Meskipun kecerdasan buatan (AI) memiliki kemampuan untuk menciptakan gambar dan karya seni, keunikan, emosi, dan kreativitas manusia dalam proses seni sering sulit untuk direplikasi sepenuhnya oleh AI. Pelukis manusia dapat menyampaikan pengalaman pribadi, makna mendalam, dan ekspresi yang sulit ditiru oleh algoritma. Meskipun AI dapat membantu atau menginspirasi seniman, hubungan pribadi antara seniman dan karyanya sering menjadi aspek penting dalam seni yang sulit digantikan oleh teknologi.

Justru lukisan yang dibuat manusia akan bernilai jauh lebih tinggi dari yang dibuat AI.

Seni rupa murni bukan cuma soal ilustrasi yang bisa diganti AI, karya itu bernilai tinggi kalau ada makna filosofisnya atau kepopuleran pelukisnya yang punya hidup tragis, bukan hanya karena gambarnya realistis atau terlihat memukau. Kalau membuat gambar realistis menggunakan AI semua orang juga bisa.

Kalau mau dari dulu pelukis sudah tergantikan oleh foto hitam putih jauh sebelum ditemukannya AI, harusnya penemuan foto sudah menggantikan pelukis yang bisa jepret dengan gampang,buat apa capek capek ngelukis pemandangan atau muka orang berbulan bulan kalau kita bisa langsung nangkap gambar dalam beberapa detik?

Biar bagaimanapun karya lukis yang dibuat berbulan bulan jauh lebih bernilai daripada yang dibuat AI dalam beberapa detik.

Belum lagi saya sering mendengar wibu atau otaku yang ngomel kalau anime atau manga dikerjakan oleh AI atau CGI karena kualitasnya menurut mereka sangat buruk dan diluar nalar.

 (Damar Pratama Yuwanto)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama