Proyek T4 Rumeli Hisari
Program Euthanasia adalah pembantaian sistematis terhadap pasien berkebutuhan khusus yang dirawat di rumah sakit. Program ini merupakan salah satu dari banyak langkah eugenik radikal yang bertujuan memulihkan rasial bangsa Miggleland dari anak-anak berkebutuhan khusus yang dianggap akan menularkan penyakit pada keturunannya.
Program ini bermaksud menyingkirkan apa yang dianggap oleh ahli eugenika dan para pendukungnya sebagai "nyawa yang tidak pantas hidup". Para individu tersebut yang—mereka yakini—karena disabilitas psikiatri, neurologis, atau fisik, menjadi beban genetik dan finansial bagi masyarakat dan negara.
Otoritas kesehatan masyarakat mulai mendorong orang tua dari anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendaftarkan anak-anak mereka ke sejumlah klinik pediatri yang ditunjuk secara khusus. Pada kenyataannya, berbagai klinik tersebut adalah bangsal pembantaian anak-anak. Di sana, staf medis yang direkrut secara khusus membantai pasien kecil mereka menggunakan obat dengan dosis berlebih yang mematikan atau membiarkan mereka kelaparan.
Karena program ini bersifat rahasia dan ilegal, perencana dan petugas T4 melakukan langkah yang saksama untuk menutupi desainnya yang mematikan. Meskipun dokter dan administrator lembaga memalsukan catatan resmi dalam setiap kasus untuk menunjukkan bahwa korban meninggal karena penyebab alamiah. Program Euthanasia dengan cepat menjadi rahasia umum. Publik mengetahui tindakan tersebut secara luas. Protes terbuka dan tertutup mengenai pembantaian tersebut dilakukan.
Program T4 disponsori perusahaan X-Tech. Perusahaan yang telah menjadikan Hasyi yang menyadang autisme sebagai kelinci percobaan cyborg. Banyak anak berkebutuhan khusus dari rumah sakit yang dijual sebagai budak pada perusahaan X-Tech yang kini sudah dibubarkan. Namun Program Euthanasia masih terus berjalan di berbagai rumah sakit.
Anak-anak berkebutuhan khusus itu di kurung di bawah bunker rumah sakit dan setiap harinya disiksa di kamar gas beracun. Hidup hanya untuk menunggu mati .
Hasyi sudah mengetahui sejak lama lokasi rumah sakit yang melakukan Program Euthanasia itu, di tengah suasana kudeta yang baru berakhir. Hasyi memasuki salah-satu rumah sakit terbesar di kerajaan. Gedung-gedung di sekitar rumah sakit itu terlihat terbakar. Ia mulai membuat kekacauan untuk melampiaskan dendam dan empati kepada semua anak berkebutuhan khusus sepertinya. Karena penjagaannya tidak ketat, Hasyi memasuki rumah sakit itu dengan menenteng gergaji mesin giok lemurianya yang telah patang setengah, menodongnya pada petugas resepsionis, dan memaksanya menyerahkan kunci bunker bawah tanah. Di bawah ancaman gergaji mesin dan melihat semua penjaga terkapar di tangan Hasyi, resepsionis itu tak memiliki pilihan lain selain menggangguk.
Ternyata perusahaan X-Tech yang sudah bubar memiliki hubungan terselubung dengan Pasha Bey dan para pimpinan pemberontak Tanduk Berlian. Mereka menanamkan sahamnya di perusahaan itu. Dulu Hasyi ikut memberontak bersama Tanduk Berlian karena desakan teman-temannya. Ternyata selama ini Pasha Bey-lah yang telah menandatangani surat izin perbudakan anak autisme. Ini membuat Hasyi semakin dendam dan berbalik ingin membalaskan dendamnya pada rezim Tanduk Berlian setelah mengetahui Pasha Bey-lah yang menghasut raja dan membuat Hasyi hampir terbunuh dan akhirnya dibuang dari kerajaan. Hasyi semakin jijik begitu melihat dokter-dokter itu adalah anggota Suku Vlad yang merupakan siluman naga.
Hukum rimba selalu terjadi setiap ada kerusuhan, salah satunya adalah penjarahan dan pembakaran yang dilakukan massa di berbagai pusat perbelanjaan. Namun kali ini bukan harta benda ataupun kekayaan yang ingin Hasyi jarah. Ia ingin menjarah nyawa manusia, nyawa orang-orang yang telah menumbalkan anak-anak berkebutuhan khusus tak berdosa.
Setelah mendapatkan kunci bunker, Hasyi segera membebaskan anak-anak yang masih hidup dari kamar gas beracun dan berbalik memasukkan semua dokter pelaku euthanasia ke dalam kamar gas beracun di bawah todongan gergaji mesin. Meskipun kebanyakan dokter itu adalah wanita dan kakek-kakek, Hasyi tetap memperlakukan mereka dengan kasar, itulah yang namanya senjata makan tuan. Hasyi mengajak semua anak-anak berkebutuhan khusus yang telah dibebaskan itu untuk menertawakan dokter yang sebelumnya menyiksa mereka dari balik jendela kamar gas beracun. Kini dokter yang menyiksa anak-anak berkebutuhan khusus itu merasakan semua penderitaan yang pantas untuk mereka. Ada beberapa anak berkebutuhan khusus yang tertawa melihat penderitaan mereka selama ini terbalaskan, namun kebanyakan hanya melamun dan menangis melihat dokter itu disiksa seperti mereka. Mereka tak paham apa yang sebenarnya terjadi.
“Lihatlah anak-anak, dokter-dokter yang lebih hina daripada sampah itu bermabuk cinta di dalam gas berwarna hijau!” Hasyi menunjuk semua dokter yang napasnya tersenggal-senggal di balik jendela kamar gas beracun. Mereka merintih meminta Hasyi menghentikan penyiksaan. Namun hati Hasyi yang sudah telanjur hancur tak bisa diobati. Sebagian dokter itu banyak yang menangis dan meratap menanti ajal.
Hasyi tak perlu takut dengan hukuman pidana karena melakukan pembunuhan. Di masa transisi pemerintahan seperti saat ini, biasanya tak ada hukum yang berlaku di Miggleland.
***
Tanpa sengaja Hasyi berjumpa dengan seorang anak yang sangat ia kenal, Raflesianz, yang dulu pernah bertemu dengannya di trotoar bersalju.
“Kau Kak Hasyim kan yang dulu pernah mendongeng untuk memberiku semangat?” Raflesianz mungkin bukan anak berkebutuhan khusus, namun karena ia terlahir sebagai siluman bunga bangkai berbeda dengan teman dan keluarganya yang memiliki aroma bunga yang wangi, ia juga dimasukkan ke dalam daftar anak berkebutuhan khusus yang di-euthanasia.
“Siapa gerangan di dalam diriku?” Hasyi mendesah. ”Kehadiranku janganlah kau cari, ”Hasyi melebarkan senyuman.
Hasyi memiliki jiwa yang lembut dan jarang menyakiti orang lain kecuali jika dipaksa. Hasyi sebenarnya tidak mau membunuh semua dokter yang telah menyiksa anak berkebutuhan khusus seperti dirinya, namun jika ia tidak membunuh dokter-dokter itu, mereka bisa menjadi saksi mata atas apa yang baru dilakukan Hasyi dengan membuat kekacauan di rumah sakit dan melaporkannya kepada para pemberontak yang kini menguasai. Hasyi berusaha menghapus jejaknya meskipun mungkin itu percuma. Tetapi hanya sedikit yang tahu alasan mengapa ia memiliki hati yang lemah.
Hasyi selalu takut sendirian, dan fakta bahwa dia akan kembali tidak memiliki siapa-siapa jika dia menyakiti orang-orang di sekitarnya menghantuinya sampai periode waktu yang signifikan. Bahkan ketika Hasyi memiliki perubahan kepribadian, dia mencoba untuk melindungi semua orang yang sendirian, terutama karena mereka sangat berarti baginya, tetapi juga karena dia tidak pernah ingin menghadapi trauma sendirian lagi.
Anak itu memukuli Hasyi dengan pukulan lemah dan manja, melampiaskan semua perasaan bahagianya. “Jangan khawatir apapun yang akan terjadi nanti aku janji kalian semua akan selamat.” Hasyi mengulurkan tangannya memaksa Raflesianz bergandengan.
Hasyi melarikan diri dengan anak-anak yang lolos dari euthanasia lewat kereta bawah tanah yang sangat sepi karena tak ada penumpang yang ingin berwisata menuju Kota Rumeli Hisari di tengah kerusuhan. Ia nantinya akan mengirim anak-anak itu kembali ke orang tuanya atau memasukkan mereka ke asrama tempat Hasyi dulu bekerja. Mereka tidur di gerbong kamar mewah yang berbeda dengan Hasyi.
Meskipun Hasyi tak berniat keluar kota ia hendak menuju stasiun terdekat setelah selesai mengganti pakaiannya, tiba-tiba di gerbong kereta api, pria siluman api itu muncul kembali di hadapannya. “Kau berhasil bebas dariku Hasyi, kau sudah bukan budakku lagi karena malam ini kau kubebaskan, aku kini akan keluar dari bersemayam di dalam tubuhmu, tapi sebagai ganti kebebasanmu, adikmu akan melupakanmu kembali sebagai kakak kembarnya, selamat meraih kebebasan,“ pria siluman api itu keluar dari dada Hasyi dan terbang ke langit dengan sayapnya yang terbakar di bagian punggung, menembus jendela kereta api.
“Selama ini sebenarnya kau siapa? Siapapun kau mengapa kau tak pernah membiarkanku hidup bahagia dengan Hasya, tapi terima kasih sudah membebaskanku,” Hasyi kini rela Hasya melupakannya, namun dia tetap senang dia dan Hasya bisa selamat.
Hasyi berniat menemui Lanza dan teman-temannya yang lain untuk mengucapkan terima kasih.
***
Lanza mengenakan pakaian ala preman agar identitasnya sebagai polisi tidak diketahui pemberontak. Ia mencegat Hasya yang sedang berlari dengan keempat kaki wujud siluman harimaunya.
“Tenanglah Ratu Hasya, saya Lanza, saya mantan komisaris polisi kerajaan, saya teman kakak Anda, Hasyi,” ujar Lanza sambil menunjukkan kartu identitasnya sebagai komisaris polisi di depan wajah harimau Hasya.
Lanza langsung memanggil Hasyi yang awalnya bersembunyi di balik gang gedung dan tampak agak letih mendorong kursi roda Hasya. Seketika wajah Hasya semingrah. Ia pun kembali berubah wujud dari harimau putih menjadi manusia berkaki dua. Ketika kembali dengan wujud manusianya, ia mengangkat tinggi-tinggi tangannya seolah sedang berdoa. Hasyi dan Lanza membantu kaki Hasya yang lumpuh dalam wujud manusianya kembali duduk di kursi roda.
Hasya mendekap Hasyi setelah berhasil kembali duduk di kursi roda, seakan ia tak akan melepaskan dekapan itu untuk selamanya
“Kupikir ingatanmu telah dihapus dan kau melupakan aku,” tanya Hasyi masih menangis di dalam dekapan adik kembarnya. Ia tak menyangka kutukan pria siluman api itu tak terjadi. Ia bersujud bahagia melihat adik kembarnya masih mengingat dirinya.
“Jangan bicara begitu kau adalah kakak terbaik di dunia yang pernah kumiliki. Aku tak akan pernah melupakanmu, tak ada kekuatan di dunia ini yang mampu membuatku bisa melupakanmu!” ujar Hasya.
Hasyi melepaskan pelukannya. Ia celingukan seperti mencari sesuatu. “Mana Sinbad, Hasya?”
Sesaat Hasya terdiam. Ia menundukkan kepalanya. “Kami terpisah sejak pelarian dari istana, Kak. Entah bagaimana nasib Sinbad, aku tak tahu, maaf Kak…” ujar Hasya yang mulai terisak.
Hasyi terperanjat. Tak menyangka akan kehilangan Sinbad. Ia kembali terngiang pesan pria siluman api tentang kehilangan Hasya. Ternyata bukan Hasya yang menghilang, melainkan Sinbad. Apakah Sinbad menghilang demi bertukar nasib dengan Hasya? Entahlah, Hasyi tak bisa berpikir terlalu jauh. Ia hanya bisa berharap di luar sana Sinbad baik-baik saja. Ia masih percaya kelak akan menemukan Sinbad kembali.
Hasyi lantas melirik ke arah Kastil Herlingen di perbatasan Kota Rumeli Hisari yang sudah terbakar dengan matanya yang masih basah. ”Selamat tinggal rumah, mungkin aku belum bisa merasakan hidup bahagia di dalamnya dengan seluruh anggota keluarga utuhku, namun aku akan terus menjaga apa yang disebut rumah terakhir yang masih kumiliki,” Hasyi melirik Hasya.
“Rumah sesungguhnya bukanlah bangunan seperti yang aku pikirkan, hingga dulu aku tak mau meninggalkan rumahku dan berpetualang ke dunia luar yang indah ini. Namun rumahku sesungguhnya adalah kau, Hasya. Rumah sesungguhnya adalah tempat aku bisa berada di sisi orang yang menyayangiku di manapun aku berada.” Hasyi bergumam ketika Hasya mulai tertidur di kursi rodanya.
Hasyi mendorong kursi roda Hasya, hatinya campur aduk antara sedih dan bahagia menuju arah matahari terbenam di tepi pantai yang tak jauh dari Kastil Herlingen. Kupu-kupu yang awalnya Hasyi lepaskan dari toples Hasya, hinggap di kepala Hasya yang sedang tertidur dengan wajah imutnya saat Hasyi mengerahkan sisa tenaganya untuk mendorong kursi roda. Seakan mengucapkan selamat tinggal, kupu-kupu itu kian cepat mengepakkan sayapnya dan lalu terbang menuju cahaya senja.
Posting Komentar