yang diberikan ayah Hasya dan Hasyi untuk pertahanan istana, nampaknya berhasil menghambat serangan pemberontak yang bergerak menuju pengepungan.
Selama menjadi anggota Tanduk Berlian, Hasyi sudah mempelajari banyak hal tentang penyamaran yang baik. Wajah Hasyi dan Hasya yang sangat mirip meskipun berbeda jenis kelamin membuatnya mudah melakukan penyamaran.
Pemberontak akan menangkap Hasyi yang kini menyamar menjadi Hasya dengan pakaiannya, sedangkan Hasya tidak akan ditangkap karena menjelma menjadi harimau putih. Selain untuk melarikan diri Hasya berubah menjadi harimau putih sungguhan berkaki empat agar para pemberontak yang akan mengeksekusinya tidak mengenal wajahnya yang telah berubah dari wajah manusia menjadi wajah harimau.
Mungkin selamanya Hasyi dan Hasya tak ditakdirkan hidup bersama di dunia ini. Baru sekejap bertemu, mereka harus berpisah lagi.
Hasya mengangkat kedua tangannya seolah berdoa untuk berubah wujud, kemudian bersujud dan mengucapkan mantra-mantra. Perlahan-lahan kaki dan tangannya serta wajahnya ditumbuhi bulu putih hingga ia berjalan merangkak. Pupilnya berubah menjadi warna hijau.
Hasya memiliki kalung rantai emas yang merupakan pemberian ibunya sejak lama. Bahkan Hasya masih menyimpan kalung itu, meskipun ia tak mengingat dan lama berpisah dengan ibunya. Kalung emas itu dapat mengubahnya dari siluman harimau berwujud manusia menjadi harimau putih sungguhan ketika mengenakannya pada wujud manusianya. Hasya memang tak dapat berjalan karena kakinya lumpuh dan harus hidup dengan kursi roda, tetapi ketika berubah menjadi harimau putih, kakinya masih dapat berdiri dengan gagah dan berlari dengan sangat baik.
Tetapi hati kecil Hasya masih tidak rela membiarkan kakak kembar satu-satunya di dunia mengorbankan nyawa dengan menyamar menjadi dirinya. Sang Kakak menggantikan Hasya yang seharusnya dihukum mati. Rasanya sudah puluhan tahun Hasya merasa kesepian ketika berpisah dengan Hasyi, ia tak mau kehilangan Hasyi lagi untuk selamanya.
“Bolehkan aku memelukmu sekali lagi? " tanya Hasya pada Hasyi dalam batinnya.
Tentu Hasyi sama-sekali sudah tak bisa mendengarkan kata-kata Hasya. Pikirannya terbang bebas dan santai seperti biasa seakan dia tak akan menghadapi sesuatu yang tak akan merenggut nyawanya. Hasyi selalu berusaha untuk tidak panik. Panik adalah musuh terbesarnya, bahkan kata-kata terakhir ibunya adalah melarang Hasyim untuk panik.
Kepanikan membuat emosi Hasyi yang tidak stabil semakin sulit dikendalikan. Sambil berusaha tetap tenang, Hasyi mencium kening Hasya yang kini dipenuhi bulu harimau putih.
“Tanpa sadar sesuatu yang bening mengalir membasahi kedua pipiku. Aku menangis tertahan. Tanpa tangisan itu menunggu persetujuan dariku, kau melangkah mendekat dan kembali menarikku ke dalam pelukanmu,” Hasyi membacakan puisi terakhir untuk Hasya.
"Kenapa baru sekarang Kak, kau membacakan puisi untukku?" tanya Hasya kesekian kali dalam batinnya dengan wujud harimaunya.
Hasya mengaum pada Hasyi dengan wujud harimaunya, tanda selamat tinggal. Meskipun Hasya tak bisa berbicara dengan wujud harimaunya, Hasyi memahami perkataan Hasya. Padahal Hasyi sama-sekali tak memahami bahasa harimau, mereka saling berbicara lewat batin bukan lisan.
Hasya melarikan diri dengan melompat dari satu bangunan ke bangunan lainnya, “Ia hanya terus memelukku sementara aku hanya bisa menangis tertahan dengan wujud harimauku,“ batin Hasya berlari dengan keempat kaki berbulunya.
Pelayan dan staf yang ada di bunker pun melarikan diri karena jika tetap di sana mereka akan mati. Mereka melewati jalan pintas di jalanan sepi kota untuk menghindari tentara Tanduk Berlian menuju stasiun kereta api. Di stasiun, mereka melihat orang-orang yang terluka akibat perang sipil. Namun karena seragam dinas kerajaan yang dipakai para pelayan itu, mereka ditembak pasukan Tanduk Berlian.
Lama-kelamaan Hasyi sadar jika Hasya sudah tidak ada lagi dalam pelukannya. Hasyi tersenyum pada Hasya yang telah berubah dengan wujud harimau putihnya, sambil memberi hormat dengan tangannya yang ditaruh di alis seperti seorang tentara yang akan menjalankan tugas pada komandannya.
Hasyi yang sudah menyamar menjadi Hasya pun mengumumkan pada para jenderal jika ia telah mengakui kekalahannya. Hasyi memerintahkan jenderal menghentikan perang karena itu sia-sia dan hanya menambah penderitaan rakyat Miggleland.
Hasya diam-diam keluar dari istana. Ia melompat lewat jendela yang pecah dengan kaki harimau putihnya yang berbulu dan kekar.
Hasyi bergegas menuju kamar Hasya dan keluar lagi untuk membebaskan kupu-kupu yang selama ini dikurung Hasya di dalam toples dan dijepit teralis jendela kamarnya. Namun kupu-kupu itu tak mau terbang bebas, kupu-kupu itu tetap lebih suka di kamar Hasya yang sebentar lagi akan dijarah dan dibakar. Hasyi langsung melangkah menuju singgasana Hasya dan menanti dirinya ditawan pasukan pemberontak.
Orang-orang selalu berebut takhta karena takhta itu rasanya manis. Namun kini Hasyi menduduki takhta untuk menanti kematiannya di tangan pemberontak, bukan untuk mendapatkan kesenangan dan kekuasaan. Hasyi tak dapat menahan kepanikannya. Ia mulai stimming mondar-mandir mengelilingi balkon kamar Hasya yang sangat luas. Lama-kelamaan tangannya mulai gemetar sambil menjentik-jentikan jari, seperti biasa ketika ia sedang panik.
Hasyi menghela napas dan memandangi awan dari jendela istana, menanti dirinya akan melayang di atasnya. Ruang singgasana tiba-tiba terbuka secara paksa, empat orang pemberontak menodong pistol ke arah kepala Hasyi yang mereka kira adalah Hasya.
“Kau tak bisa ke mana-mana lagi, Ratu Hasya!” teriak salah seorang dari pemberontak itu. Empat orang pemberontak masuk lagi dan menodongkan empat senapan tombak pada Hasyi yang mereka kira Hasya.
Hasyi menatap mereka tanpa berkedip, ”Wow kalian berhasil menangkapku,” ujar Hasyi cekikikan sambil mengangkat kedua tangannya seakan menertawakan malaikat maut.
Mereka sedikit heran dengan reaksi Hasyi yang mereka kira adalah Hasya. Mereka mengharapkan permohonan ampun, meskipun mereka tak akan memaafkan Sang Ratu. Mereka mengira ini semua mungkin karena sifat Ratu Hasya yang selalu ceria bahkan menjelang kematiannya.
Hasyi sangat memahami situasi ini. Ia seharusnya langsung menyerahkan diri saja pada pemberontak. Lagipula Hasyi sudah siap mati untuk Hasya. Namun ia tidak bisa menahan keinginan meluluhlantakkan sesuatu untuk melampiaskan hatinya yang hancur. Semua ketakutan yang membuatnya melarikan diri kini sudah terhapus, dengan darah siluman harimau yang disuntikkan Hasya. Ia merasa sedikit bergairah untuk bertahan hidup. Iris mata Hasyi tidak hanya menyala berwarna merah tapi kita membara dengan api yang melilit seluruh tubuhnya.
Darah apinya yang dipenuhi kebencian telah tercampur dengan darah harimau putih Hasya yang dipenuhi semangat untuk bertarung. Ini membuatnya tidak terluka sedikitpun ketika terkena peluru senapan pemberontak. Peluru yang mengenainya ia genggam dan diremas hingga menjadi butiran pasir yang dijatuhkan ke lantai. Ini membuat para pemberontak yang melihatnya bergidik ngeri. Hasyi mulai menyerang balik para pemberontak. ”Seumur hidup aku sudah sangat sering berhasil lolos dari maut yang menyerangku karena memang aku belum ditakdirkan mati, begitupun saat ini, tekadku untuk bertahan hidup semakin kuat.” Emosi Hasyi berubah-ubah seperti biasa. Semenit lalu ia ingin bunuh diri, tapi kini ia ingin berjuang untuk hidupnya.
Dengan semua persenjataan lengkap, kopkit cyborg di kepala Hasyim mulai dari sinar laser inframerah hingga ketapel peluncur roket bekerja. Ia membakar hampir seluruh istana agar pimpinan Tanduk Berlian yang akan menguasai istana ini tak dapat menikmati kemewahan yang seharusnya dimiliki kedua adiknya, Hasya dan Sinbad.
Sorot mata Hasyi menatap tajam semua pemberontak yang menatap benci dirinya dengan gambaran Hasya. Hasyi tahu semua pemberontak itu membenci Hasya dan membuat Hasyi juga membenci semua pemberontak itu dan juga semua orang di seluruh dunia.
Selain delapan penodong itu, ratusan pemberontak berjaga di luar untuk mengawasi proses penjemputan Putri Hasya menuju tempat upacara eksekusi.
Pemberontak yang pertama kali memasuki ruang singgasana itu dan menemui Hasyi, dipimpin Lanza yang sudah sembuh dari luka terakhirnya. Sungguh aneh Lanza yang dulu polisi intel yang sangat setia pada kerajaan, kini malah memihak pemberontak ketika pemberontak menang. “Dasar tukang cari aman…” desis Hasyi.
Lanza menembakkan peluru bius pada Hasyi yang ia kira adalah Hasya. Lanza pada akhirnya sadar Hasyi sedang menyamar sebagai Putri Hasya karena dia sangat mengenal Hasyi, namun ia tak berkutik. Ia bungkam. Peluru bius itu tidak langsung membuat Hasyi tertidur. Hasyi masih memiliki cukup tenaga untuk melawan balik dengan semua kekuatan yang ia miliki.
Kepala Lanza terus berputar menduga-duga apakah rencana licik Hasyi kali ini dengan menyamar menjadi Hasya.
Dengan gergaji mesinnya, Hasyi menghabisi semua pemberontak di depannya hingga mayat dan darahnya tercecer berserakan sepanjang gerbang terdekat hingga ruang aula istana. Hasyi tidak bisa tertawa bahagia bila gergaji mesinnya belum dipenuhi darah yang membeku. Kuku harimaunya telah tercampur dengan leleran api dan besi di dalam tubuh cyborgnya. Taring siluman harimau yang tiba-tiba tumbuh di rahangnya, melahap semua pemberontak yang mendekatinya. Sungguh pemandangan yang menjijikkan.
Ketika terdesak, Hasyi sempat melarikan diri ke dalam labirin kebun istana yang sangat membingungkan. Ia kembali menyerang dengan penuh amarah ketika pemberontak lengah. Ia mencoba bertahan sampai titik darah penghabisan. Hasyi mengambil dua pucuk senapan hanya dengan satu tangan. Hasyi juga kaget ia bisa mengangkat senapan seringan itu. Kemudian Hasyi menodong balik semua pemberontak.
Merasa ada keributan, Hasya yang hampir berhasil melarikan diri dari istana dengan jalur parit darurat yang terhubung ke terowongan bunker di mana ada cermin ajaib yang akan membantunya berpindah ke tempat lain ketika memasukinya, Hasya menyuruh Sinbad lari terlebih dahulu. Ia menengok ke belakang sebentar dan dari kejauhan melihat Hasyi sedang bertarung sendirian melawan pemberontak. Hasya yang masih berlari tidak terlalu jauh dari istana dengan wujud harimaunya merasa tak bisa memaafkan dirinya ketika meninggalkan Hasyi sendirian menghadapi semua pemberontak. Hasya masih belum rela Hasyi harus mati. Dengan wujud harimau, Hasya bergegas kembali dengan lari tercepat seekor harimau menuju Hasyi dan membantunya menghabisi semua pemberontak. Namun lama-kelamaan Hasyi meminta Hasya kembali melarikan diri dengan rintihan air mata ketika mereka terdesak dan tak memiliki harapan lagi untuk melawan.
”Aku yakin kau tak akan mati di sini Kakak, selamat tinggal kali ini sungguh untuk selamanya, meskipun aku sebenarnya tak akan bisa meninggalkanmu, Kak” Hasya kembali berlari dengan wujud harimau putihnya. Larianya sangat cepat hingga tak ada satupun pemberontak yang mampu mengejarnya.
Lanza yang dari tadi tak ikut melawan Hasyi, mengibarkan bendera kemenangan sambil meniupkan terompet pengumuman berwarna kuning emas mewakili pemberontak. Ia menyatakan sebelum pemberontak mengeksekusi Hasya sebagai simbol runtuhnya tirani monarki di negeri ini, pemberontak menuntut pembagian harta karun kerajaan berupa hasil jarahan perang Kerajaan Miggleland dari negeri-negeri taklukkan di dua benua yang sudah terkumpul sejak berabad-abad di zaman imperium pertama kepada rakyat. Banyak mitos dan legenda yang tersebar di kalangan rakyat mengenai harta karun yang konon disembunyikan dan hanya diketahui oleh raja dan penerus takhtanya, berupa tumpukan emas setinggi bukit yang tersimpan di sekitar Kastil Herlingen. Kerajaan berpura-pura mengalami kemiskinan sementara para bangsawan merasakan kemewahan dan kekayaan.
Hasyi yang menyamar jadi Hasya memiliki syarat dan permintaan terakhir sebelum ia berjanji akan menunjukkan lokasi harta jarahan itu. Lagipula dari alat komunikasi yang tersembunyi di dalam tubuh cyborgnya, Hasyi mengetahui jika teman-temannya belum siap menjalankan rencana dan Anita baru selesai mengenakan gaun Hasya yang sangat sulit dipakai karena Anita nampaknya lebih gemuk daripada Hasya. Itu membuatnya marah dan akan ditangkap ketika sedang dikejar saat melarikan diri dengan gaun Hasya. Tak ada salahnya kembali mengulur waktu untuk menunggu Anita siap mengenakan gaun Hasya dan ditangkap bersamanya.
Jauh di dalam hatinya, Hasyi tidak bisa memaafkan dirinya karena harus mengorbankan Anita agar mati bersamanya jika seandainya nanti pemberontak tetap akan mengeksekusi mereka berdua, meskipun mereka bukan Hasya yang asli. Anita memang setia kawan demi menolong temannya ia rela mengorbankan nyawanya. Perwakilan pemberontak mulai bermain bola golf dengan Hasyi yang mereka kira Hasya karena Hasyi memakai topeng emas yang menutupi sebagian wajahnya. Jika perwakilan pemberontak itu berhasil menang, maka Hasyi yang mengaku Hasya akan menyerahkan harta jarahannya. Seperti biasa dan dulu pernah dimainkan Hasya, tongkat golf itu adalah seekor penguin yang masih hidup. Meskipun itu menyiksa hewan Hasyi tetap mematuhi permintaan pemberontak. Ia memegang gagang pemukulnya berupa paruh penguin yang kadang sulit digunakan untuk tongkat golf karena sering bergerak sendiri dengan bulunya betebaran. Hasyi berbisik pada penguin itu untuk membantunya memenangkan pertandingan golf dan penguin yang sebenarnya tak mengerti bahasa manusiapun hanya mengangguk seolah mengiyakan.
Hasyi dan perwakilan pemberontak itu seri membuat semua orang yang menyaksikan pertandingan itu menganga mereka tak akan bisa memaksa Putri Hasya menunjukkan lokasi harta jarahannya, meskipun dengan ancaman eksekusi karena mau mengatakan atau tidak Hasya pasti sudah tahu ia pasti akan dieksekusi sesuai dengan perintah Naga Hijau.
Hasyi awalnya bernapas lega setelah hampir memenangkan pertandingan golf, namun ia merasa tubuhnya melemah dan kelelahan karena efek dari tembakan bius Lanza di pergelangan tangannya. Hasyi tertidur sebelum sempat memberitahukan lokasi harta jarahan kerajaan. Hasyi terkapar tanpa sempat menjalankan rencananya. Peluru tembakan bius itu pasti juga dicampur dengan kadar racun yang sangat tinggi hingga membuat Hasyi lumpuh, padahal sebelumnya ia kebal peluru tajam lainnya.
Nasib Hasyi saat ini sedang sangat sial ketika Hasyi tertidur dan siap dieksekusi, Anita yang dikira Hasya kedua malah baru ditangkap dan belum dilaporkan pada pemimpin pusat pemberontakan. Sudah pasti Hasyi langsung akan dieksekusi sebelum Anita karena belum ada keraguan di kalangan pemberontak di manakah Hasya yang asli karena Anita belum menyamar menjadi Hasya. Namun untungnya teman-teman Hasyim dari regu pengumpan berhasil menyebar dan meledakkan alat peledak di setiap wilayah Kastil Herlingen sehingga tempat penghakiman kerajaan dan lapangan eksekusi juga hancur. Pemberontak harus menunda dan memilih tempat lain untuk melakukan upacara pengeksekusian Hasyi yang mereka kira Putri Hasya. Pemberontak ingin mempertontonkan kematian Hasya di depan umum sebagai simbol runtuhnya tirani.
Sementara upacara pengeksekusiannya ditunda, Hasyi yang disangka Hasya akan ditahan dipenjara. Hasyi akan memiliki kesempatan untuk menyusun rencana baru. Sedangkan Anita masih dalam pengejaran pemberontak untuk mengulur waktu.
***
“Di mana aku? Oh iya aku tadi baru saja dipukuli pemberontak sampai pingsan karena mereka mengira aku adalah Hasya yang akan dieksekusi pada senja hari di waktu yang sama di mana aku dan Hasya dilahirkan. Aku dikurung di jam agung Miggleland jika jarum jam pendek di atasku menunjuk angka enam sore aku akan dikawal dan dieksekusi mati di depan umum,”Hasyi merenung dengan kedua kakinya terikat kuat. Ia putus asa.
“Kakak kenapa kakak bersedih?” tanya seorang anak kecil yang duduk di balik jarum jam agung Miggleland anak kecil itu adalah Hasyi versi usia tujuh tahun yang masuk ke dalam mimpinya. Ia adalah Hasyi yang lebih ceria daripada saat ini.
Kegelapan terus menghantuinya, Hasyi tahu ia tak akan bisa kembali menjadi anak kecil. Hasyi sudah bukan dirinya yang dulu lagi. Dunia ini telah mengubahnya tanpa ia sadari. Dia ingin mengingat dirinya sejelas yang dulu. Hasyi mengorbankan nyawanya juga karena mulai bosan hidup yang setiap harinya seakan dipenuhi penderitaan tak terbatas.
“Suatu saat nanti kau akan mengetahui mengapa aku bersedih wahai diriku yang lebih muda,” jawab Hasyi ramah sambil mengelus rambut dirinya sendiri yang berusia tujuh tahun. Hasyi kecil pun hanya melongok tak paham apa yang dimaksud Hasyi dewasa di masa depan.
Hasyi versi kecil dan dewasa saling mengobrol di bawah jarum jam agung Miggleland di dalam alam bawah sadarnya sendiri. Berbicara pada dirinya sendiri yang masih kecil selalu membuat perasaannya menjadi lebih baik. Ia tak lagi merasa kesepian karena tak ada yang lebih mengetahui perasaannya selain dirinya sendiri. Hasyi menasihati dirinya yang lebih kecil untuk lebih kuat menghadapi masalah karena nantinya Hasyi versi kecil akan menghadapi masalah-masalah baru yang telah dilewati Hasyi dewasa. Mengenal dirinya yang masih kecil juga membuatnya menerima seluruh kekurangan dan sisi lemah yang ia miliki.
Hasyi kecil awalnya terlihat agak takut dengan Hasyi dewasa. Karena penampilan dan kepribadian kelam Hasyi dewasa yang sudah membangkitkan darah silumannya cukup menakutkan bagi anak kecil yang bahkan takut pada ibunya sendiri dan teman-temannya yang memperlihatkan wujud siluman bertaring. Namun sebenarnya perasaan Hasyi dewasa dan Hasyim kecil sama sama saja.
Tiba-tiba Hasyi versi kecil mengalihkan pembicaraan. Hasyi menangis ketika dirinya yang masih kecil menunjukkan gambaran ketika Hasyi tidak menanggapi Hasya yang mengajaknya bermain karena autis yang Hasyi idap mengganggunya berbicara dua arah dengan Hasya. Ia berusaha meminta maaf pada Hasya yang tidak nyata di alam bawah sadarnya hingga mengulurkan telapak tangannya berusaha menghentikan, sesuatu tapi sudah terlambat. Hasya dan Hasyi kini benar-benar berpisah, kali ini bukan berpisah waktu ataupun jarak lagi namun untuk selamanya.
“Itu bukan salah kita, kita tak minta dilahirkan jadi anak autis kita tidak menanggapi ajakannya karena tidak tahu bukan karena tidak menyayangi ataupun tidak mempedulikannya. Aku tahu kau dan aku masih menyayanginya,” suara lembut Hasyi versi kecil yang menggema menusuk kalbu Hasyi versi dewasa. ”Aku yakin Hasya sekarang memaafkan kita bahkan sudah lupa dengan kejadian itu.”
Mendadak bangunan jam agung Miggleland berubah menjadi tempat lain. Di dalam alam bawah sadarnya, Hasyi melihat Hasyi versi kecil menunjukkan dirinya ketika sedang dimarahi ibunya karena tidak memahami pelajaran matematika. Padahal sudah belajar selama satu jam. Hasyi hanya bisa menghitung uang jajannya sendiri, dia tak paham menghitung rumus apapun selain itu. Ibunya sangat depresi mengajari sampai memukui paha kakinya berkali-kali.
“Mengapa nilai matematikamu jelek dan jawabannya sama dengan temanmu?” langit di tempat itu tiba-tiba dipenuhi gemuruh dan awan gelap yang begitu pekat, begitu ibu Hasyi menaikkan alisnya. Jarum jam agung Miggleland pun berhenti berdetak disertai wajah ibu Hasyi yang awalnya seputih salju, kini dipenuhi kabut merah yang sangat mengerikan.
“Jawabannya sama karena aku memiliki guru yang sama dengan temanku,” jawab Hasyi kecil dengan wajah polos. Ibu Hasyi pun kembali memukuli paha Hasyi kecil tak puas dengan jawabannya yang menyebalkan. Saat itu ibu Hasyi masih menggangap Hasyi adalah anak nakal dan malas belajar. Ibu Hasyi tak mau Hasyi menjadi anak yang bodoh. Karena saat itu ibu Hasyi masih belum memahami dan menerima Hasyi sepenuhnya jika Hasyi adalah anak yang berbeda dari anak lainnya.
“Ibu kita sebenarnya adalah ibu yang baik dan aku sangat menyayanginya, namun ia memang terkadang pemarah. Tapi semarah apapun dia rasanya aku selalu lebih nyaman saat berada di dekatnya,” ujar Hasyi versi kecil sambil memperlihatkan dia dan ibunya di masa lalu. Air mata Hasyi versi dewasa kembali mengalir semakin deras. Ia tak percaya dirinya selemah itu.
Tangan dan kaki Hasyi dibelenggu oleh tali rantai yang tertaut dengan jam agung Miggleland yang menunjuk angka 12.
Ibu Hasyi membaringkan tubuhnya di kasur. “Hasya nyanyikan lagu untuk ibu di hari yang membosankan ini, ibu ingin mendengar nyanyianmu yang indah itu, bunga mawar hitam telah mekar menjadi warna merah di hatiku,” pinta Ibunya sambil tersenyum.
“Aku sedang tidak mau bernyanyi Bu. Aku malu dengan suaraku,” pipi Hasya memerah. Ibu mereka adalah orang yang sangat misterius ketika selesai berbicara dengannya, jika anaknya hanya berkedip sesaat ibu Hasyi akan langsung menghilang tanpa jejak di hadapan anak-anaknya dengan angin sejuk yang sangat mengerikan. Biasanya saat ia sudah bosan, meskipun wujudnya hilang ibunya selalu tetap bisa membisikkan kata-kata ke telinga anaknya seperti ada orang yang tak terlihat.
“Kau harus melakukannya, kalau tidak Ibu akan melakukan hal buruk padamu,” Ibu Hasyi dan Hasya menguap seperti kucing besar sehingga memperlihatkan dua taringnya yang sangat mengerikan.
Ibu Hasyi bekas seorang ratu dan ingatannya belum terhapus. Belum lagi dulunya ia seorang ksatria dari Suku Beylik. Jadi ia tetap mendidik Hasyi dengan tegas, meskipun tahu anaknya mengalami autisme, meskipun terkadang melakukan kekerasan, sang ibu sangat menyayangi Hasyi. Meskipun sulit dan penuh tantangan. ibu Hasyi terus melatih Hasyi bertatakrama dan bersikap seperti seorang bangsawan karena Hasyi selalu kesulitan memahami etika.
Sewaktu masih jadi ratu, ibu Hasyi menyimpan banyak budak dan tawanan perang serta pemberontak dan para teroris dari kalangan manusia berdarah murni yang diizinkan mendapat hukuman mati dari negara asalnya, di dalam sebuah bunker. Ratu selalu melahap mereka sebagai hukuman mati sehingga membuatnya terkesan seperti ratu yang kejam. Tapi kebiasaan buruknya itu berakhir setelah sang ratu memiliki anak Hasyi karena ia tak ingin Hasyi yang agak penakut ketakutan melihatnya. Seharusnya siluman tak memakan orang yang masih hidup.
“Kenapa anak-anak lain boleh bermain untuk merayakan pergantian tahun di luar, sedangkan aku harus tetap belajar?” Hasyi kecil pergi ke ruang tamu setelah memandangi jendela di mana anak-anak bermain petasan dan kembang api di jalanan.
“Karena ibu ingin kau menjadi yang terbaik, kau anak laki-laki . Wahai pangeran kecil Ibu, kau sama sekali tak berharga bagiku jika tidak cerdas. Suatu saat kaulah yang akan menjadi kepala rumah tangga, kembalilah ke kamarmu dan belajar karena apa? ” ibu Hasyi tak terlihat memasang wajah marah tapi nada suaranya yang datar dan udara dingin yang terasa setiap berada di dekatnya membuatnya terasa menakutkan.
“Karena jika aku bodoh, aku bukan anak ibu ,dan ibu akan mengutukku menjadi kambing? Ibu memang monster,” dengan wajah datar ibu Hasyi tersenyum lebar mendengar celoteh Hasyi. Wajahnya sangat cantik tapi juga sangat menyeramkan dan mengintimidasi.
“Tepat sekali anak pintar. Jika kau tidak mau belajar Ibu akan menceburkan tubuh kecilmu itu kembali ke dalam sungai yang membeku tanpa siapapun yang akan menolongmu. Kau lupa kau tidak bisa berenang dan minggu lalu kau hampir pingsan dan tenggelam di dalam sungai. Untung, saat itu Ibu masih baik hati menyelamatkan nyawamu. Tapi kebaikan hati Ibu tak akan terulang untuk yang kedua kalinya…”
Hasyi hampir meneteskan air mata di depan wanita bertubuh kurus tinggi. Dari sudut pandang Hasyi, wanita itu berwajah putih pucat dan datar. Dalam sekejap kuku harimau putih ibu Hasyi memanjang hingga hampir mencekik leher Hasyi.
“Bangun Hasyi, jangan mati. Kau belum boleh mati, kau masih harus melindungi adikmu, kau anak laki-laki ibu, kau harus kuat!” ibu Hasyi menggoyang-goyangkan tubuh Hasyi dewasa setelah ibu Hasyi yang sebenarnya sudah meninggal itu selesai mengurus Hasyi versi kecil. Hasyi tahu ini alam bawah sadar, tapi ia berusaha tidak menyadarinya. Alam bawah sadar ini terasa sangat nyata. Ia merasa sangat bahagia bertemu dengan ibunya, meskipun ibunya sudah tidak lagi nyata.
“Jangan tinggalkan aku Hasyi, kau adalah teman terbaikku yang menemani masa kecilku, hidupku tak akan sama menyenangkannya tanpa dirimu!” tiba-tiba Selim versi kecil ikut muncul di hadapan Hasyi sambil menggerakan tangan kecilnya. Selim tak mau kehilangan Hasyi begitu saja. Selim duduk di jarum panjang yang menunjuk pukul 3 sore.
Disusul teman-teman Hasyi lainnya, Aryan, Irvan, dan Anita yang mendorongnya ke atas seakan menahan kematian Hasyi di alam bawah, menuju Hasya yang mengulurkan tangan lembutnya dari atas untuk menarik Hasyi keluar dari sumur kegelapan. Teman-teman Hasyi di dunia bawah sumur melambai-lambaikan tangannya. Mata Hasyi pun terbuka perlahan-lahan, cahaya emas terang membasahi matanya, isyarat harapan baru yang harus ia dapatkan.
***
Mata Hasyi yang terpejam terbuka oleh suara desiran angin lembut. Pria siluman api menantinya di luar jeruji besi. Entah dari mana Hasyi mendengar suara kepakan sayap yang sangat cepat. Angin panas menelisik ke telinga Hasyim.
“Aku bisa menyelamatkan nyawamu dan adik kembarmu dari situasi ini. Aku paham sejak dulu kau ingin tahu wujud goblin yang ditulis di buku bersampul coklat yang kau temukan di rumah kosong waktu itu, yang katanya bisa membuat perjanjian abadi dengan manusia. Aku adalah salah-satu dari kaum siluman goblin itu. Namun jika kau mau menyelamatkan nyawa adikmu, kau harus membuat perjanjian padaku dengan mengorbankan separuh sisa hidupmu untuk mengganti nyawa adikmu.” Setelah berbulan-bulan tak muncul saat Hasyi sedang melamun ataupun saat bermimpi, tiba-tiba pria api misterius itu menawarkan perjanjian di tengah situasi di ujung tanduk ini.
“Tentu saja aku tak akan menerima perjanjian itu! Semua orang yang melakukan perjanjian dengan kaum siluman goblin akan bernasib tragis. Ingat yang terjadi pada umat manusia setelah perang nuklir?” Hasyi menolak perjanjian itu mentah-mentah di dalam batinnya. “Tak perlu, aku bisa keluar dari jeruji besi ini tanpa tergantung pada siapapun.”
Hasyi menyahut pria siluman api itu dari jeruji besi. Kali ini tanpa nada amarah ataupun ketakutan. Pria api itu pun langsung menghilang dan kembali masuk ke tubuh Hasyi.
Perlahan-lahan Hasyi mendengar suara langkah-kaki pada tempatnya berada. Semakin lama semakin mendekat, sampai berhenti di pintu jerujinya. Hasyi menoleh dan mendapati Lanza sedang mengusir dua penjaga yang berjaga di dekat sel Hasyi untuk menjauh sejenak.
“Selamat sore Tuan. Ada apa gerangan Anda repot-repot ke tempat tidak layak seperti ini?” sapa Hasyi masih duduk di tempatnya entah karena tidak peduli atau karena kedua rantai yang masih mengikat kakinya.
“Ada hal yang ingin kubicarakan padamu, Hasyi. Sepertinya kau tak ingin ada orang lain yang tahu akan hal ini, karena itulah aku sudah menyuruh penjaga menjauh,” Lanza sedikit membungkuk saat bertemu dengan Hasyi.
“Kenapa kau panggil aku Hasyi? Aku Ratu Hasya,” Hasyi memandang lurus Lanza. Tak mau kalah, Lanza pun memandang lurus Hasyi tanpa keraguan. Seolah menegaskan apa yang baru saja ia katakan.
“Jika dilihat sekilas wajahmu dan Ratu Hasya memang terlihat mirip, tapi kau tak bisa membohongiku dengan menyamar menjadi dirinya. Karena cepat atau lambat semua orang akan tahu jika ada pria rendahan yang bersembunyi di balik gaun Putri Hasya,menjijikkan.” Lanza menghirup tembakaunya seperti biasa.
“Aku baru saja membaca buku harian raja yang baru saja kau jatuhkan karena kau mengenakan kantung celanamu terbalik, bukan sebuah kebetulan Ratu Hasya memiliki pelayan pribadi yang wajahnya sangat mirip dengannya dan ulang tahun yang sama persis dengannya. Aku yakin kau bukan hanya bekerja sebagai pelayan pribadinya, peranmu sangat besar pada kerajaan ini,” tuding Lanza.
“Baiklah terserah padamu, tanyakan apapun yang ingin kau tahu,” jawab Hasyi kasar dan tidak sopan.
“Apakah ratu memang terlahir sebagai anak kembar, dan kau kakak kembarnya seperti yang tertulis di buku harian raja ini?” tanya Lanza begitu mendapatkan sinyal dari Hasyi.
Hasyim hanya mengangguk dengan ragu.
“Mengapa kau rela mati dan mengorbankan apapun untuknya, padahal sebagai anak laki-laki tertua kau lebih berhak memimpin kerajaan ini daripada dirinya?” bentak Lanza mencekik Hasyi sehingga membuat Hasyi terbentur jeruji besi.
“Semua tokoh dalam dongeng, baik penjahat maupun pahlawan, rela membunuh saudaranya sendiri demi mendapatkan takhta orang tuanya, mereka semua berhati busuk apapun alasannya,” Hasyi membalas cekikan Lanza dengan meninju pipinya dan membuat Lanza hampir terjatuh.
Lanza pun mulai memelankan suaranya. ”Apa kau yakin dengan berkorban seperti ini akan membuatnya sadar dan membuat hatinya sebagai penindas rakyat keluar dari kegelapan? Bukankah itu sebabnya kau mencoba menggulingkan kekuasaannya dan menggantikan posisinya sebagai pemimpin kerajaan ini?” Lanza menyindir Hasyi, mencoba menganalisa apa yang sebenarnya terjadi. Ia tak habis pikir Hasyi yang awalnya tampak sangat bersungguh-sungguh ingin menggulingkan kekuasaan raja dengan membunuh walikota hingga mengadu domba raja dengan angkatan udara, kini malah berbalik melindungi saudara kembarnya.
Rasa benci Lanza pada Hasyi seketika lenyap begitu melihat wajah tulus Hasyi, bukan wajah tulus yang dibuat-buat seperti sebelumnya.
Lanza sangat pandai menilai raut wajah orang lain. Sangat terlihat di wajah Hasyi yang sudah kusam dan habis harapannya untuk mempersembahkan jiwanya pada Hasya. Kali ini Hasyi sama-sekali tak memiliki niat yang buruk.
Keyakinan Lanza pada kebaikan orang lain terkadang membuatnya mudah tertipu. Lanza punya sifat yang jujur, setia pada tugasnya, dan mandiri. Meskipun terkadang menjadi seorang yang penyendiri dan pendiam, ia juga baik hati.
“Apa maksudmu kegelapan? Dia adalah orang yang berbeda dari yang lainnya. Dia adalah saudara yang mau menerima kekurangan saudaranya apa adanya. Kau membuang waktu bertemu denganku. Aku tidak akan mengubah langkahku. Kau tak memiliki siapapun yang kau sayangi atau yang menyayangimu?” Hasyi memeluk kakinya dan duduk membelakangi tubuh Lanza di balik jeruji. Hasyi memilih menyendiri dan tak berhubungan lagi dengan siapapun sebelum dia dieksekusi mati. Sesaat, keduanya tak bisa menahan tangis.
“Jika kau ingin membuat adik kembarmu bahagia bukan begini caranya. Kau harus tetap bertahan hidup agar kau bisa terus menemani dan melindungi Ratu Hasya dan membuatnya tidak kesepian lagi…” Lanza bertekuk lutut pada Hasyi yang ada di jeruji besi. Meskipun kerajaan digulingkan, Lanza sebenarnya masih menyimpan kesetiaan pada keluarga kerajaan. Ia berpura-pura menyerah pada Tanduk Berlian untuk menyelamatkan nyawanya dan anak buahnya. Ia menghormati Hasyi karena Hasyi adalah anggota keluarga kerajaan meskipun Hasyi sudah dihapus dari pohon keluarga kerajaan.
“Kau bisa melarikan diri Hasyi…” bisik Lanza mengeluarkan embun dingin dari mulutnya. ”Aku akan membantumu.”
“Bagaimana caramu membantuku? Sudah tak ada lagi harapan Lanza. Lagipula aku sudah siap mati demi Hasya. Waktu kita hampir habis. Setengah jam lagi pemberontak akan menjemput untuk mengeksekusiku.” Hasyim menyela dengan nada berapi-api dan sedikit membentak Lanza.
Lanza mengambil sekotak korek api rokok dari sakunya. “Kau ingat waktu kau mengajari anak-anak muridmu di asrama anak berkebutuhan khusus waktu itu? Kita tak boleh menaiki lift saat sedang terjadi kebakaran karena liftnya akan berhenti karena pemadaman listrik dan membuat kita terjebak di dalam lift di tengah kobaran api. Tapi menurutku itulah kesempatanmu untuk melarikan diri. Kita harus membakar jam agung ini, kemudian bersembunyi di dalam lift di tengah kobaran api, mungkin agak berisiko tapi siluman api sepertimu mungkin akan tahan cukup lama agar penjaga tidak menemukanmu dan menyadari jika kau bersembunyi di dalam lift yang terbakar. Lagipula pemberontak akan meninggalkan jam agung jika menyadari bangunannya terbakar. Mereka akan berpikir jika Putri Hasya yang mereka kira sedang ditahan telah tewas terbakar kobaran api.”
Hasyi mengangguk-angguk tanda setuju. Ia bisa mengubah rencananya untuk melarikan diri berkat bantuan Lanza. Dengan begitu Hasyi tidak perlu mengambil risiko mengaku di depan pemberontak jika dia bukan Hasya. Namun kini ia harus memikirkan cara untuk menyelamatkan Anita karena bisa saja pemberontak tidak percaya jika Anita dikendalikan Hasya, meskipun Antita nanti sudah mengaku jika ia bukan Hasya. Tapi, setidaknya Selim berhasil meretas semua alat pendeteksi kebohongan, jadi kemungkinan Anita selamat semakin besar.
“Mungkin rencanaku agak gila tapi kau harus melompat dari gedung jam ini di tengah kobaran api dan melarikan diri dengan mengganti pakaianmu, agar mereka tidak lagi mengira dirimu adalah Hasya. Aku akan mencari helikopter untuk menangkapmu yang akan melompat dari jendela jeruji dan lalu kau bisa pura-pura menjadi pasukan patroli udara Tanduk Berlian. Aku akan mencari Hasya kembali dan membawa kalian berdua ke bunker pengungsian yang aman,” tukas Lanza.
Hasyi meminta Lanza mengambil beberapa bahan bakar di jeruji besi itu. Hasyi pun memiliki ide cemerlang untuk menutupi jejaknya ia memotong telinganya sampai tumbuh kembali. Potongan telinga itu akan dibakarnya bersama ruangan itu.
Lanza pun membebaskan Hasyi dari jeruji besi itu dengan kunci yang ia miliki dari kepolisian. Para penjaga itu adalah siluman yang memiliki penciuman sangat tajam, mereka langsung menyadari jika ada sesuatu yang terbakar. Aroma telinga kelinci yang terbakar akan tercium seperti bau manusia yang terbakar. Penjaga di sana mengira Hasyi yang menyamar menjadi Hasya sudah bunuh diri dengan membakar dirinya, padahal Hasyi sudah melarikan diri lewat jendela jeruji dan ditangkap helikopter khusus milik Lanza. Para penjaga pun memanggil mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan bangunan jam agung Miggleland.
Lanza mulai menghancurkan semua kamera CCTV yang masih dalam kendalinya di kantor kepolisian Janissary agar pemberontak yang sudah menguasai kerajaan tidak menemukan jejaknya yang telah membebaskan Hasyi.
Hasyi menghubungi teman-temannya dari helikopter jika ia masih hidup. Namun ternyata teman-temannya sudah mengawasi Hasyi dengan alat pelacak yang ada di kantung Hasyi dan mereka sudah berencana membebaskan Hasyi jika ada kesempatan yang tepat. Semangat Hasyi dipenuhi api yang menggelora. Hasyi juga memberi tahu Selim dan Aryan jika Lanza kini ada di pihak mereka. Dengan berat hati Selim yang tangannya sempat berlumuran darah karena ditembak Lanza, akhirnya mau bekerja sama pada Lanza, demi menyelamatkan nyawa Hasyi.
***
Tumpukan uang dan emas terjatuh dari atap berbagai gedung pencakar langit yang dijarah regu pengumpan dari kas pasukan Janissary, membuat sebagian besar pemberontak yang awalnya berjaga di alun-alun kota dan Kastil Herlingen berhamburan menghampiri dan memperebutkan uang itu.
Namun tak lama kemudian televisi raksasa pusat perbelanjaan dari gedung pencakar langit yang biasa digunakan untuk iklan menyala. Padahal sebelumnya televisi dimatikan pihak pengelola gedung karena kerusuhan yang sempat terjadi. Pemberontak yang terpancing ke dekat gedung itu untuk mengambil uang pun melongok ke atas televisi gedung pencakar langit itu. Layarnya yang awalnya buram dan dipenuhi titik putih perlahan-lahan langsung menunjukkan wajah Lanza yang terlihat sangat jelas di layar itu. Ia sedang duduk di sebuah kursi meja redaksi dan membacakan ultimatum ancaman seperti seorang jurnalis yang sedang menyiarkan berita di televisi.
Lanza membuat sebuah acara televisi palsu untuk memancing semua pimpinan Tanduk Berlian menghentikan acara tersebut dan menuju ke stasiun televisi. Namun ketika petinggi Tanduk Berlian bersama tim investigasinya menuju stasiun televisi, mereka tak menemukan apa-apa. Hasyi dan Lanza selalu satu langkah di depan mereka. Hasyi sudah meminta Lanza menaruh berbagai macam bahan peledak di dalam gedung stasiun televisi tersebut. Semua anggota Tanduk Berlian yang memasuki stasiun televisi tersebut tewas terkena ledakan. Hasyi dan Lanza melarikan diri lewat helikopter yang dilengkapi alat anti radar.
Lanza memancing mereka masuk ke stasiun televisi dengan membuat tawaran pada pemberontak di acara televisi palsu itu jika Lanza menyimpan harta jarahan Kerajaan Miggleland berupa emas dan bersedia mencairkannya menjadi uang kertas ketika nanti bank sentral dapat beroperasi normal pasca-kudeta dan uang kertas baru pasca-restorasi mulai berlaku dengan membagikannya ke rekening bank setiap orang yang belum pensiun, dengan syarat pemberontak harus membebaskan Anita yang menyamar menjadi Hasya dengan mengawalnya ke negara tetangga hidup-hidup agar Anita yang mereka kira Hasya bisa menghindari hukuman mati keluar negeri. Hasya yang sebenarnya masih berada di wilayah Miggleland tidak akan menjadi buronan karena pemberontak mengira Hasya yang asli sudah ada di luar negeri. Tentu saja pemberontak tidak akan percaya semudah itu karena harta karun jarahan itu selama ini hanyalah sebuah legenda. Lagipula butuh waktu yang sangat lama untuk mencairkan emas tersebut, meskipun seperti mengada-ada orang yang identitasnya tidak diketahui seperti Lanza menyimpan harta karun jarahan, namun pemberontak mulai berhati-hati karena tidak sembarang orang dapat memiliki jaringan dengan orang-orang dalam penyiaran untuk menayangkan maklumat itu di tengah suasana ricuh ini.
Pemberontak pun menunda upacara pengeksekusian yang merupakan perlambang berdirinya kedaulatan rakyat demi keamanan. INi agar tidak ada lagi serangan dari mantan kepolisian saat sedang mengeksekusi dan memprioritaskan menangkap Lanza yang mereka anggap sebagai ancaman utama.
Namun untuk berjaga-jaga jika seandainya harta karun itu memang disembunyikan Lanza, para pemberontak menyembunyikan Anita yang menyamar menjadi Hasya dari publik untuk beberapa saat dan mengawal sosok Putri Hasya palsu ke stasiun televisi. Hasyi dan Lanza segera menyadari jika Anita yang dibawa ke stasiun televisi adalah palsu jadi tak ada pilihan lain selain meledakkan stasiun televisi itu sebelum mereka dijebak pemberontak.
Hasyi terkadang sangat pelupa dan gugup meskipun biasanya ia percaya diri saat tampil di depan umum. apalagi di kondisi menegangkan seperti ini. Jadi ia meminta Lanza yang memiliki daya ingat sangat kuat dari savant sindromnya untuk membacakan naskah yang ditulis Hasyi dalam sebuah penyiaran.
Lanza dan anak buahnya kini memang bukan lagi anggota kepolisian dan hanya warga sipil biasa, namun mereka tetap bersedia bersatu menyelamatkan dan melindungi Hasyi dan Hasya yang merupakan ratu dan pangeran terakhir dari Kerajaan Miggleland. Lanza berjanji akan menanggung uang pensiun mereka seumur hidup dengan menggunakan sisa uang kas kepolisian.
Dan sebagian lagi polisi mengawasi stasiun televisi dari jauh untuk mengantisipasi kedatangan pemberontak jika bentrokan diperlukan terjadi di stasiun televisi itu. Namun jalan damai dengan pemberontak tetaplah solusi terbaik,mengingat tidak mungkin mereka menghadapi pemberontak dan rakyat marah yang jumlahnya jutaan.
Setidaknya upaya membaca maklumat di televisi tidak sia-sia. Mereka berhasil membuat perhatian pemberontak teralihkan ke Lanza dan berpikir dua kali untuk mengeksekusi Anita yang mereka kira Hasya. Pemberontak sama-sekali tidak meremehkan kekuatan kelompok Lanza karena pemberontak juga tidak mengetahui jumlah mantan polisi yang masih tersisa yang bisa saja melakukan pemberontakan gerilya sewaktu-waktu jika tuntutan mereka untuk membebaskan Hasya tidak ditepati, terutama setelah Lanza berani menjebak petinggi Tanduk Berlian serta mengirimkan berbagai macam pesan berantai berisi ancaman kepada Naga Merah yang merupakan pimpinan tertinggi Tanduk Berlian. Lagipula Naga Merah yang merupakan mantan komandan Janissary mengenal Lanza di kepolisian sebagai orang yang sangat cerdas.
Lanza tidak mungkin berani mengirimkan pesan berantai dalam beberapa jam ini jika tidak memiliki bantuan, persiapan, atau rencana yang cukup matang untuk menghalangi upaya Naga Merah dalam menguasai kerajaan ini. Mungkin saja Lanza mendapatkan bantuan dari negara luar yang masih setia menjadi sekutu Kerajaan Miggleland. Jadi Naga Merah menunda pengeksekusian Hasya untuk mencegah berurusan langsung dengan Lanza.
Namun yang jelas Lanza adalah orang yang selalu menepati janji karena ia sangat memegang teguh kode etik kepolisian dan tak ada yang lebih setia pada janji selain anak autis sepertinya, berunding dengannya tidak akan membuat siapapun mengalami kerugiaan. Lanza menyuruh semua anak buahnya menjauh dari stasiun televisi itu tanpa melakukan kontak senjata sebisa mungkin dengan pemberontak.
Lanza sudah mendapatkan kabar jika kerajaan menyerah tanpa syarat meskipun informasi itu agak terlambat mencapai telinganya, namun ia masih setia pada kerajaan. Meskipun Lanza sama-sekali tidak berniat melakukan perlawanan dengan Tanduk Berlian, namun Naga Merah sempat memaksa mantan kepala kepolisian Miggleland yang sudah menyerah untuk membubarkan kelompok Lanza atau hukuman mati menantinya. Namun mantan kepala kepolisian Miggleland mengaku sudah lama tidak berhubungan dengan Lanza. Mantan kepala kepolisian Miggleland juga mengaku jika ia tidak terlibat dalam kelompok Lanza.
Setelah kerajaan menyerah tanpa syarat Naga Merah sempat merayakan kemenangannya atas Miggleland. Ia berkeliling kota meggunakan mobil dan dikawal kendaraan perang. Di sepanjang trotoar, orang-orang berkerumun sambil menaburi bunga di atas mobilnya. Namun tadi siang sebelum Naga Merah hampir menguasai kerajaan ia hampir terbunuh saat salah satu mantan polisi mendapat kesempatan. Mantan polisi itu melemparkan granat tangan ke mobil Naga Merah.
Tetapi Naga Merah dan istrinya lolos dari serangan itu, dan granat tangan hanya melukai anggota rombongan lainnya. Naga Merah dan rombongan memutuskan untuk mengunjungi orang-orang yang terluka di rumah sakit.
Saat mengemudi menuju rumah sakit, sopir Naga Merah salah belok. Sopir Naga Merah secara kebetulan berhenti hanya sepuluh meter dari Lanza dan kelompoknya. Karena terkejut dengan kesempatan itu, Lanza menembakkan peluru dua kali yang menewaskan istri Naga Merah. Karena kekacauan dan kepanikan yang terjadi tak ada yang menyadari siapa pembunuhnya, tapi melalui pesan berantai yang ia dapatkan, Naga Merah menyadari jika Lanzalah yang telah menyerangnya dan membunuh istrinya. Hingga kini Lanza tetap mengirimkan ratusan robot polisi yang masih tersisa untuk menghancurkan semua tank dan kendaraan panser meskipun dengan mudah dikalahkan karena kalah jumlah, namun mereka terus mengantisipasi kedatangan robot polisi untuk yang kedua kalinya. Lanza bahkan berani menantang petinggi Tanduk Berlian hanya dengan helikopter polisinya yang dapat berubah menjadi robot terbang raksasa. Lanza sangat setia pada satu hal seperti kebanyakan anak autis bahkan ia rela mengorbankan nyawanya demi mendapatkan dan mengejar tujuannya yaitu melindungi kerajaan.
Pemberontak pun menunda upacara pengeksekusian yang merupakan perlambang berdirinya kedaulatan rakyat demi keamanan agar tidak ada lagi serangan dari mantan kepolisian saat sedang mengeksekusi. Pemberontak memprioritaskan menangkap Lanza yang mereka anggap sebagai ancaman utama.
“Kudengar Tanduk Berlian sukses melaksanakan kudeta, tapi jangan senang dulu, ” Lanza mengenakan sebuah topeng Guy fawkes dalam rekaman itu. ”Saya adalah mantan komisaris polisi kerajaan. Meskipun rezim kerajaan sudah ditumbangkan, saya tidak memaafkan kalian yang telah merusak perdamaian di negeri ini!” Perlahan satu-persatu televisi di gedung pencakar langit kota menyala dengan latar warna merah. Cahaya dari televisi itu menyinari kota yang mulai gelap pada waktu senja.
“Saya akan membubarkan Tanduk Berlian sebelum rezim kalian didirikan di atas benua ini. Namun sayangnya, saya sangat membenci pertumpahan darah. Ini peringatan, sekali lagi peringatan, Rumeli Hisari akan diliputi kegelapan setengah jam lagi, akan ada kembang api raksasa yang melewati kawasan sekitar Kastil Herlingen. Mohon berhati-hati ketika keluar rumah bagi yang tidak terlibat dengan pemberontakan. Selamat menikmati malam indah terakhir kalian, kecuali kalian mau membuat kesepakatan denganku untuk melepaskan Putri Hasya!”
Meskipun pembubaran Tanduk Berlian hanyalah ancaman untuk mengulur waktu, Lanza memerintahkan semua polisi bawahannya yang masih tersisa untuk melakukan bentrok sesaat dengan pemberontak dan kembali melarikan diri dengan kapal jet tahan peluru tanpa menjatuhkan korban jiwa sedikitpun. Tentu saja mustahil segelintir polisi yang bisa dihitung jari itu mampu melawan jutaan pemberontak yang sudah berhasil menguasai kerajaan. Ledakan dari segala penjuru tak dapat terhentikan setelah Lanza memberikan ultimatum. Ledakan itu dipicu teman-teman Hasyim dari regu pengumpan yang sudah menyembunyikan bahan peledaknya di seluruh gedung pencakar langit. Membuat kepanikan di pihak pemberontak, setelah alat peledak diledakkan, banyak gedung yang roboh dan membuat pemberontak yang terpancing di dekatnya tewas tertimpa reruntuhan gedung. Kota yang awalnya sempat tenang setelah kudeta berakhir kembali terbakar. Listrik di seluruh kota telah dipadamkan oleh orang dalam yang memiliki hubungan dengan Lanza. Tak lama setelah serangan gerilya itu, ambulans berdatangan dan segera memenuhi beberapa rumah sakit.
Pemberontak yang awalnya berniat mengeksekusi Hasyi yang mereka kira Ratu Hasya sebagai upacara suci simbol runtuhnya monarki, mengurungkan niatnya dan memilih mengevakuasi semua korban jiwa dari aksi terorisme yang dilakukan Lanza dan sisa anggota kepolisiannya. Ini memberikan Hasyi kesempatan untuk melarikan diri.
Akhirnya kembali ke rencana awal, Anita mengaku di depan umum sebelum dikawal ke tempat eksekusi. Anita meminta para pemberontak mengujinya dengan alat pendeteksi kebohongan yang telah diretas Selim agar usaha Anita dalam menyembunyikan Hasya tidak ketahuan.
Di sisi lain Anita yang juga menyamar dan dicurigai sebagai Hasya yang asli mengaku di depan umum jika ia dikendalikan Hasya dan membongkar penyamarannya dengan membuka gaun dan mahkota Hasya. Ia membiarkan rambut panjangnya yang diikat terurai bebas. Anita sangat beruntung pemberontak tidak membunuhnya karena pemberontak tahu Anita adalah anggota regu pengumpan Tanduk Berlian. Apalagi, para pemberontak hanya ingin membunuh Ratu Hasya bukan orang tak penting seperti Anita.
***
Perjuangan Hasyi untuk bebas belum berakhir. Saat ini pukul setengah sembilan malam. Langit mulai gelap dipenuhi hujan. Hasyi seakan tidak dapat mengungkapkan kegelapan di balik awan di bawah helikopter sampai ia tersedot di dalam sebuah awan ilusi berwarna hitam.
Hasyi menengok ke bawah, kakinya berpijak di atas awan hitam. Di sana ada sebuah pohon boneka yang tumbuh dari reruntuhan Kastil Herlingen dan hampir meledak. Hasyi langsung bisa menduga jika pohon itu tumbuh dari mayat Azra yang merupakan siluman boneka. Meskipun tewas berbulan-bulan lalu, tidak membuat mayat Azra membusuk. Waktu itu Hasyi memang menyembunyikan mayat Azra di ruang bawah tanah istana tempat menyimpan persediaan makanan tepat, di sebelah bunker karena Hasyi tak tega memakan mayat kakak sepupunya sendiri.
Pohon itu memiliki kayu dengan aura hijau di sekelilingnya. Banyak boneka manusia bermata kancing menempel di ranting pohon itu seperti buah-buahan yang siap dipanen. Tapi penampakan pohon boneka itu sangat menjijikkan dan mengerikan.
“Masuklah ke dalam tubuhku dan menjadi boneka, aku akan membawamu hidup bahagia bersama kedua orang tuamu,” pohon boneka itu menawari Hasyi kebahagiaan.
“Diamlah dia tak akan mau menuruti perintahmu, dia bukan orang egois yang hanya mau hidup bahagia sendirian,” Lanza membentak pohon itu di dalam mimpi Hasyi sambil menodongkan pedang dan pistol.
“Lanza benar, bukan itu yang diinginkan Hasya. Di bawah sana aku masih memiliki seorang keluarga, adik kembarku, Hasya. Aku bersumpah akan terus melindunginya, dia tak akan pernah hidup bahagia jika aku tidak ada di sisinya. Aku tidak bisa egois tinggal di sini hidup bahagia tanpa kesepian bersama orang tuaku dan membuat Hasya terus khawatir dengan hidup sendirian tanpa diriku…” Hasyi tak bisa berhenti menangis. Tangisannya menjelma air hujan dan petir di bawah awan tempatnya berpijak.
Ternyata di dunia nyata Lanza memang berusaha membangunkan Hasyi yang sedang pingsan sambil mengemudikan helikopter. Sampai-sampai Lanza menyirami Hasyi dengan minyak bahan bakar helikopter.
Suasana di depan Kastil Herlingen porak-poranda. Hujan gerimis sekejap berubah menjadi hujan deras ketika Hasyi melompat dari helikopter. Lanza bingung menentukan helipad yang terbaik untuk mendarat. Lanza percaya Hasyi dapat turun dari helikopter dengan selamat, Hasyi langsung mengenakan jas hujan berwarna kuning yang menutupi rambut kepalanya.
Tak ada satu orangpun yang mampu menebang pohon boneka yang berasal dari mayat Azra, si ratu siluman boneka. Setiap kali batang atau akarnya dipotong, malah tumbuh semakin besar dan panjang, dua kali lebih banyak. Beberapa anggota pemberontak yang berusaha memasuki Kastil Herlingen, tubuhnya terpotong-potong seperti kepompong yang dilubangi dan mengeluarkan darah oleh ranting pohon itu yang sangat tajam. Banyak pemberontak yang tewas. Tak ada satupun yang berhasil menebang pohon itu bahkan pemimpin tertinggi Tanduk Berlian, Naga Merah.
Sampai seorang laki-laki dengan tubuh ditutupi jas hujan kuning datang di tengah deraian air hujan yang deras. Ia melangkahi dengan sesuka hati genangan darah dan mayat di atas sepatu bootnya. Gergaji mesin di tangannya melingkar karena bengkok dan dipenuhi darah. Laki-laki itu adalah Hasyi. Ia tidak peduli meskipun sepatu bootnya kotor dipenuhi darah. Dengan gagah berani ia menantang pohon boneka itu duel satu-lawan satu, seakan meremehkan semua pemberontak yang terkapar di tanah.
“Ini pertarungan terakhirku. Aku tak tahu siapa gerangan di dalam diriku namun aku yakin jiwaku sudah hancur, ingatlah aku yang dahulu yang selalu ceria. Janganlah lihat aku ataupun menatapku,” Hasyi bergumam sambil memejamkan matanya. ”Aku adalah monster. Tak ada bedanya dengan semua orang, aku bisa menghabisi siapa saja!”
Sebelumnya, Hasyi selalu membutuhkan orang lain untuk melindunginya. Entah itu ibunya, teman-temannya, atau bahkan adik kembarnya, Hasya. Karena dia adalah orang yang sangat lemah namun kali ini dia justru ingin melindungi nyawa ribuan orang. Dia sudah tak sanggup melihat nyawa orang berjatuhan lagi di sekitarnya.
Dengan hati yang terbakar Hasyi menebang pohon boneka beradiasi nuklir kecil itu dengan gergaji mesin giok lemurianya. Perlahan tapi pasti ia menyalakan gergaji mesin giok lemurianya dengan menekan semua tombol digital di gagangnya hingga tubuh cyborgnya hampir hancur terkena percikan api. Akar pohon yang tajam semakin mencekik Hasyi, membuat leher Hasyi hampir berlubang dipenuhi darah. Butuh banyak mengulang usaha untuk menebang pohon itu. Bahkan gergaji mesinnya yang awalnya cukup kuat untuk menghadapi siapapun hampir patah separuhnya ketika menghadapi pohon boneka itu. Kepingan gergaji mesin itu terjatuh di tanah. Untungnya Hasyi berhasil menebang pohon itu sebelum seluruh Kerajaan Miggleland berubah menjadi besi berkarat akibat akar pohon boneka itu. Hasyi terhempas terkena ledakan pohon boneka itu yang memancarkan sedikit radiasi nuklir.
Ketika terhempas seakan menerjang langit malam, dari bawah Hasyi melihat pohon boneka yang batangnya terbelah menjadi dua mengeluarkan mayat Azra yang sedang tersenyum dengan mata terpejam. Azra mengunci dirinya di dalam kristal berwarna hijau dengan mata kancing bonekanya. Seketika hati Hasyi merasa iba.
“Maafkan aku Kak Azra, aku tak akan pernah melupakan Kakak,” dengan hatinya yang sangat tulus Hasyi berusaha berbicara lewat mata batin dengan jiwa Azra yang terlihat bahagia di alam lain.
“Terima kasih sudah menghancurkan tubuh pohon bonekaku, Hasyi, sampaikan salamku pada Hasya,” jiwa Azra membalas isi hati Hasyi yang sangat tulus. Meskipun jiwa Azra bahagia, Hasyi tak bisa menahan air matanya.
“Hasya meminta maaf padamu,” kata Hasyi lirih.
“Hanya itu yang ingin kudengar darinya. Aku seharusnya bisa lebih dewasa. Aku tak perlu lagi dendam dengannya, dia dulu tanpa sengaja menyakitiku…”
Seketika percakapan terakhir Hasyi dengan jiwa Azra yang akan berpindah alam berakhir. Boneka-boneka di pohon itupun langsung berubah menjadi dedaunan hijau bercahaya yang indah. Hasyi menyimpan salah satu daun berkilau itu untuk mengenang kepergian Azra.
Posting Komentar