Prolog

Kapal luar angkasa raksasa berbentuk seperti ular besar melayang dengan tenang. Cahaya biru dari pantulan bintang-bintang mengiluminasi permukaan kapal, menciptakan bayangan aneh di dinding-dinding metaliknya yang mengkilap. 

Kapal raksasa itu milik ras alien Reptilians. Ras ini berasal dari Planet Alpha Draconia yang gersang, tandus, dan keras. Mereka makhluk yang dikenal karena teknologi yang canggih namun juga memiliki kecenderungan agresif. Setiap planet atau dunia yang menjadi incaran mereka akan hancur lebur tak tersisa.

Bangsa Reptilians hidup di dunia yang telah kehilangan semua harapan dan keindahan alam. Mereka sedang dalam usaha menciptakan "Heaven’s Gate" sebuah portal yang bisa membuka gerbang ke dunia lain. Para Reptilians itu ingin menemukan surga. 

Planet Alpha Draconia yang berada di ujung Galaksi Bimasakti kini sudah hancur akibat ditelan oleh sebuah lubang hitam karena itu Reptilians berusaha mencari dan kemudian menjajah planet planet baru. Mereka juga memiliki sekte yang menyakini jika bangsa Reptilians adalah kaum yang terpilih di alam semesta dan satu satunya bangsa yang berhak atas surga.

Ras Reptilians adalah mahluk yang sangat berhati-hati meskipun memiliki teknologi sangat futuristik dibanding dengan planet atau dunia baru yang dikunjunginya. Namun mereka tak serta merta asal bergerak dan bertindak untuk melakukan invasi.

Reptilians lebih suka melakukan infiltrasi dan menyamar menjadi berbagai pemimpin dunia dari planet atau dunia yang mereka taklukkan dengan kemampuan berubah wujud. Mereka selalu menanamkan dalam pikiran jika mereka bukan ras terkuat di alam semesta, mereka lebih suka berpikir jika ada orang yang lebih kuat dari mereka di dunia isekai maupun planet lain.

Reptilians pun sudah menginvasi Planet Bumi dengan tujuan untuk mengendalikan populasi manusia. Mereka melahap manusia sebagai sumber makanan atau untuk tujuan riset peradaban, mereka menyusup ke dalam posisi-posisi berpengaruh di dunia manusia.

Beberapa di antara mereka menyamar sebagai politisi, pejabat pemerintah, pemimpin bisnis, atau tokoh-tokoh berpengaruh lainnya. Dalam penampilan sebagai manusia,, Ras Reptilians menggunakan pengaruh dan kekuasaan untuk mengatur dan mengontrol masyarakat manusia, serta untuk memanfaatkan manusia sebagai sumber daya yang diperlukan.

Ras Reptilians memandang bumi sebagai kebun binatang kosmik. Awalnya mereka mengamati manusia tanpa ikut campur terhadap kehidupan layaknya manusia melihat binatang di kebun binatang sampai di suatu titik mereka berusaha menaklukkan bumi.

Reptilians juga menjadi dalang di balik berbagai kejadian besar di dunia seperti Perang Dunia II dan perlombaan luar angkasa antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Herodah M78 adalah kapal penjelajah utama dari armada Reptilians yang dirancang untuk menjelajahi ruang angkasa dan mampu membuka portal kuantum untuk pergi ke dimensi alam semesta lain. Mereka menjalankan misi ekspansi ke wilayah-wilayah baru. Namun, ada sesuatu yang sangat unik tentang kapal ini: meskipun tampak megah dan futuristik, Herodah M78 membawa beban yang menakutkan bagi berbagai ras di seluruh galaksi.

Ketika kapal ini terbang di atas planet atau koloni yang mereka kunjungi, tanpa perlu mendarat pun, Herodah M78 mampu melepaskan polusi yang sangat berbahaya. Ini bukan polusi konvensional seperti yang dikenal manusia, tetapi partikel energi negatif yang secara langsung mempengaruhi kesehatan dan keseimbangan alamiah  manusia atau makhluk lain yang hidup di planet-planet yang dikunjungi Reptilians.

Ketika Herodah M78 melayang di atas sebuah koloni manusia yang damai, udara tiba-tiba terasa berat dan tercemar oleh energi yang mematikan. Tanaman dan hewan-hewan lokal mulai layu dan mati secara misterius, sementara manusia kelelahan dan terkena penyakit yang tidak bisa dijelaskan.

Para Reptilians dari Alpha Draconia menggunakan Herodah M78 sebagai alat untuk memperluas pengaruh dengan cara yang tidak langsung namun sangat efektif. Mereka tidak perlu berperang atau menaklukkan secara langsung; cukup dengan melayang di atas planet yang ingin dikuasai, mereka bisa melemahkan pertahanan dan sumber daya alam para penduduk setempat.

Sementara itu, di galaksi yang luas ini, banyak ras yang berusaha melawan pengaruh Reptilians yang memiliki teknologi mematikan. Pertempuran untuk kelangsungan hidup planet-planet dan koloni-koloni yang masih belum terjajah terus berlanjut, sementara Herodah M78 terus melayang di angkasa, menjadi simbol ancaman yang terus membebani kehidupan di berbagai penjuru galaksi bahkan seluruh alam semesta.

Kondisi hidup yang sudah nyaman merupakan puncak insting bertahan hidup dari serangkaian tragedi, musibah dan perang dalam sejarah manusia. Manusia tidak akan pernah mau melompati kondisi mereka yang sebenarnya sedang dimanipulasi oleh ras lain.

Padahal peperangan yang dihadapi manusia merupakan tempat inovasi penemuan dan teknologi. Hanya dari tantangan dan rasa sakit manusia berinovasi. 

Sayangnya, manusia hanya selalu ingin berada di zona nyaman, stagnan tanpa rasa sakit ataupun tujuan, tapi menderita seolah hidup tak memiliki arti.
Dunia pun lalu mengecil, dan di atasnya melompat-lompat  si manusia terakhir  yang membuat segala sesuatunya menjadi kecil. Rasnya bagai kutu  yang tidak dapat dibasmi.

Aku ingat dengan kejadian mengerikan saat aku masih hidup di bumi. Di sudut studio yang gelap, lampu-lampu sorot hanya menerangi wajah-wajah cemas para pembawa berita televisi. Suara berat dan serak mengumumkan kabar tragis yang tidak dapat dipercaya:

"Pagi ini, dunia seperti yang kita kenal telah berubah selamanya. Bangsa Reptilians, entitas alien yang disembunyikan di antara kita selama ratusan tahun, telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap bumi. Kota-kota besar di seluruh dunia diliputi kehancuran. Para pemimpin dan pejabat yang kita kira adalah manusia, ternyata adalah agen-agen dari ras asing ini."

Suasana siaran terasa tegang. Layar di belakang mereka dipenuhi dengan gambar-gambar kehancuran yang tak terbayangkan: gedung-gedung hancur, jalan-jalan yang dipenuhi reruntuhan, dan orang-orang yang berlarian mencari tempat berlindung.

"Ini bukanlah hanya invasi fisik, tetapi juga invasi dalam hati dan jiwa kita. Selama ini, mereka telah memanipulasi kebijakan dunia, mengatur perang dan perdamaian sesuai dengan agenda mereka sendiri. Kita hidup dalam bayang-bayang mereka."

Pembawa berita mencoba untuk tetap tenang, meskipun kepanikan mulai terasa di suara paraunya.
"Pertanyaan besar yang kini kita hadapi: bagaimana kita bisa melawan musuh yang bersembunyi di antara kita? Apakah masih ada harapan bagi umat manusia? Para ilmuwan dan pakar strategi sedang berusaha mencari jawaban atas pertanyaan ini. Namun, satu hal yang pasti, dunia kita telah berada dalam perang yang tidak kita duga."

Layar di belakang mereka berubah, menampilkan wawancara singkat dengan seorang ilmuwan yang wajahnya penuh dengan kekhawatiran.

"Kami tidak bisa lagi menganggap enteng ancaman ini. Mereka memiliki teknologi dan kekuatan yang jauh melampaui apa yang bisa kita bayangkan. Kita perlu bersatu sebagai umat manusia, melupakan perbedaan kita, dan bersiap untuk perang terbesar yang pernah dihadapi oleh umat manusia."
Siaran ini tidak hanya sekadar berita. Ini adalah panggilan putus asa untuk bertahan hidup, untuk menemukan kekuatan dalam persatuan, dan untuk berjuang melawan musuh yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Aku berlari secepat yang aku bisa melalui lorong-lorong sempit di antara bangunan yang runtuh di Jakarta. Suara gemuruh ledakan dan serangan energi dari langit membuat hatiku berdegup kencang. Aku menggenggam erat tangan ibuku sambil mengikuti ayahku yang memimpin jalan menuju tempat perlindungan. Di belakang mereka, terdengar suara-suara berteriak dan mengeluh, menciptakan latar belakang yang mencekam dari kepanikan massal.

"Reza, ikuti aku, sayang!" seru ibuku dengan suara terengah-engah, tetapi penuh dengan ketegasan. Mereka berlari menuju tempat yang dianggap aman, di tengah kehancuran dan asap tebal yang menyelimuti udara. Aku yang baru saja lulus SD bisa merasakan panas yang tidak biasa di atmosfer, serta bau yang asing dan tajam yang menusuk hidungku.

Tiba-tiba, sebuah ledakan besar terjadi tidak jauh dari mereka. Detik itu, duniaku berubah menjadi pemandangan kekacauan. Tubuh ibuku terlempar dari sampingku oleh gelombang kejut, dan aku terpental ke belakang, jatuh terjerembab ke tanah keras. Aku berusaha bangkit, melihat ke sekeliling dengan mata yang penuh dengan ketakutan.

"Ibu! Ayah!" teriakku dengan putus asa, namun hanya suara dentuman dan deru api yang menjawab panggilanku. Aku  melihat rumah-rumah terbakar, jalan-jalan yang dipenuhi dengan puing-puing, dan orang-orang yang berlarian ke arah yang tak menentu.

Ketika aku berusaha untuk bangkit, aku merasakan sesuatu yang tajam menusuk punggungku. Aku memandang ke atas dan melihat pesawat luar angkasa besar yang melayang di atasku, mengeluarkan sinar-sinar biru yang mematikan. Aku merasakan panas menusuk tubuhku saat sinar-sinar itu menghantam tanah dan menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya. Aku yakin dunia sudah hancur dan tak ada harapan lagi untuk umat manusia.

Sebagai manusia aku hanyalah butiran debu dibandingkan agungnya alam semesta, ketika aku bertanya mengapa semua takdir ini terjadi? Alam semesta hanya diam dengan segala keagungannya, memaksaku memaknai sendiri penderitaan ini.

Segalanya terasa seperti bergerak dalam waktu lambat. Aku merasakan kepanikan luar biasa dan kehilangan yang tak terlukiskan saat tersapu gelombang energi dari pesawat itu. Tubuhku terangkat dari tanah

XXX

Bab 1 Eternal Recurrence 

Seandainya ada permohonan yang dapat dikabulkan, aku hanya ingin tuhan memberikanku kesempatan untuk membalaskan dendam pada Reptilians yang menghancurkan Bumi. Mahluk yang paling aku benci sepanjang hidup. Aku sangat trauma dengan kejadian masa lalu yang seharusnya tak terulang lagi.

Aku kini menyadari segala sesuatu di dunia ini--semua pengalaman, kejadian, dan kehidupan--akan kembali dan terulang secara abadi dalam bentuk yang sama, mengalami setiap momen secara berulang terus-menerus.

Ini menguji prinsip-prinsipku dan menuntut keberanian untuk menerima dan mencintai kehidupan dalam seluruh kompleksitas dan kesulitan, mendorongku untuk menciptakan hidup yang layak diulang.

Tapi aku bersyukur bisa terlahir kembali di dunia yang indah ini dengan keberanian dan kekuatan terlepas dari semua pengalaman traumatisku di kehidupan sebelumnya. 

Setelah bereinkarnasi ke dunia Azaroth, aku sadar memiliki penglihatan yang mengungkapkan asal-usulku yang tragis. 

Meskipun orang-orang di sekitar menganggapku sebagai bayi biasa, aku memiliki keunikan yang tak terlihat dari luar: aku masih menyimpan ingatan dari kehidupan sebelumnya. Aku bisa melihat masa lalu dan masa depan. Namun aku tak bisa memilih apa yang ingin kulihat atau tidak. Kepalaku sakit. Penglihatan itu muncul begitu saja tanpa diundang.

Sejak kecil, aku menunjukkan ciri-ciri luar biasa. Meskipun tubuhku kecil dan rentan, pikiranku berfungsi jauh lebih matang daripada seorang bayi biasa. Aku menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang dunia di sekitarku karena aku memang sebenarnya sudah dewasa kan? Dan kadang-kadang, orang dewasa di sekitarku terkejut dengan kebijaksanaanku yang tampaknya melebihi usiaku.

Ayahku di kehidupan ini memperhatikan tanda-tanda ini dengan penuh harapan. Ia menyadari keunikanku bukanlah hal biasa dan mungkin merupakan tanda dari takdir lebih besar yang menantiku di masa depan.

Meskipun belum mampu berbicara atau melakukan sihir dengan kuat pada usia ini, aku mengembangkan ketertarikan yang luar biasa pada benda-benda di sekitarku. Aku tertarik pada detail-detail kecil yang sering kali terlewatkan oleh orang lain.

Aku bereinkarnasi menjadi anak di luar nikah dari seorang menteri sihir terkemuka di Kerajaan Azaroth of Dawn. Ayahku, seorang tokoh berpengaruh dalam kerajaan, memutuskan untuk mengurungku di sebuah menara di istana sebagai tindakan perlindungan. 

Ayahku melakukannya untuk menjauhkanku dari istri sahnya yang sangat marah dan kecewa setelah mengetahui perselingkuhan suaminya. Ayahku berhubungan dengan ibu kandungku seorang penari istana karena tak kunjung memiliki anak dengan istri sahnya setelah 10 tahun menikah.

Istri sah ayahku, seorang bangsawan yang kuat dan ambisius, memiliki rencana untuk membunuhku sejak aku masih bayi. Namun karena konflik dengan ayahku memuncak, wanita itu hilang akal dan bunuh diri dan meminum racun setelah tepergok membunuh ibu kandungku. Lantaran malu dengan skandal itu, ayahku mengurungku di menara ini.

Di dalam menara, aku tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan berbakat. Meskipun terkurung dan memiliki energi sihir yang lemah, aku belajar sihir dan seni perang dari ayahku yang selalu mengunjungi aku secara rahasia. 

Setidaknya aku yakin negeri ini damai tak seperti bumi di kehidupanku yang sebelumnya di mana manusia harus berperang secara mendadak melawan alien. Belum lagi perang dan kerusakan yang disebabkan manusia itu sendiri.

Setelah skandal yang melibatkan istri sahnya mulai mereda, ayahku mengajakku untuk tinggal di desa. Desa ini dikenal dengan nama Luminara Elfheim, tempat di mana setiap penduduknya memiliki kemampuan ajaib yang unik. Aku, yang sangat penasaran, dengan cepat bergabung dengan komunitas setempat dan mulai belajar berbagai keterampilan sihir dan bertualang.

Di tengah hutan yang diselimuti kabut pagi, aku berdiri terpesona, memandang sosok yang baru saja muncul dari antara pepohonan. Ada dua ras utama di Kerajaan Azaroth, kaum manusia penyihir dan elf, yang hidup berdampingan. Aku berkenalan dengan Elara Herabell, seorang gadis elf penyihir terkuat di Kerajaan Azaroth yang menjadi teman dekatku dan mengajariku berbagai sihir dasar. 

Elara adalah seorang ksatria terkuat Kerajaan Azaroth sekaligus penyihir terkuat di dunia. Ia adalah seorang pemanah legendaris, hidup bersama suku pemanah yang tinggal di hutan Luminara. Elara yang paling berbakat di antara mereka.

Elara tampak seperti gambaran dari mitos yang hidup. Wajahnya adalah karya seni yang sempurna; tulang pipinya tinggi dan anggun, memberikan kesan kehalusan yang membuatku hampir lupa bernapas. Kulitnya, seputih embun pagi, berkilau bening lembut dalam sinar matahari yang menembus celah-celah dedaunan.

Rambutnya panjang dan berkilau warna perak yang nyaris transparan, jatuh seperti tirai sutra ke punggungnya. Ia seolah terbuat dari cahaya rembulan. Setiap gerakan rambutnya mengalun lembut seperti riak air di danau yang tenang. Matanya, besar dan pupilnya berwarba hijau zamrud, memancarkan kedalaman yang seolah menyimpan seluruh rahasia hutan. Tatapannya yang lembut dan penuh pengetahuan membuatku merasa seolah sedang diperhatikan oleh makhluk yang telah melihat ribuan tahun sejarah.

Busana Elara adalah gaun tipis berwarna hijau lumut, seolah terbuat dari daun dan bunga yang saling berkelindan. Gaun itu mengikuti setiap lekuk tubuhnya dengan keanggunan yang tak tertandingi, bergerak lembut seiring langkahnya. Kaki telanjangnya, yang hampir tidak menyentuh tanah, melangkah dengan keleluasaan yang membuatku merasa seperti berada di dunia yang sama sekali berbeda.

Saat Elara melangkah mendekat, aku bisa merasakan kehadirannya yang menyegarkan, seolah udara di sekelilingnya terisi dengan aroma bunga liar harum dan tanah basah. Setiap gerakannya memancarkan sebuah keanggunan yang menenangkan, dan aku tak bisa menahan rasa kagum yang mendalam. Elara adalah lambang keindahan yang seolah melampaui batas-batas dunia ini, dan aku, dalam keheningan hutan, merasakan kehadirannya sebagai anugerah yang langka dan tak tergantikan.

Meski sudah berusia ratusan tahun dan berasal dari Desa Luminara Elfheim, Elara sangat menyukai manusia terutama anak anak sepertiku. Memang aneh rasanya, ia awalnya memperlakukanku seperti anak taman kanak-kanak dan mengajariku memanah, namun ketika aku tumbuh dewasa ia tetap muda, ia mulai memperlakukanku seperti teman sebaya. 

Suatu hari saat aku memberikannya sebuah bunga dan memberanikan diri mengungkapkan rasa cintaku padanya dengan polos. Anehnya, ia langsung menerimaku sebagai kekasih!

Bagaikan sebuah keajaiban, saat ia menerima cintaku semua pengalaman traumatis yang kuhadapi di kehidupanku sebelumnya, maupun kenangan masa kecilku yang tragis di Azaroth tiba-tiba lenyap, bagaikan sihir yang mematahkan kutukan. Aku pun mengenakan sebuah mahkota bunga ke atas kepala Elara dan menikmati hari indah bersamanya.

Elara adalah satu-satunya orang yang paling aku percayai. Aku hanya menceritakan semua kisah yang aku alami di kehidupan sebelumnya pada Elara. Aku juga mengungkapkan kerinduan pada rumahku di bumi dan juga kedua orang tua serta teman temanku. Elara dengan mata yang berkilauan seperti bintang dan rambut panjang berwarna perak, duduk di sampingku dengan sikap tenang penuh perhatian. 

“Kadang, aku juga berpikir tentang rumah,” kata Elara tiba-tiba, suaranya lembut seperti semilir angin sore. “Dan aku ingat sesuatu yang penting.”

Aku menoleh padanya, tertarik dengan perubahan nada dalam suaranya. “Apa itu?”

Elara tersenyum lembut. “Rumah bukanlah tentang tempat fisik. Itu bukan tentang dinding dan atap atau tempat tidur yang nyaman.”

Aku memandangnya, bingung. “Lalu apa itu, kalau bukan itu?”

“Rumah adalah tempat di mana ada orang-orang yang kita sayangi,” jawab Elara, matanya bersinar dengan keyakinan. “Ketika kita bersama mereka, kita merasa diterima dan dicintai. Itu adalah tempat di mana hati kita merasa damai dan hangat.”

Aku merenungkan kata-katanya, memikirkan tentang keluarga dan teman-teman yang selama ini aku anggap rumahku. Aku merasa hatiku dipenuhi dengan rasa syukur dan cinta yang mendalam.

“Jadi, meskipun kita jauh dari tempat yang kita anggap rumah, selama kita bersama, kita selalu punya tempat untuk pulang?” tanyaku, mencoba memahami sepenuhnya.

Elara mengangguk. “Tepat sekali. Rumah adalah kehadiran dan perasaan yang kita bagi dengan orang-orang yang kita cintai. Ketika kita bersama mereka, kita tidak pernah benar-benar jauh dari rumah.”

Kata-kata Elara meresap dalam-dalam. Aku merasakan kehangatan yang membuatku percaya, di mana pun kita berada, selama kita bersama, rumah akan selalu ada di hati kita.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di Azaroth, aku merasakan kebahagiaan yang belum pernah aku alami sebelumnya. Kerajaan Azaroth layaknya suasana desa pertanian dengan gaya bangunan Eropa abad pertengahan yang indah dan tentram, disertai pemandangan alamnya yang memukau, hutan yang bercahaya dengan bunga-bunga ajaib, sungai yang mengalir dengan air kristal, dan pegunungan yang menjulang tinggi dengan salju abadi. 

Aku menemukan diriku di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh makhluk-makhluk fantastis dan ramah. 

Bersama Elara, aku menjelajahi berbagai lokasi menakjubkan di Azaroth, seperti gua-gua berkilauan dan padang rumput yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk fantastis. Elara adalah gadis yang sangat kuat, ceria, penyayang, dan pemberani. Aku hampir tak pernah melihat wajahnya tanpa senyuman tulus. Elara memiliki semangat tinggi. Ia menghabiskan waktu dengan berlatih sihir dan memanah setiap hari. Ia berusaha melindungi desanya dari berbagai ancaman monster.

Aku juga menjadi bagian dari kelompok petualang yang sering melawan monster jahat yang mengancam desa. Meskipun awalnya canggung, aku cepat belajar dan menjadi salah satu petualang terbaik di Luminara. Melalui petualangan-petualangan, aku membantu banyak orang dan mendapatkan banyak teman. Keberanian dan kebaikan hati Elara membuatnya dicintai oleh semua orang di desa, dan tentu saja termasuk diriku.

Hari-hariku di Azaroth dipenuhi dengan kegembiraan. Aku bisa melakukan hal-hal yang tidak pernah aku bayangkan di kehidupan sebelumnya--mengendalikan sihir, berlari di padang rumput dengan kecepatan kilat, dan menjelajahi tempat-tempat yang penuh dengan misteri. Aku merasa seperti telah menemukan tempat yang benar-benar cocok untukku.

Di malam hari, ketika bintang-bintang bersinar terang di langit yang tidak pernah gelap, aku sering duduk di puncak bukit dengan Elara dan petualang lainnya, merenung tentang betapa beruntungnya aku. Dalam hatiku, aku merasa bahwa meskipun  telah meninggalkan dunia lamaku, di Azaroth aku telah menemukan rumah sejati, tempat di mana kebahagiaan dan petualangan tak pernah berakhir.

Aku ingat ketika pertama kali masuk akademi sihir saat masih berusia enam tahun atau sama persis seperti anak anak di Bumi yang memulai sekolah dasar di usia sekitar enam tahun. 

Dalam ruang kelas sihir yang megah di Akademi Azaroth, para siswa sedang berlatih dengan penuh semangat.

Aku dengan wajah yang letih dan tampak frustrasi, berdiri di sudut ruangan. Setiap siswa lain dengan mudah menghasilkan bola energi dan ilusi yang memukau, sementara aku berjuang untuk menghasilkan efek sihir yang sederhana.

Instruktur sihir, seorang penyihir tua dengan jubah biru, mengamatiku dengan tatapan penuh kesabaran. “Tesla, sekali lagi. Cobalah untuk mengumpulkan energi sihirmu dan bentuklah bola api,” perintah sang instruktur dengan suara lembut namun tegas.

Aku mengangguk dan mencoba sekali lagi. Aku mengumpulkan energi di tangan, tetapi hasilnya hanya berupa kilasan cahaya kecil yang hampir tidak terlihat. Suhu udara di sekelilingku tidak meningkat, dan energi yang kuhasilkan tampak tidak berarti.

“Aku tidak bisa melakukan ini,” ucapku pada instruktur sihir yang hanya mematung dengan tatapan sinis. Suaraku penuh keputusasaan. “Energi sihirku terlalu lemah. Aku tidak bisa membuat apapun dari itu.”

Beberapa siswa menatapku dengan mencibir, kasihan atau sekadar acuh tak acuh, membuatku merasa semakin tertekan. Dengan kepala tertunduk, aku duduk di sudut ruangan, merasakan ketidakberdayaan yang mendalam. “Aku telah mencoba segalanya, tapi tetap saja gagal...”

Kegagalanku di kelas sihir adalah kegagalan pertamaku. Aku merasa malu saat semua anak mengejekku karena tak mampu mengeluarkan energi sihir apapun. Aku merasa putus asa. 

Padahal sebelum terlahir kembali sebagai Tesla Brajasenawarman, dulu di dunia sebelumnya orang-orang selalu memanggilku Reza Pamungkas, siswa jenius Kelas 5 SD peraih lebih dari 100 medali olimpiade matematika dan sains internasional, kebanggaan Indonesia.

Aku memegang Rekor Dunia MURI atas prestasi di bidang Matematika dan Sains Internasional. Aku seakan ditakdirkan terlahir sebagai orang jenius, tapi kenapa aku malah tak memiliki bakat apapun di dunia ini?

Di sebuah sudut jalan di Jakarta pada tahun 2030, aku seorang anak pra-remaja yang saat itu berusia 10 tahun, melintas di trotoar dengan langkah yang penuh percaya diri. Tubuhku ramping dan tegap. Aku mengenakan kaos biru yang pas dengan celana jeans gelap, tampil santai namun tetap stylish. 

Rambutku yang hitam legam tertata dengan gaya yang sedikit berombak, menambah kesan cerdas dan modis. Namun, yang paling mencolok dari penampilanku adalah sepasang kacamata bundar yang membuat mataku yang tajam semakin bersinar. Kacamata itu, selain fungsinya, menambah aura intelektual dan karisma yang sangat menonjol.

Saat aku berjalan, beberapa orang di sekitarku mulai berkomentar penuh semangat. 

"Perhatikan anak itu," kata seorang pria paruh baya kepada temannya. "Dia baru berusia 14 tahun, tapi dia tampak seperti seorang jenius dan dewasa."

"Benar," jawab wanita di sampingnya. "Dia juga sangat tampan. Fitur wajahnya sangat khas, mata yang cerdas, rahang yang tegas, dan senyum yang memikat. Ada sesuatu yang istimewa tentang cara dia membawa dirinya."

Seorang remaja yang melintas bersama temannya juga ikut berkomentar, "Aku pernah mendengar tentang dia. Katanya, dia bisa menyelesaikan soal matematika tingkat lanjut dan selalu menjadi yang terdepan dalam diskusi akademis. Meskipun dia masih muda, ada sesuatu yang sangat mengesankan tentang dirinya."

"Rambutnya tertata dengan sangat baik, dan wajahnya, lihatlah, dengan fitur yang halus dan ekspresi yang penuh percaya diri, sepertinya dia adalah anak yang sangat cerdas," timpal teman di samping remaja itu.

Aku tidak memedulikan percakapan mereka. Aku terus melangkah dengan tenang, seolah-olah dunia di sekelilingku hanyalah latar belakang untuk petualangan yang lebih besar yang sedang menungguku. Keberadaanku yang dipenuhi dengan aura misterius dan karisma, membuat banyak orang yang melihatku merasa aku adalah remaja istimewa dengan potensi yang luar biasa.

Lahir di Yogyakarta pada tahun 2020 sebagai anak tunggal sebelum pindah ke Jakarta saat aku 10 tahun, aku menunjukkan bakat luar biasa dan berprestasi di berbagai bidang akademik sejak usia dini. Ketertarikan dan bakatku dalam sains membuatku dikenal sebagai salah satu siswa terbaik di sekolah. 

Aku sering mengikuti olimpiade sains tingkat nasional maupun internasional, meraih berbagai medali emas dan perak. Kemampuan analitis dan pemecahan masalah membuatku menonjol di kalangan teman-teman sebaya. 

Aku menghabiskan banyak waktu di laboratorium sekolah, mengerjakan eksperimen dan proyek-proyek sains yang sering kali membawaku ke posisi puncak dalam kompetisi-kompetisi bergengsi.

Keterampilanku dalam sains tidak hanya terbatas pada teori, tetapi juga pada praktik. Aku terlibat dalam berbagai penelitian ilmiah dan seringkali mendapatkan pujian dari para guru dan mentor. Prestasiku memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan ilmuwan dan peneliti di berbagai seminar dan workshop.

Di luar akademik, aku juga memiliki semangat yang tinggi dalam aktivitas ekstrakurikuler. Aku aktif dalam klub sains di sekolah, sering kali menjadi pembicara dalam presentasi dan memimpin tim dalam proyek-proyek ilmiah. Keuletan dan dedikasi membuatku menjadi inspirasi bagi teman-teman sebaya.

Di kehidupan sebelumnya, aku selalu menggunakan waktu istirahat atau hari liburku untuk belajar matematika dan sains. Bukan hanya untuk masuk ke universitas terbaik tapi aku merasa matematika membuat hidupku lebih menarik, karena itu bukan sesuatu yang bisa dilalui dengan sembarangan dan rasa pencapaian setelah berhasil menyelesaikannya membuatku puas. 

Namun, rumus sihir di dunia ini ternyata memang lebih sulit daripada matematika, mungkin karena menggunakan aksara kuno yang sudah tak dipakai lagi. Ingatanku tentang matematika di kehidupanku sebelumny  mungkin bisa menguraikan sihir untuk meminimalkan waktu penyebutan mantra dan menciptakan rumus sihir yang telah disederhanakan tanpa mengurangi efek kekuatan sihirnya.

Saat aku menunduk, sebuah pemikiran tiba-tiba muncul dalam benakku. Aku harus membawa pendekatan analitis dan strategis dalam menghadapi tantangan baru setelah bereinkarnasi. Aku memiliki energi sihir yang sangat lemah dibandingkan anak-anak lain namun memiliki kemampuan kontrol energi sihir yang baik. 

Bayangan rumus (E = mc^2) dari pelajaran tentang fusi nuklir di Bumi melintas di pikiranku. Aku berasal dari Bumi, tentu aku punya ide memanfaatkan prinsip fusi nuklir untuk memperkuat kekuatan sihirku. Dengan menggunakan sihir aku mungkin mengkonversi massa objek seperti batu untuk diubah menjadi energi ledakan.

Aku tiba-tiba teringat bagaimana prinsip konversi massa menjadi energi ini bisa sangat berguna. “Kenapa tidak mencoba prinsip itu untuk sihir?” gumamku. “Mungkin aku bisa menggunakan konsep itu untuk meningkatkan efisiensi energi sihirku yang lemah.”

Fusi nuklir adalah proses di mana dua inti atom bergabung untuk membentuk inti yang lebih berat, disertai dengan pelepasan energi yang sangat besar. Energi yang dilepas ini mengikuti hukum Einstein (E = mc^2), di mana (E) adalah energi, (m) adalah massa yang hilang, dan (c) adalah kecepatan cahaya, menggambarkan besarnya energi yang dihasilkan dari konversi massa ke energi.

Ini adalah proses sama yang terjadi di dalam matahari dan bintang-bintang lain, di mana suhu dan tekanan ekstrem menyebabkan inti hidrogen bergabung membentuk helium, melepaskan energi dalam bentuk cahaya dan panas. Dalam sihir, aku mungkin bisa mengumpulkan massa material, seperti batu atau logam sebagai "bahan bakar" yang akan kuubah menjadi energi untuk proses fusi.

Dengan semangat baru, aku berdiri dan kembali ke meja latihan. Aku mengatur beberapa batu kecil di hadapanku, memikirkan rumus yang dulu kupelajari: mengubah massa menjadi energi dan sebaliknya. Aku bergegas membuat lingkaran sihir dan merapalkan mantra untuk mengaktifkan konversi energi.  

Aku menggambar lingkaran sihir di sekitar batu-batu tersebut, menyiapkan formula sihir yang didasarkan pada konsep konversi massa, membuat lingkaran sihir dan merapalkan mantra untuk mengaktifkan konversi energi. Lingkaran sihir ini berfungsi sebagai alat untuk mengontrol dan memfasilitasi proses konversi massa menjadi energi.

"Berapa besar energi yang dihasilkan dari batu ini?" gumamku. "Massa batu ini sekitar satu kilogram. Kecepatan cahaya adalah 3 x 10^8 meter per detik. Energi yang dihasilkan harus sekitar 9 x 10^16 Joule."

Dengan menggunakan kendali sihir yang tepat, aku dapat menciptakan kondisi yang diperlukan untuk fusi. Ini mungkin melibatkan peningkatan tekanan dan suhu secara magis di dalam lingkaran sihir untuk mendekatkan inti massa agar terjadi penggabungan.

“Aku harus bisa melakukan ini,” bisikku pada diriku sendiri. “Aku akan menggunakan energi dari massa batu ini sebagai dasar sihirku.” 

Aku mulai merapalkan mantra. Energi sihirku terfokus pada batu-batu itu. Aku menciptakan medan magis yang menyusun kembali massa batu menjadi bentuk energi yang lebih efisien. Setiap gerakan dan kata-kata mantra aku pertimbangkan dengan hati-hati. Aku berusaha keras untuk menyesuaikan energi agar sesuai dengan prinsip (E = mc^2).

Setelah beberapa saat, lingkaran sihir mulai bersinar dengan intensitas yang baru. Energi mulai terkumpul di tengah-tengahnya, dan bola api kecil mulai terbentuk di tanganku. Cahayanya cerah dan panas, jauh lebih kuat daripada sebelumnya.

Setelah inti-inti atom bergabung, energi yang dihasilkan dari proses fusi--dalam konteks sihir adalah energi magis--akan dikumpulkan dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti ledakan kuat, peningkatan kekuatan, atau pembuatan artefak magis.

Aku tidak bisa menyembunyikan senyum puas di wajahku. “Ini berhasil! Dengan menggunakan konversi massa, aku bisa menghasilkan energi sihir yang lebih kuat!”

Instruktur dan teman-teman sekelasku menatap dengan kekaguman. Sang instruktur tersenyum. “Bagus sekali, Tesla. Kamu telah menemukan cara untuk memanfaatkan potensi energi sihirmu dengan lebih efektif. Teruslah berlatih dengan metode ini.”

Aku merasa lega dan penuh harapan. Aku sadar meski menghadapi banyak kegagalan, pengetahuan dan kreativitas--termasuk pelajaran dari masa laluuku--memberi kekuatan untuk mengatasi tantangan. Aku terkejut rumus relativitas khusus Einstein bisa bekerja di dunia sihir ini.  Aku rasa ini harus tetap menjadi rahasia. Aku yang hanya penyihir payah bisa tak terkalahkan dengan pengetahuan sederhana ini...

Meskipun aku harus mengontrol energi yang dihasilkan untuk mencegah ledakan yang tidak diinginkan dan untuk memanfaatkan energi dengan efisien sesuai kebutuhan, biar bagaimanapun energi nuklir sangat berbahaya. Berbekal pengetahuan ini dan ilmu sihir, aku bisa menjadi sosok malaikat kematian penghancur dunia.


---

Bab 2

Usiaku kini sudah 10 tahun di dunia Azaroth, usia yang sama ketika aku dulu tewas akibat serangan bangsa Reptilians di Bumi, aku selalu berdoa supaya tak mengalami nasib yang sama dengan kehidupanku sebelumnya karena aku bahagia disini.

Aku sudah lulus dari akademi sihir sebagai lulusan terbaik meskipun memiliki sihir yang lemah.  Energi sihirku yang lemah mampu menciptakan reaksi fusi secara instan tanpa alat apapun. Namun, dengan pengetahuanku yang luas tentang sains aku bisa membuat sains menjadi sangat keren seolah olah itu adalah sihir. Aku kini bekerja sebagai penyihir dan pandai besi di istana, 

Usiaku yang masih muda tidak menghentikanku  mencoba berbagai eksperimen dengan sihir. Berbeda dengan anak-anak lain yang memiliki kekuatan sihir melimpah, aku merasa kemampuanku sangat lemah. Namun, aku memiliki keterampilan kontrol energi sihir yang sangat baik—kekuatan yang  kugunakan untuk berpikir di luar kebiasaan.

Aku memulai pelatihan intensif untuk memanfaatkan penemuan baruku, siap menghadapi tantangan yang akan datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari sebelumnya.

Aku menciptakan banyak teknologi baru sebagai senjata dengan menggunakan ilmu sihir dan sains. Sekarang aku memiliki kekuatan yang tak dimiliki penyihir lain, mengubah massa menjadi energi yang besar berkali kali lipat. Aku melatih kekuatan sihir ini selama bertahun-tahun sejak hari pertama aku masuk ke akademi sihir di Kerajaan Azaroth.

Aku mulai memperhatikan perilaku dan pola pikir para pejabat dan bangsawan di Azaroth dengan lebih cermat. Setelah pengalaman pahitku yang mengerikan dengan Ras Reptilian di dunia sebelumnya, aku memiliki prasangka buruk dan agak paranoid, meskipun terasa mustahil dan berlebihan, tapi aku tidak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa alien tersebut juga mungkin telah menyusup ke dalam kehidupan politik dan sosial Azaroth.

Sejak beberapa tahun lalu warna rambut bangsawan Azaroth berubah menjadi kemerahan entah hanya tren tapi sangat mirip dengan pejabat bumi di zaman dulu yang ternyata adalah Reptilians.  Pupil mata mereka bisa berubah menjadi warna hijau Hazel yang tidak normal padahal sebelumnya mereka tampil di publik dengan mata biru atau coklat.

Ketika tersenyum gigi bawah mereka terlihat, memiliki kemampuan melihat dan mendengar yang tajam, Dari informasi yang kudapat dari tabib  kerajaan tekanan darah mereka rendah, memiliki bekas luka aneh yang tak bisa dijelaskan dan yang paling mencurigakan ada seorang pelukis yang berhasil menangkap basah salah satu dari mereka sedang memakan lalat dan lidah mereka dapat memanjang layaknya katak.

Belakangan ini, aku juga mendengar desas-desus aneh tentang Pangeran Galen, sepupu Pangeran Peter Azaroth, yang merupakan putra mahkota kerajaan ini.

Saat melakukan kunjungan ke desa Luminara Elfheim, Pangeran Galen awalnya tampak baik-baik saja. Namun, tiba-tiba wajahnya tampak meleleh, dan pengawal istana segera menutupi wajahnya dari pandangan penduduk desa. Mereka mengelap wajahnya yang penuh keringat dan Pangeran Galen mengerang kesakitan. 

Pengawalnya segera meminta penduduk untuk tidak melihat atau melukis Pangeran Galen. Beberapa anak kecil yang iseng mengintip melaporkan bahwa seluruh mata Pangeran Galen berubah menjadi hitam, tubuhnya membesar, dan bersisik seperti kadal. Keadaan menjadi kacau, banyak anak-anak menangis dan berlarian setelah melihat penampakan yang mengerikan itu.

Meskipun orang dewasa tidak mempercayai cerita anak-anak, menganggapnya hanya sebagai khayalan.

Berbeda dengan penduduk Azaroth yang kebanyakan konservatif dan fundamentalis, hanya mempercayai keberadaan ilmu sihir kebanyakan bangsawan di Azaroth mulai menunjukkan ketertarikan dengan sains dan luar angkasa meskipun penduduk Azaroth menganggap mereka gila, aku rasa bukti bukti ini terlalu jelas jika mereka adalah bangsa Reptilians

Aku mulai mencurigai beberapa pejabat dan bangsawan yang terlalu vokal dalam  menentang perubahan atau perlindungan terhadap negara. Pola pikir mereka yang tampak terlalu logis atau terlalu dingin dalam menghadapi ancaman yang seharusnya menimbulkan kepanikan atau keprihatinan juga menimbulkan kecurigaanku.

Aku tidak boleh menceritaka kecurigaanku kepada orang lain secara langsung, karena aku tahu tanpa bukti konkrit, tuduhan semacam itu bisa merusak reputasiku sendiri. Sebaliknya, aku memilih untuk melakukan penyelidikan diam-diam. Aku menggunakan keahlianku dalam sihir untuk mengamati aura dan energi yang tidak biasa dari individu-individu tertentu.

Selama penyelidikan itu, Aku menemukan beberapa kejanggalan: misalnya, beberapa bangsawan dilaporkan kehilangan kemampuan sihir yang  harusnya sudah dimiliki semua Penduduk Azaroth sejak lahir, atau perilaku yang tidak konsisten dengan citra publik mereka. Namun, aku menyadari bahwa ini tidak cukup sebagai bukti yang meyakinkan.

Dalam pencarianku untuk bukti yang lebih kuat, aku merencanakan untuk mendapatkan akses ke informasi rahasia atau melakukan pengawasan lebih intensif terhadap individu-individu yang kucurigai. aku menyadari tindakanku ini mungkin membawa risiko besar, termasuk kemungkinan bahwa aku sendiri bisa menjadi target dari ras alien yang bersembunyi itu.

Dengan hati-hati dan tekad yang bulat, aku bertekad untuk mengungkap kebenaran dan melindungi Azaroth dari ancaman yang mengintai, bahkan jika itu berarti menghadapi musuh yang tersembunyi di antara orang-orang yang seharusnya aku percayai.

Dengan berani, aku menyelinap ke dalam istana kerajaan yang ditempati oleh salah satu penguasa tertinggi di Azaroth, Pangeran Galen. 

Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti kota Azaroth, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Aku merasa ada sesuatu yang mencurigakan tentang Pangeran Galen yang baru saja kembali dari perjalanan diplomatik ke Republik Frankania. 

Mataku tiba-tiba terfokus pada sebuah ruangan tersembunyi yang kutemukan di dalam istana. Di dalamnya, terdapat artefak-arteafk misterius dan buku-buku kuno yang berisi mantra kuat. Tiba-tiba, Pangeran Galen masuk ke dalam ruangan itu. Aku  bersembunyi di balik sekat tembus pandang, namun sepertinya upayaku sia sia. 

"Kau tidak seharusnya ada di sini," ucap Pangeran Galen dengan suara mengancam, sambil mengubah wujudnya menjadi sesosok makhluk berkulit bersisik dan mata merah menyala. Pangeran Galen Azaroth, kakak dari Pangeran Peter Azaroth yang dikabarkan menghilang setahun lalu dan kembali seminggu lalu pasti tubuhnya telah dicuri oleh Reptilians

"Dunia ini adalah milik kami sejak proyek portal kuantum dibuat tahun lalu. Kami membutuhkan manusia dari berbagai universe untuk makanan dan objek penelitian kami," lanjut Pangeran Galen dengan suara menggeram.

Aku  terkejut melihat kebenaran di depan mataku. Ras Reptilian telah mengambil alih posisi penting di pemerintahan dan kerajaan untuk mengontrol populasi manusia penyihir dan elf di Azaroth. Mereka mengendalikan keputusan politik dan sosial untuk kepentingan mereka sendiri, sambil memanfaatkan manusia sebagai sumber energi, sama seperti yang terjadi di bumi, mimpi buruk dan pengalaman traumatisku menjadi kenyataan .

Dengan hati-hati, Aku menyiapkan senjata besi andalanku dan mempersiapkan mantra-mantra sihir untuk mengubah ojek menjadi energi fusi. Aku harus menghadapi kekuatan gelap yang telah lama mengintai di dalam bayangan, untuk melindungi kedamaian dunia baruku ini. 

Awalnya, aku mengira akan ada pertarungan besar antara aku dan mahluk mengerikan didepanku ini, tapi ternyata dia malah membiarkanku hidup dan terlihat meremehkanku, dia mengancam akan melukai orang-orang yang kusayangi jika melawan atau menyebarkan identitas asli mereka Ras Reptilians ke masyarakat. Aku hanya mengangguk dengan gemetar aku merasa tak percaya diri bisa menang melawannya, aku lari ketakutan...

Aku segera kembali ke menara saat melihat kejadian horor yang mengguncang jiwaku, saat aku berusaha melupakan itu aku malah bermimpi ayahku sang Menteri sihir nantinya tewas akibat infiltrasi bangsa Reptilians yang membunuhnya dan mencuri identitasnya dengan mereplikasi tubuh agar dapat mengendalikan kebijakan di kerajaan. Aku yakin itu bukan sekadar mimpi tapi penglihatan masa depan dan biasanya aku tak bisa mengubah penglihatan masa depan itu.

Sebelum mereka ke Azaroth, dulu di bumi bangsa Reptilians juga menyamar menjadi manusia dan mencuri identitas berbagai pejabat dan pemimpin dunia yang mereka bunuh untuk mengendalikan politik dan kebijakan di bumi sebelum mengontrol manusia dan menguasai bumi, mereka mempelajari budaya, bahasa dan pemikiran penduduk yang ingin mereka kontrol.

Aku yakin, banyak bangsawan kerajaan Azaroth yang asli telah meninggal dan sebagian besar telah mati sama seperti yang terjadi di bumi, infiltrasi alien yang menyamar sebagai berbagai tokoh penting di bumi ketika banyak politisi hingga presiden yang sudah mati dan posisinya digantikan Ras Reptilians yang menyamar. 

Ras reptilian, mahluk superior dengan tingkat kesadaran kosmik mampu menyamar menjadi manusia dan meminum darah para bangsawan untuk mengendalikan kebijakan politik kerajaan, dengan tujuan menguasai dunia Azaroth.

Aku muak dengan keberadaan kadal, apa lagi yang ingin mereka rebut dariku? Mereka sudah mengambil hidupku yang bahagia di kehidupan  sebelumnya kenapa mereka seakan tak puas dan ingin mengusikku di kehidupan kedua. Aku mencoba berpikir positif mungkin saja ini kesempatan yang diberikan oleh tuhan untuk membalaskan dendamku pada mereka.

XXX

BAB 3

Aku duduk sendirian di tengah lapangan luas, matahari senja menerangi wajahku yang penuh semangat. Di sekelilingku, penduduk-penduduk Azaroth berkerumun dengan ekspresi campuran dari rasa heran hingga cemoohan. 

Lalu aku berdiri di hadapan sekelompok penduduk Azaroth yang berkumpul di balai kota. Aku mengenakan baju zirah yang baru dan pedang di pinggang sebagai tanda kalau aku sudah lulus akademi sihir dan menjadi salah satu lulusan terbaik. Namun, aku merasakan tekanan dari tatapan skeptis penduduk desa. Suasana ceria yang mengelilingi penduduk desa kontras dengan beban yang aku rasakan.

Aku harus menyebarkan informasi penting ke semua orang sebelum Azaroth benar-benar dikuasai oleh Ras Reptilians.

Dengan tekad yang membara dalam setiap kata, aku memulai pidato. "Teman-temanlah, yang dicari oleh Sang penyihir, bukan mayat-mayat, gembalaan-gembalaan atau penganut-penganut. Mereka yang menggoreskan nilai-nilai baru di atas tatanan baru. Aku Tesla Brajasenawarman berasal dari dunia lain, tempat yang disebut Bumi. Di sana, aku hidup sebagai manusia biasa sebelum aku bereinkarnasi ke sini," kataku dengan serius.

Berita yang aku bawa justru memicu tawa sinis. Seorang penduduk tidak dapat menahan diri, tertawa terbahak-bahak mengejek pernyataanku. "Haha! Filsuf gila! Kamu bilang kamu berasal dari dunia lain Tesla? Itu terlalu konyol untuk dipercaya!" Penduduk mencibir sambil mengejap-ngejapkan matanya.

Penduduk Azaroth mentertawakan dan mengejekku   karena percaya alien. Di dunia Azaroth yang penuh sihir, teknologi dan keberadaan mahluk ekstraterestrial seperti alien dianggap sebagai mitos.

Beberapa di antara mereka tertawa lepas, menganggap berita yang aku bawa sebagai hiburan semata. Yang lain menggelengkan kepala dengan tatapan sinis, meremehkan percakapan yang dianggap tidak masuk akal.

"Kalian harus percaya padaku!" seruku dengan penuh keyakinan. "Mereka ada di sini, di antara kita! Ras Reptilian dari planet Alpha Draconia. Mereka telah menyusup ke dalam tubuh pemimpin kita, mengendalikan segala keputusan yang dibuat di kerajaan ini  dan akan mengontrol kehidupan masyarakat di kerajaan Azaroth of Dawn. Aku mendapatkan penglihatan masa depan jika bangsa Reptilians akan tiba ke Bumi Midgardcapawipa"

Orang-orang di sekitarku terkekeh, menganggapku sebagai seorang delusional yang terlalu sering mendengar kisah dongeng. 

"Sudahlah, Tesla," kata seorang penduduk dengan santai. "Jangan terlalu banyak membaca cerita-cerita fantasi. Dunia kita dipenuhi dengan sihir dan keajaiban, tapi alien? Itu terlalu jauh."

Aku menatap mereka dengan mata berbinar. "Ini bukan fantasi. Mereka nyata! Mereka telah memanipulasi sejarah dan memperbudak umat manusia selama berabad-abad."

"Sudah cukup, Tesla," ujar seorang wanita dengan lembut. "Kita tahu kau punya imajinasi yang kaya, tapi percayalah, dunia ini jauh dari apa yang kau bayangkan."

Aku menggigit bibirku, mencoba menahan frustrasi. "Kalian harus mendengarkanku. Kita harus bersatu melawan mereka sebelum terlambat!"

Orang-orang di sekitarku menggelengkan kepala, menganggapnya sebagai panggilan keras kepala yang sia-sia.

"Kau lebih baik fokus pada pekerjaan besi dan sihirmu, Tesla," kata seorang tua dengan bijaksana. "Jangan biarkan dirimu terbawa oleh kisah-kisah yang tak masuk akal."

Dengan langkah berat, Aku bangkit memandang penduduk Azaroth yang masih bersikeras dalam ketidaktahuan mereka. "Kalian akan menyesal tidak mendengarkan peringatanku," gumamku pelan sebelum berjalan menjauh.

Saat langit senja mulai memerah, aku meninggalkan kerumunan itu dengan hati yang berat, memikul beban pengetahuan yang hanya dia pahami sendiri.

Penduduk lain ikut serta, menggelengkan kepala dengan senyum sinis. "Bagaimana mungkin kamu datang dari dunia lain? Apakah ini lelucon?" Ujar mereka sambil mengedipkan mata

Aku berusaha menenangkan diriku, meskipun hatiku terasa tertekan. "Aku serius. Di Bumi, kami hidup di zaman yang sangat berbeda. Ras Reptilian telah menghancurkan Bumi, dan aku terlahir kembali di sini dengan tujuan untuk melawan mereka," kataku dengan penuh harapan agar mereka mulai memahami.

Namun, respons mereka tidak berubah. Salah satu penduduk  berkata dengan nada mengejek, "Kau sebaiknya berhenti membuang waktu dengan cerita aneh. Jika kau benar-benar seorang ksatria, tunjukkan kemampuanmu, bukan hanya bualan tentang asal-usulmu."

Mereka tidak mengerti aku, aku bukanlah mulut ke telinga-telinga mereka. Aku merasa seperti para pengkhotbah yang diabaikan oleh umatnya ketika berbicara dengan penduduk Azaroth, padahal aku membawa berita penting yang dapat menyelamatkan mereka dari malapetaka. 

Tidak ada penggembala, dan satu gembalaan. Setiap orangnya menginginkan sesuatu yang sama, setiap orangnya setara: sesiapa yang punya pemikiran yang lain harus dengan ikhlas pergi ke rumah sakit jiwa. Tak ada tempat untuk para penakluk atau jenius. 

Rasa marah mulai membakar diriku, tetapi aku berusaha untuk tetap tenang. Menyadari bahwa kata-kataku tidak akan mengubah pandangan mereka saat itu juga, aku  menarik napas dalam-dalam dan berbalik menuju ruang latihan. aku tahu bahwa bukti nyata akan berbicara lebih keras daripada kata-kata. Dengan tekad yang semakin kuat, aku meninggalkan kerumunan yang kini mulai kembali pada aktivitas mereka, meninggalkannya dalam kesendirian yang penuh determinasi.

Di dalam dunia isekai Azaroth, ada sebuah portal kuantum yang disebut Heavents Gate tersembunyi di dalam hutan terlarang, aku menelitinya bersama beberapa penyihir yang mencoba menyembunyikan identitasnya setelah peristiwa kemunculan Pangeran Galen yang identitasnya dicuri Ras Reptilians.  Aku menggunakan pengetahuanku tentang teknologi alien dan sihir untuk mencari cara menghentikan invasi tersebut tapi portal ini sepertinya tak dapat dihancurkan dengan kekuatan sihir. 

Ras Reptilian mahluk yang tak pernah habis keserakahannya, dengan teknologi canggih mereka dari planet Alpha Draconia,  menciptakan portal ini dan menghubungkannya dengan Kapal Herodah M78. Mereka merencanakan untuk menggunakan portal tersebut sebagai gerbang untuk menaklukkan Azaroth, dunia yang kaya akan sumber daya magis dan kekuatan mistis.

Pada suatu malam gelap yang diterangi oleh bulan purnama, para ksatria dan penyihir kerajaan yang menjaga kerajaan terkejut menemukan bahwa Ras Reptilian telah berhasil membuka portal kuantum dan menuju Azaroth. Pasukan alien berwujud manusia kadal dengan teknologi maju segera menyerbu Azaroth dan melakukan infiltrasi.

Portal ini tidak diketahui oleh sebagian besar penduduk, kecuali oleh beberapa ahli sihir tertentu yang telah meneliti artefak kuno. Baru baru ini aku juga meneliti Heavents Gate namun aku gagal menemukan Cara untuk menghancurkannya agar Ras Reptilians tak lagi memiliki akses ke dunia ini.

Hanya sebagian kecil penyihir yang mengetahui Heavents Gate karena istana kerajaan Azaroth sudah diinfiltrasi oleh Ras Reptilians yang menyamar sebagai bangsawan Azaroth. Kebanyakan penyihir itu bungkam karena Ras Reptilians mengancam akan menyakiti keluarga mereka jika para penyihir itu membocorkan keberadaan mereka ke rakyat Azaroth.

Di suatu sudut terpencil dari Azaroth, terdapat sebuah laboratorium tersembunyi yang dikelola oleh Ras Reptilian. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan teknologi canggih dan layar holografik yang memantulkan gambar-gambar dari sel-sel penahanan yang berisi berbagai ras fantasi dan makhluk mitologi.

Di dalam sel-sel tersebut, terlihat berbagai makhluk yang berbeda-beda: seorang peri kecil dengan sayap transparan yang bersinar, seekor naga berkepala tujuh yang tertidur dalam belitan api biru yang melingkupinya, seorang elf dengan kulit berkilauan dan mata tajam yang memancarkan aura kebijaksanaan, dan banyak lagi makhluk ajaib lainnya dari seluruh penjuru Azaroth.

Para Reptilian, mengenakan jubah teknologi tinggi yang memantulkan cahaya ungu, sedang sibuk melakukan observasi dan eksperimen terhadap makhluk-makhluk ini. Mereka menggunakan peralatan medis canggih untuk mengukur energi magis, mengamati perilaku, dan memetakan struktur biologis makhluk-makhluk ini.

Di sudut ruangan, terdapat layar besar yang menunjukkan bagaimana mereka melakukan pengujian dan manipulasi terhadap energi magis makhluk-makhluk tersebut, mencoba memahami dan mengekstraksi kekuatan alamiah yang dimiliki oleh ras-ras fantasi dan makhluk mitologi Azaroth.

Suasana di laboratorium tersebut terasa tegang dan gelap, dengan cahaya ungu yang terpantul dari peralatan teknologi Reptilian yang menciptakan kontras dengan warna-warna alami dan kehidupan yang ada di dalam sel-sel penahanan. Makhluk-makhluk ini, yang sebelumnya hidup bebas di dunia mereka sendiri, sekarang menjadi subyek riset dan eksperimen di tangan para penjajah alien yang tak terlihat.

Tingkat penderitaan dan ketidaknyamanan para tawanan itu dapat terlihat jelas dalam tatapan mereka yang kesakitan dan cara mereka bergerak yang terbatas di dalam sel-sel itu. Mereka, yang dulunya dihormati dan dihormati sebagai penjaga alam dan penjaga Azaroth, sekarang dipaksa untuk berada di bawah kendali dan penelitian invasif Ras Reptilian.

Aku merasakan panggilan untuk melawan invasi ini. Dengan memadukan keahlian sihir dan kecakapan pandai besi, aku memimpin pertahanan rahasia bersama ksatria-ksatria kerajaan dan penyihir-penyihir terkemuka. Namun sayangnya, semua penduduk menggangapku gila dan tak percaya dengan keberadaan Ras Reptilians.

XXX

Bekas putra mahkota Peter Azaroth kini terjerat dalam pelarian setelah terlibat dalam peristiwa yang memicu invasi Ras Reptilians. Dalam upayanya untuk mengusir ras alien ini dari Azaroth, Peter melancarkan sayembara yang menarik perhatian penyihir dan pahlawan dari seluruh kerajaan.

"Siapa pun yang mampu mengalahkan Ras Reptilians dan meraih kemenangan dalam pertempuran ini," seru Peter dengan suara penuh tekad, "akan diberikan gelar ksatria agung dan hak untuk menikahi adik perempuanku, Putri Wendy Azaroth."

Mendengar tawaran ini, para pahlawan dari latar belakang yang beragam berbondong-bondong datang, masing-masing siap menghadapi ancaman yang mengguncang dunia mereka.

Di tengah persaingan sengit ini, Peter Azaroth sendiri bergelut dengan rasa bersalahnya, berusaha keras menebus kesalahan dan mengembalikan kepercayaan serta kedudukannya di kerajaan. Sementara itu, persatuan dan keberanian para pahlawan dan penyihir diuji saat mereka berhadapan dengan kekuatan misterius dan manipulatif dari Ras Reptilians.

Sayembara ini bukan hanya ujian keberanian dan loyalitas, tetapi juga titik balik dalam kisah yang menentukan nasib Azaroth dan seluruh dunia isekai tempat mereka hidup.

Dulu, Peter Azaroth dan adiknya, Wendy Azaroth adalah seorang anak yang nakal, malas, dan manja. Sebagai putra mahkota yang akan mewarisi tahta Azaroth of Dawn dari ayahnya, ia sering kali mengabaikan tanggung jawabnya. Namun, segalanya berubah dengan cepat ketika ayahnya tewas secara tragis oleh tangan Hook dan Smee, orang-orang kepercayaan ayahnya sendiri. Mereka telah berkhianat, bergabung dengan Ras Reptilians yang ingin menginvasi Azaroth.

Setelah kematian ayahnya, Peter Azaroth  menjadi buronan di tanah Azaroth yang dulu ia anggap sebagai rumahnya sendiri. Dia harus melarikan diri dari pengejaran yang tak henti-hentinya oleh pasukan Hook dan Smee yang sekarang bersekutu dengan Ras Reptilians. Peter merasa tertekan dan terasing, tidak hanya karena kehilangan ayahnya, tetapi juga karena kepercayaan yang telah dia curahkan kepada orang-orang yang ternyata tidak setia.

Setelah James dan Smee membunuh raja dan ratu, berkhianat ke ras Reptilians, Ras Reptilians mencuri identitas raja dan ratu yang asli mereka juga menciptakan kloning pangeran Peter Azaroth. Mereka lalu menyebarkan berita jika Pangeran Peter Azaroth yang asli adalah penipu yang harus dihukum mati, begitupun penduduk desa yang melindungi Pangeran Peter dari Ras Reptilians.

Entah penduduk Azaroth memang bodoh atau hanya sangat polos mereka percaya begitu saja dengan propaganda yang dikoarkan oleh Ras Reptilians meskipun mereka orang asing yang mempelajari budaya dan cara berpikir penduduk asli yang akan mereka taklukan, Pangeran Peter Azaroth yang asli, yang saat itu mengadakan sayembara untuk membebaskan kerajaan Azaroth dari Kudeta yang dilakukan oleh James dan Smee kini diburu oleh penduduk Azaroth sendiri yang terlalu terbuka dan percaya dengan orang asing hanya karena memberikan mereka berbagai fasilitas.

Ras Reptilians adalah mahluk yang paling munafik di alam semesta. Setelah keberadaan ras reptilian terbukti nyata saat mereka berusaha mengejar pangeran Peter dan putri Wendy dengan Pesawat Herodah M78, mereka tiba tiba langsung menunjukkan diri di depan masyarakat agar tak menunjukkan kecurigaan jika para bangsawan Azaroth sudah diinfiltrasi, mereka mengklaim akan membantu Bumi Midgardcapawipa khususnya kerajaan Azaroth mengejar ketertinggalan teknologi dibandingkan mereka, karena orang orang di Azaroth sangatlah ramah dan baik hati mereka yang merupakan orang asing bisa mendapatkan tempat di hati penduduk Azaroth. 

Mereka membantu Azaroth mengembangkan ilmu kedokteran, membuat taman bermain, kolam air panas hingga menara luar angkasa. 

Aku memutuskan untuk mengikuti sayembara bukan semata untuk mendapatkan gelar ksatria agung atau bahkan untuk menikahi Putri Wendy.Karena aku sudah mencintai Elara gadis Elf yang merupakan cinta pertamaku.

Motivasi utamaku adalah untuk membalaskan dendam atas kehancuran yang kualami bersama keluargaku di kehidupan sebelumnya, yang disebabkan oleh invasi Ras Reptilian.

Bersama dengan Pangeran Peter Azaroth dan Putri Wendy Azaroth Kami akan memulai petualangan berbahaya. Mereka tidak hanya berusaha untuk melarikan diri dari kejaran Ras Reptilian yang telah menginvasi Azaroth, tetapi juga mengumpulkan kekuatan dan sekutu untuk menghadapi ancaman tersebut.

XXX

Di dalam ruang kontrol, sekelompok Reptilians dengan tubuh bersisik dan mata kuning yang tajam sedang sibuk memantau layar-layar holografis yang menampilkan planet di depan mereka. Salah satu dari mereka, Kapten Zarkon, seorang reptilian bertubuh besar yang penuh radiasi, dengan mantel yang memancarkan aura kekuasaan, mengeluarkan perintah dengan suara yang menggelegar.

"Siapkan gas mutasi," ujarnya kepada bawahannya yang lain. "Kita akan melumpuhkan pertahanan mereka sebelum invasi utama."

Bawahannya segera mengetik beberapa perintah di konsol kontrol, mengarahkan mesin-mesin di dalam kapal untuk mempersiapkan muatan gas mutasi yang sangat kuat. Di luar, sebarisan tabung-tubung besar berisi cairan biru muda terhubung dengan sistem pelepasan kapal

Sementara itu, di permukaan planet yang damai, seorang penjaga malam yang bertugas menjaga kuda Pegasus di padang rumput terbuka merasakan ada yang tidak beres. Dia menggigit bibirnya, menatap langit yang gelap dengan waspada. Tiba-tiba, cahaya biru menyilaukan memenuhi langit saat gas mutasi ditembakkan dari kapal Reptilians di atas.

"Kuda Pegasus!" seru penjaga dengan terkejut. Dia melihat makhluk indah berbadan kuda dengan sayap besar yang menjulang di atasnya, mendekati kuda Pegasus yang berwarna putih bersih dan berkilauan.

Kuda Pegasus meringkik takut, terbangun oleh kehadiran gas aneh yang menyelimuti padang rumput di sekelilingnya. Perlahan-lahan, energi biru dari gas itu mulai menyebar dan meresap ke dalam tubuh Pegasus, menyebabkan sayapnya yang indah berkedip-kedip.

Penasaran dengan apa yang terjadi, penjaga berlari mendekati kuda Pegasus, tetapi terlambat. Seketika, tubuh Pegasus mulai berubah dan bergetar. Saya dilihat tanduk hijau telah tumbuh di kepalanya, serta ekor panjang bersisik di bagian belakang tubuhnya.

Panas membakar kulitku saat ledakan besar mengguncang tanah di sekeliling kami. Rasa sakit dan terkejut merasuk ke dalam setiap serabut sarafku, tapi aku tak punya waktu untuk merenung. Pesawat-pesawat alien itu, mengerikan dan tak terbayangkan, terus menembakkan laser dari langit. Aku tahu bahwa tanpa perlindungan, aku tak akan bertahan lama. 

Namun, di tengah kekacauan itu, sosok elf yang anggun muncul dengan cepat. Elara, dengan mata biru yang penuh tekad, melompat ke arahku. Dengan gerakan gesit, dia mengangkat tangan, menciptakan perisai magis yang menyerap tembakan-tembakan laser yang membabi buta. Di sekelilingnya, pancaran magis berkilauan seperti pelindung bercahaya, memantulkan setiap ancaman dari langit.

"Jangan bergerak!" teriaknya di tengah desingan senjata dan ledakan. Aku hanya bisa menatap dengan kekaguman saat Elara berjuang, setiap gerakan seolah menari dengan kesempurnaan. Dia berdiri di depanku seperti tembok yang tak tergoyahkan, melindungiku dari segala bahaya. Tapi aku tahu, kekuatan ini tidak bisa bertahan selamanya.

Saat serangan semakin intens, tubuhnya mulai bergetar hebat. Aku bisa melihat kelelahan yang menggerogoti energinya, namun dia tetap bertahan dengan sekuat tenaga. Akhirnya, dalam satu ledakan besar, perisai magisnya hancur dan tembakan laser yang mematikan mengenai tubuhnya dengan keras. Elara jatuh, tubuhnya terkulai di tanah, menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang.

Kekacauan perlahan mereda ketika pesawat-pesawat alien mundur. Aku melangkah maju, berlari ke arah tubuhnya yang tak bergerak. Saat aku mendekatinya, aku melihat sesuatu yang mengerikan—bentuknya mulai memudar, dan dari sisa-sisa tubuhnya yang semakin memudar, sebuah kristal yang memancarkan cahaya lembut muncul. 

"Ingat pesan terakhirku Tesla, Apa yang megah dalam diri manusia bahwa ia adalah jembatan bukan tujuan; apa yang patut dicintai dalam diri manusia bahwa ia adalah perjalanan naik-keatas dan turun- kebawah dan menjadi lebih sempurna." Elara berubah menjadi sebuah kristal ajaib saat kata kata terakhirnya selesai. Kristal itu bersinar dengan warna-warna yang lembut dan cerah, seolah menyimpan seluruh jiwa Elara di dalamnya.

Aku meraih kristal itu dengan tangan bergetar, merasakan berat emosional yang tak tertanggungkan. Rasa kehilangan yang mendalam menyelimuti hatiku. "Elara..." bisikku, berusaha menahan air mata yang tak bisa kuhentikan.

Perlahan, aku mengangkat kristal itu ke cahaya matahari yang mulai terbenam, merenung dalam-dalam. Tidak mungkin aku akan membiarkan dia begitu saja. Kristal ini adalah satu-satunya jejak dari seseorang yang telah menyelamatkanku, dan aku bertekad untuk menemukan cara agar dia bisa hidup kembali. Aku harus memulai petualangan ini—menjelajahi dunia yang belum kukenal, mencari tahu rahasia di balik kristal ini dan cara mengembalikan Elara dari kematian.

Dengan hati yang penuh tekad, aku mengembalikan kristal ke dalam tasku dan melangkah ke arah horizon, di mana petualangan dan harapan baru menantiku. Aku tidak tahu apa yang akan kuhadapi di depan, tetapi aku tahu bahwa setiap langkah yang kuambil adalah untuk menyelamatkan sahabatku, Elara, dan membalas budi atas pengorbanannya yang tak ternilai.

XXX

Dalam perjalanan epik ini, aku  harus menghadapi tantangan yang mematikan, mulai dari serangan pasukan alien yang tak terhitung jumlahnya hingga jebakan dan intrik dari agen Ras Reptilian yang menyamar di antara penduduk Azaroth saat aku dan rombonganku melarikan diri dari Azaroth. Aku mengejar petunjuk dari artefak kuno dan buku-buku legenda tersembunyi untuk menemukan cara mengembalikan Elara yang berubah menjadi batu permata ke bentuk semula.

Kerajaan Azaroth of Dawn, negeri kelahiranku di kehidupan kedua hanyalah negara kecil dibandingkan negara negara terkuat di Bumi Midgardcapadawipa. Pola yang dilakukan bangsa Reptilians selalu sama, saat mereka akan menguasai dunia baru atau planet baru mereka akan melakukan infiltrasi dan menguasai negara yang paling lemah dulu lalu mereka akan mengumpul informasi untuk menaklukkan negara yang lebih kuat satu persatu.

Kerajaan Azaroth adalah negeri yang sangat kecil dan terpencil bagian luarnya dipenuhi hutan belantara yang sangat mematikan, selama seratus tahun hampir tak ada orang yang keluar dari kerajaan atau sebaliknya orang asing masuk kesini, selain bangsawan jika kebutuhannya mendesak untuk hubungan diplomatik.

Keadaan terasing ini diperparah saat Ras Reptilians menaklukkan Azaroth dengan melakukan infiltrasi dan menyamar menjadi bangsawan, mereka menutup kontak Azaroth dengan dunia luar, kondisi Azaroth mungkin mirip dengan Korea Utara di bumi sejak Ras Reptilians berkuasa.

Negara-negara di Bumi Midgardcapawipa adalah imperium kolonial yang haus kekuasaan. Peradaban di Bumi Fajar atau Midgardcadawipa didominasi oleh sejumlah faksi tertentu, beberapa di antaranya melawan yang lain.  Aku rasa akan sulit bagiku sebagai pengkhotbah untuk menyatukan mereka agar bisa mengusir Ras Reptilians dan Heavents Gate dari dunia ini. Dulunya aku bahkan tak mampu menyakinkan orang orang Azaroth jika Ras Reptilians adalah ancaman yang nyata.

Peradaban Bumi Fajar sangat identik dengan bumi yang kutinggali di kehidupan sebelumnya, banyak mitologi yang ada di bumi juga ada di dunia ini, namun sepertinya Bumi Fajar memiliki sejarah yang berbeda dengan bumi di kehidupanku sebelumnya.

Bahkan Bumi fajar memiliki peta yang identik dengan duniaku di kehidupan sebelumnya. Sepertinya kerajaan Azaroth adalah kepulauan Hawaii di duniaku sebelumnya

Kerajaan Azaroth of Dawn adalah negeri yang makmur dipimpin oleh raja yang adil dan bijaksana sebelum kedatangan Ras Reptilians, tapi suasana damai itu berbeda dengan Imperium kolonial Republik Frankania. negeri dimana kami mengungsi dari Ras Reptilians yang telah menguasai Kerajaan Azaroth.

Bumi Fajar yang dikuasai oleh negara super bernama Republik Frankania dan sekutu-sekutunya dimulai dengan Letusan Gunung Tartarus, puluhan ribu tahun sebelum Masehi hingga Zaman Pertengahan Akhir dan mulai berkembang di Era Peradaban Sunda kuno yang memiliki kekuatan spiritual tinggi ditandai dengan adannya situs gunung Padang Piramida tertua di Era Megalitikum dan menyebarkan kekuatan sihir ke seluruh dunia.

Coba lihat ke Langit Republik Frankania! Ada banyak objek terbang! Mungkinkah itu burung? Bukan! itu bahkan bukan pesawat. Langitnya penuh dengan manusia terbang, tiupan anginnya juga sangat kencang karena banyak orang yang dapat berlari secepat suara. Dunia ini penuh dengan manusia setengah dewa  yang jauh lebih kuat daripada penyihir di Azaroth, sebaiknya jaga jarak karena hampir ada kericuhan di semua tempat.

Aku awalnya tak percaya dengan keberadaan dunia fantasi yang penuh keajaiban. Di Midgardcapadawipa seorang pejuang sejati akan selalu berhadapan dengan monster menakutkan, mahluk mahluk eksotis dan dewa Dewi kegelapan Perusak.

Pintu Raksasa yang terletak di Istana negara Republik Frankania menampilkan beberapa simbol yang mewakili mitologi utama, yang merupakan rumah bagi dewa-dewi dengan peradaban paling berpengaruh di dunia. Pintu tersebut berbentuk jarum kompas yang menunjukkan arah pada 5 simbol penjuru mata angin. 

Lingkaran hitam-putih Yin dan Yang, melambangkan Mitologi Tiongkok. Piramida, mewakili Mitologi Mesir. Gambar Pohon Emas, menggambarkan Yggdrasil dalam mitologi Nordik.
Gambar Petir Zeus, sebagai simbol Mitologi Yunani-Simbol Gunungan Wayang Kulit, mewakili Dewa-Dewi Epik Nusantaradwipa.

Midgardcapadawipa adalah dunia di mana ras manusia, iblis, dan Dewa-Dewi hidup berdampingan dengan makhluk ras lain dari berbagai Mitologi. Di belahan dunia ini tersimpan harta karun dan bahaya yang besar.

Midgardcapadawipa atau Bumi Fajar adalah Dunia Fantasi rumah bagi mahluk mitos Seperti Centaur,Chimera, Griffin,Dragon Werewolf,  Vampir, Orc, Goblin ,Peri Murni, Peri Cahaya, Peri Bulan, Elf Kegelapan Serta Peri hitam dan iblis setengah Dewa. Dunia ini dikuasai oleh empat negara besar yang melambangkan empat elemen Dewa:

Dinasti Liong: Negeri Dewa Air.  Republik Frankania: Negeri Dewa Angin. Kadipaten Agung Azazelian: Argentine Reich, Negeri Dewa Iblis Api. Kekaisaran Slavania: Negeri Dewa Salju dan Pasir.

Republik Elfen Lies Frankania mencakup Benua Amerika dan kepulauan Britania kecuali Brazil dan Argentina yang merupakan milik Kadipaten Azazelian. Pasukan Frankania memiliki kekuatan dari berbagai Mitologi di seluruh dunia. Mitologi Nordik,Mesir,Yunani dan Bharata. Kadipaten Agung Azazelian mencakup Brazil Argentina dan sekitarnya memiliki pasukan Iblis.

Dinasti Liong di Tiongkok   memiliki Wilayah yang mencakup Kazakhstan hingga Kepulauan Nusantara dan dipimpin oleh para Keturunan Dewa Kaisar Langit.

Kekaisaran Slavania Mencakup Seluruh Eropa,Siberia,Afrika kecuali Kepulauan Britania.

Banyak pula Pantheon Dewa-Dewi dan Iblis dari berbagai Mitologi yang menjelma menjadi nyata dan hidup berdampingan dengan bangsa manusia, dan banyak ras lainnya. Itu juga, rumah bagi banyak dongeng epik, pertempuran, dan peristiwa yang terjadi di sini di masa lalu seperti Bhratayuda dan Gilgamesh. 

Republik Elfen Lies Roma Frankania yang menguasai Kepulauan Brittania dan Benua Amerika didirikan oleh saudara kembar. Romulus dan saudara kembarnya Remus, pendiri kota Roma, yang keduanya merupakan keturunan langsung dari Aeneas, tokoh pahlawan dalam perang Troya.

Mereka dipelihara oleh seekor serigala betina hingga mereka menjadi remaja.Remus dan Romulus adalah anak dari seorang Perawan Vesta Rhea Silvia (anak dari Numitor, raja Alba Longa) dengan dewa Mars. Ketika menginjak usia dewasa, mereka mengetahui asal usul kelahirannya, dan membunuh Amulius, adik Numitor. 

Alih-alih menunggu hingga waktunya menggantikan Numitor sebagai raja Alba Longa, Remus dan Romulus memutuskan untuk membangun sebuah kota baru. Remus menginginkan untuk membangun kota di Bukit Aventinus, sedangkan Romulus menginginkan Bukit Palatium yang menjadi cikal bakal Republik Frankania yang berdiri sejak 5 Juli 1776 dalam kalender Yggdrasil. Karena berbeda pendapat, Remus dan Romulus bertarung, tersingkirlah Remus.

Selama ribuan tahun Republik Frankania di Midgardcapadawipa mengadakan pertemuan para penghuni tiga alam yang berbeda: Alam Manusia, yang sebagian besar dihuni oleh manusia dan identik dengan dunia yang kita kenal, merupakan alam yang paling lemah. Alam tersebut diikuti oleh Alam Pertapa, dan kemudian Alam Surgawi pada tingkat tertinggi. Dunia Bawah, juga dikenal sebagai Alam Iblis, Alam Pertapa, Dunia Tao, atau Dunia Lain, dihuni oleh berbagai makhluk mitos, roh, dan monster, secara kolektif dikenal sebagai iblis, seperti Naga, Vampir, Minotaur, dan Feniks.

Alam Surgawi, sebagai alam terakhir dan yang paling kuat, adalah rumah bagi banyak dewa kuat dari berbagai mitologi dan legenda, seperti Kaisar Giok, Malaikat Seraph Mikaela, dan Herkules. Pada suatu waktu, manusia, iblis, dan dewa hidup bersama di Bumi, melindungi diri mereka dari iblis yang ingin memerintah mereka. Namun, tak lama setelah kekalahan iblis, para dewa memisahkan manusia, iblis, dan dewa untuk hidup terpisah dengan menciptakan tiga Alam yang berbeda.

Dulu, ketiga dunia ini selalu hidup damai dan berdampingan. Kaum manusia  sangat memuja para dewa, dan sebagai gantinya, para dewa sering membantu manusia. Manusia pun sangat dekat dengan dewa, bahkan begitu dekat sehingga banyak manusia setengah dewa lahir. Namun, hal ini membuat para iblis, penghuni dunia bawah, iri dan merasa dikucilkan. Para raksasa menghasut manusia untuk menghancurkan Menara Goliath dan menyerang dunia para dewa. Akibatnya, para iblis pun dipukul mundur ke dunia mereka sendiri. Gerbang pintu pun dikunci, dan dunia bawah disegel agar mereka tidak bisa keluar ke dunia manusia, juga tidak bisa kembali ke dunia manusia.

Menara Babel Goliath yang ada di negeri Filistin terhubung ke pohon Yggdrasil di atasnya, tempat berada alam para Dewa. Itu adalah simbol kesombongan dan keserakahan umat manusia di bumi, terutama bangsa Frankania, di mana manusia, iri dengan kekuatan dan keindahan para dewa, berhenti berdoa. Hal ini membuat para dewa yang bergantung pada doa manusia melemah, meskipun manusia yang serakah sudah mendapatkan berkat dari dewa melalui doa mereka.

Manusia membangun menara Goliath yang tingginya sampai ke langit, mencapai alam para dewa di ujung pohon Yggdrasil. Hal ini memungkinkan manusia untuk memberontak, mengalahkan, dan menjajah para dewa yang melemah karena tak mendapatkan doa manusia dengan memperbudak mereka untuk bersekutu dengan manusia dan menyerahkan kekuatannya pada manusia. Bahkan, mereka mengikat para dewa dengan perkawinan agar terlahir manusia setengah dewa. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa dewa sewenang-wenang dalam menentukan takdir manusia.

Kerajaan dan negara manusia, termasuk Republik Frankania, mengikat pernikahan dengan para dewa, yang menghasilkan masyarakat berkekuatan manusia super. Para bangsawan republik atau Patricius yang memiliki darah keturunan dewa memiliki status sosial lebih tinggi daripada rakyat jelata atau Pleb. Mereka menjadi pahlawan yang kuat dengan rasa nasionalisme yang kuat. Meskipun mereka menjaga perdamaian, konflik muncul karena mereka menindas manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan dan tidak dapat masuk ke Akademi Asosiasi Pahlawan.

Republik Oligarki ini terpecah menjadi tiga wilayah utama: Noble Realms, tempat keluarga bangsawan Republik Patricius dan keturunan dewa utama hidup dalam kemewahan; Common Realms, tempat manusia biasa dengan kekuatan titisan dewa minor menjalani kehidupan mereka; dan Forsaken Realms, wilayah rakyat jelata yang disebut Plebs, yang hanya diperbolehkan menggunakan kekuatan dewata untuk keperluan sehari-hari mereka.

Di Forsaken Realms, penduduk tertekan oleh stigma yang diturunkan sejak kecil, diperlakukan seperti keset oleh mereka yang berada di wilayah atas. Diskriminasi ini telah mengakar dalam masyarakat, menanamkan rasa rendah diri pada mereka yang kekuatan dewata dianggap rendah.

Frankania juga bangsa yang merasa dirinya paling superior, mereka pasti juga memandang para penyihir dari kerajaan Azaroth lebih rendah daripada bangsa mereka. Apalagi aku meminta Pangeran Peter dan Putri Wendy menyembunyikan marga Azaroth agar tak diburu oleh Ras Reptilians. Tak ada yang tahu jika mereka adalah pangeran dan putri Raja Azaroth, mereka berdua pasti akan dianggap sebagai warga kelas dua oleh orang orang Frankania

Karena posisi keilahian mereka yang absolut dan sulit ditentang siapapun, kaum pahlawan serta Ksatria korup Frankania sangat arogan, mereka merendahkan dan meremehkan rakyat biasa, nyawa rakyat biasa yang tak memiliki kekuatan sihir manusia super tak dianggap berharga jika dibandingkan kekayaan dan popularitas pribadi.

Banyak pahlawan di era Kaliyuga atau kegelapan di Republik Frankania ini yang tak peduli pada keselamatan nyawa rakyat biasa saat beraksi sebagai pahlawan super akademi asosiasi pahlawan Republik Frankania, nyawa rakyat kecil dianggap tak berharga dan kayak dikorbankan demi menyelesaikan misi dan mendapatkan kekayaan, kehormatan, dan popularitas hingga dengan leluasa menggunakan kekuatan mereka untuk merampas harta dan hak asasi orang-orang miskin.

Alih alih sebagai simbol perdamaian yang melindungi nyawa manusia, para pahlawan dan ksatria dijadikan alat politik oleh negara oligarki Republik Frankania sebagai senjata untuk menjajah bangsa lain dan merenggut nyawa banyak manusia

Banyak ksatria korup Frankania yang membuat aksi setingan yang membahayakan nyawa rakyat kecil yang nyawanya tak dianggap berharga demi menaikan popularitas di mata pemerintah dan pengusahaan kaya.

Hanya kaum bangsawan atau Patricius yang memiliki hak untuk menjadi Presiden Patricius Frankania, hanya mereka pula yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum, rakyat biasa, apalagi mahluk kegelapan dan manusia tanpa kekuatan Dewata atau disebut boonles  tak akan mendapatkan hak pilih meski tak berbuat kriminal

Dengan Heavents Gate suatu saat nanti aku yakin bangsa Reptilians juga akan menaklukkan seluruh alam Surgawi yang dihuni para Dewata yang sebelumnya ditaklukkan oleh manusia di dunia ini. Para dewa di dunia ini tak mengetahui kalau alam Dewata yang terhubung dengan Bumi Midgardcapawipa hanya seujung kuku jika dibandingkan alam semesta yang sebenarnya. Menurut hipotesisku Heavents Gate juga bisa dipakai sebagai bifrost atau kunci pohon Yggdrassil.

Apalagi Alam Surgawi, Alam manusia dan Alam Pertapa di Bumi Midgardcapawipa masih berada di satu dunia hanya berbeda tingkatan, bukan dunia yang berbeda seperti bumi di kehidupanku sebelumnya

XXX

Meski negara negara di bumi fajar tertinggal sekitar 200 tahun dari bumi di kehidupanku sebelumnya. Republik Frankanka mendirikan Negara Bumi Serikat, sebuah organisasi pemerintahan besar yang memiliki para Pahlawan dengan kekuatan dewa dari berbagai pantheon peradaban manusia.

Republik Frankania mengumpulkan berbagai pahlawan dewa fana dari berbagai Era Epik Mitologi dan para dewa dari berbagai Pantheon seperti Olympia, Bharata atau Nusataradwipa dan Norse.  

Mereka memainkan peran penting sebagai cikal bakal berbagai konflik yang terjadi di dunia ini. Seluruh negara bersatu di bawah satu organisasi; kekuasaan Unifikasi Dunia memiliki kekuasaan yang sangat luas sebagai bentuk dari negara-negara dunia yang bersatu. Seluruh dunia, termasuk Republik Frankania, menjadi bagian dari Negara Bumi Serikat.

 Frankania adalah republik sekaligus negara bagian yang menjadi pusat pemerintahan Negara Bumi Serikat. Seluruh dunia tunduk pada konstitusi yang dianut Negara Bumi Serikat, dan seluruh makhluk tunduk pada hukum Negara Bumi Serikat.

Meskipun mungkin 90 persen negara di dunia bergabung dengan Negara Bumi Serikat dan sisanya tidak bergabung serta memiliki konstitusinya masing-masing, yang kuat akan menginjak yang lemah karena posisi Negara Bumi Serikat yang dikendalikan Frankania. Kebijakan negara yang tak tergabung mau tak mau akan terpengaruh oleh hukum yang berlaku di Negara Bumi Serikat.

Sekuat apapun negara independen, mereka pasti akan kalah suara karena seolah-olah Negara Bumi Serikat memiliki posisi politik terpenting di dunia. Negara-negara yang tak tergabung dengan Bumi Serikat pasti akan terkena imbasnya.

Alasan mereka menciptakan dan bersatu menjadi Negara Bumi Serikat adalah karena mereka menyadari bumi sedang tidak baik-baik saja. Kerusakan alam di mana-mana dan sumber daya alam menipis diikuti meningkatnya populasi manusia.

Negara Bumi Serikat mirip dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, namun dengan sistem kekuasaan yang berbeda. Negara Bumi Serikat adalah sebuah negara adidaya yang membawahi hampir seluruh negara di dunia di bawah satu bendera, sedangkan PBB hanya organisasi internasional. Negara Bumi Serikat menggabungkan setiap ideologi dan pemerintahan dari setiap negara yang ada untuk bersatu.

Untuk mencegah kepunahan manusia karena kerusakan alam, negara-negara di dunia menyatukan kekuatan dewa mereka dan bersatu di bawah Negara Bumi Serikat. Mereka mulai menyatukan pemikiran mereka agar selaras, sehingga manusia hidup di bawah tatanan dunia yang satu, yaitu Bumi Serikat. Dengan begitu, Negara Bumi Serikat memilih kekuasaan politik untuk mengatur keseimbangan alam di dunia, mempersatukan manusia di bawah satu kesadaran yang sama untuk melestarikan alam.

Setelah perang besar, batas antar negara sudah tak ada lagi. Kerusakan alam yang ada di bumi dapat dikendalikan dengan kebijakan terpusat yang dikendalikan Negara Bumi Serikat. Mereka bertekad membawa perubahan besar untuk menciptakan keseimbangan alam dan perdamaian dengan menciptakan Akademi Asosiasi Pahlawan.

Apakah tujuan Republik Elfen Lies Frankania mendirikan Negara Bumi Serikat memang untuk kepentingan manusia, menciptakan pahlawan super dan inovasi baru untuk melindungi manusia dari kerusakan alam dan peperangan? Kenyataannya, Negara Bumi Serikat bukan lagi dibentuk untuk menciptakan bumi yang selaras dengan alam, melainkan membuat pemerintahan baru yang lebih luas dengan kekuatan dewa mereka dan menciptakan sistem kelas sosial yang diskriminatif pada manusia minoritas yang tak memiliki kekuatan super.

Bumi Serikat dibentuk atas dasar politik dan kekuasaan yang paling dicari manusia untuk mengontrol orang lain. Lagipula, untuk membantah alasan moral dibentuknya negara ini, tidak semua negara di bumi memiliki tingkat kerusakan alam yang sama, jadi pendirian pemerintahan tunggal bukanlah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan permasalahan berbeda dan kompleks yang ada di setiap negara tersebut. Bumi Serikat adalah bentuk paksaan negara-negara, seperti Republik Frankania yang memiliki kekuatan dewa lebih besar terhadap negara kecil yang lebih lemah. Lahirnya Negara Bumi Serikat hanyalah taktik penguasa politik di dunia untuk menguasai dunia. Jika dunia bersatu di bawah kekuasaan mereka, tak ada yang bisa mengalahkan mereka. 

Jadi, beberapa negara yang tak ada hubungannya dengan perang maupun kerusakan alam di bumi seolah-olah dipaksa bergabung secara intimidatif dan terselubung di bawah kekuasaan negara adidaya yang berkoalisi untuk membentuk negara super. Menghapuskan kerusakan alam di bumi dan membentuk pahlawan super untuk mencegah perang hanya menjadi alasan untuk menancapkan kekuasaan tokoh politik pada seluruh negara di dunia. Bahkan tak jarang pahlawan super dijadikan alat kediktatoran penguasa untuk menekan kelompok dan negara minoritas alih-alih mencegah peperangan.

Negara bagian di  Negara Bumi Serikat memiliki penguasa sekelas perdana menteri yang sudah berkuasa sebelum berdirinya satu pemerintahan global negara tunggal ini. Negara ini memiliki jabatan sebagai raja, presiden, hingga gubernur jenderal. Sedangkan jabatan sebagai puncak kepemimpinan tertinggi adalah Presiden Patricius Elfen Lies Frankania.

XXX 

Aku membutuhkan kunci bifrost untuk menciptakan alat yang bisa dijadikan tandingan Heavents Gate milik Ras  Reptilians.

Aku berdiri di depan gerbang Republik Frankania yang megah dikelilingi akar Pohon Yggdrasil, memisahkan dunia fana dan wilayah kekuasaan para dewa. Di Mitologi Yunani atau Mesir, dunia yang dikenal seperti Bumi dan alam semesta pada umumnya tetap seperti yang kita kenal. 

Berbeda dengan Mitologi Nordik, yang memperkenalkan konsep sembilan dunia berbeda. Dalam Mitologi Nordik, sembilan dunia ini dihubungkan oleh pohon Yggdrasil, yang dianggap sebagai pusat dari segala sesuatu (mirip dengan konsep alam semesta). 

Cabang-cabang dan akar Yggdrasil menghubungkan dunia-dunia seperti Asgard (tempat para dewa utama dan pejuang), Vanaheimr (tempat para dewa pelindung dan kesuburan), Alfheim (tempat para elf), Midgard (tempat manusia), Jotunheim (tempat para raksasa), Nidavellir (tempat para kurcaci), Svartalfheim (tempat para elf hitam), Muspell (dunia api tempat tinggal Surt yang akan menghancurkan Asgard dalam Ragnarok), dan Niflheim (dunia es tempat tinggal para frost giant).

Aku berhadapan dengan Dewa Baldur, penjaga pohon Yggdrasil dan gerbang Republik Frankanka, sebagai seorang imigran gelap jelas aku takut padanya. Cahaya berkilauan dari Bifrost mengalir seperti arus pelangi yang menari di udara malam, menciptakan suasana yang penuh keajaiban dan ketegangan. Langit di atasku tampak tak berbintang, hanya dihiasi oleh cahaya Bifrost yang bergetar lembut.

Baldur atau Balder adalah Dewa Cahaya dan Kemurnian bagi Dewa Para Viking. putra bungsu dari Odin dan Frigg ini melambangkan sinar matahari musim panas.

Dia digambarkan sebagai makhluk yang adil, bijaksana, dan memiliki ketampanan yang anggun dalam puisi, dia dituliskan seperti bunga – bunga bermekaran sama persis seperti tempat tinggalnya, Breidablik yang disebut sebagai tempat terindah di Asgard.

Baldur juga memiliki sebuah kapal terbesar yang pernah dibuat bernama Hringhorni , yang kemudian digunakan sebagai tempat pemakaman setelah kematian tragis sang dewa.

Tangan kiriku meraih gagang pedang yang sudah lama kukendong. Pedang itu bukan hanya senjata, melainkan simbol tekadku. Tekad untuk menyelamatkan Elara, teman elfku yang kini terperangkap dalam bentuk batu permata. Tanpa kunci Bifrost dari Dewa Baldur, impian untuk masuk ke Elfheim dan mengembalikan Elara hanyalah khayalan belaka.

Dewa Baldur, dalam wujudnya yang megah dan berwibawa, muncul di hadapanku. Cahaya keemasan mengelilinginya, menandakan kekuatan dan kekudusan yang dimilikinya. Ia menatapku dengan tatapan tajam, seolah-olah mampu menembus kedalaman hatiku dan membaca setiap niatku

"Jadi, kau datang juga," suara Baldur terdengar seperti gemuruh guruh yang menyejukkan. "Apa yang membuatmu berpikir kau layak meminta kunci Bifrost dariku?"

Aku tidak gentar. Menatap mata dewa itu, aku berkata dengan penuh keyakinan, "Elara, teman elfku, kini terjebak dalam bentuk batu permata. Hanya dengan kunci Bifrost aku bisa menuju Elfheim dan menyelamatkannya. Aku tak akan mundur sampai aku mendapatkan apa yang kuperlukan."

Baldur mengangkat satu alisnya, menyiratkan rasa ingin tahunya. "Ada banyak yang ingin kau capai, dan banyak yang bisa hilang dalam perjalanan ini. Apakah kau benar-benar siap menghadapi konsekuensi dari keputusanmu?"

Aku menarik napas panjang, menenangkan diri. "Aku telah siap menghadapi apa pun yang datang. Apa pun risikonya, aku tidak akan membiarkan Elara tetap terjebak di dunia yang tidak bisa dia jalani. Kunci Bifrost adalah satu-satunya harapan kami."

Baldur diam sejenak, menimbang jawabanku. Kemudian, ia mengulurkan tangannya dan mengeluarkan sebuah kunci kecil berkilau dari lipatan jubahnya. Kunci itu memancarkan cahaya pelangi yang sama dengan Bifrost. "Ambillah," kata Baldur dengan nada yang lebih lembut. "Tapi ingatlah, jalan yang kau pilih tidak akan mudah. Banyak bahaya menantimu di sana."

Aku menerima kunci itu dengan tangan bergetar, mengangguk dengan penuh rasa terima kasih, aku terkejut ternyata semudah itu mendapatkan kunci Bifrost dari Baldur. "Aku akan mengingat nasihatmu. Terima kasih, Dewa Baldur."

Dengan kunci Bifrost di tangan, aku siap untuk memulai perjalanan menuju Frankania dan mencari cara menuju Elfheim, bertekad untuk mengembalikan Elara dan menghadapi segala rintangan yang mungkin menghadang di sepanjang jalan.

Baldur dikenal sebagai dewa cahaya dan kemurnian. Ia dipuji sebagai dewa yang adil, bijak dan ramah, bahkan karena kesempurnaannya bunga yang ada di dekatnya dapat layu karena iri kepadanya. Kediaman dari Baldur juga merupakan yang paling indah di antara semuanya dengan bangunan yang berlapis emas dan perak.

Namun, Baldur bernasib sangat tragis di akhir hidupnya karena terbunuh oleh saudara kembarnya sendiri dikarenakan ulah dari Loki. Saudara kembarnya yang buta mendapat panah dari Loki, lalu saat bermain bersama Baldur, ia tidak sengaja melempar anak panah tersebut kearah jantung dari Baldur yang seketika membuatnya tewas. 

Baldur harus meninggal saat terkena anak panah menuju jantungnya oleh saudaranya kembarnya sendiri Hodr. Setelah Loki menukar anak panah milik Hodr dengan Anak panah yang terbuat dari pohon Mistletoe. satu – satunya benda yang bisa melukainya di Asgard maupun Midgard (dunia manusia) .

Cerita kematiannya di tangan saudara kembarnya yang buta, Hodr ini terjadi karena lelucon dan tipu daya jahat dari Loki yang saat itu sedang bosan. Bahkan karena lelucon jahat itu usaha para dewa untuk menghidupkan kembali Baldur dari Neraka pun gagal.

Dalam  Ragnarok, Odin meramalkan kematian dan kehancuran Asgard akan mengarah pada lahirnya dunia baru dan dua pasangan manusia yang akan memerintah Midgard. Meskipun Odin mengetahui bahwa Ragnarok akan datang, dia tidak mengetahui penyebabnya. Penyebabnya adalah kematian Baldur, dewa yang sangat dicintai di Asgard.

Baldur sering bermimpi tentang kematiannya, dan karena mimpi ini berulang, ia memberitahukan ayahnya, Odin. Odin kemudian pergi ke Hel dengan menunggang Sleipnir dan meminta seorang peramal untuk memprediksi nasib Baldur. Frigg, ibu Baldur, juga mengalami mimpi serupa dan, untuk melindungi anaknya, ia membuat semua benda dan makhluk di Nine Realms tidak bisa melukai Baldur, kecuali lumut mistletoe yang dianggapnya tidak berbahaya.

Suatu hari, para dewa Asgard bermain dengan melemparkan barang-barang ke arah Baldur. Karena semua benda telah disihir oleh Frigg, barang-barang tersebut tidak dapat melukai Baldur dan hanya memantul. Namun, Loki mengetahui bahwa mistletoe adalah satu-satunya yang dapat melukai Baldur. Ia membuat sebuah panah dari mistletoe dan meminta dewa buta, Hodr, untuk memanah Baldur. Panah itu mengenai jantung Baldur dan ia pun mati, membawa musim dingin panjang ke seluruh Nine Realms.

XXX

Ketika masih anak-anak, aku berpikir pahlawan itu keren: membela kebenaran dan keadilan, sedangkan monster adalah makhluk jahat yang harus dibasmi apalagi saat aku melihat bumi dan keluargaku dibasmi oleh Ras Reptilians. Tapi semakin dewasa, aku semakin menyadari bagaimana jika kemungkinan itu dibalik?

Monster didiskriminasi sebagai kaum minoritas yang dianggap berbahaya hanya karena ingin bertahan hidup.

Monster tak pernah minta dilahirkan menjadi monster yang harus memakan atau menghisap darah manusia. Tapi karena mereka butuh itu untuk bertahan hidup, masyarakat mengucilkan dan takut pada mereka. Sedangkan orang yang terlahir sebagai pahlawan dengan kekuatan, bebas hidup bahagia di bawah matahari, bahkan melakukan perbuatan tercela. Namun, masyarakat tetap mengagumi mereka hanya karena menolong masyarakat dari monster yang hanya ingin bertahan hidup.

Monster tak punya pilihan lain untuk bertahan hidup. Pahlawan pembela keadilan dan kebenaran menunjukkan kebenaran akan ketidakadilan dunia. Apakah dilahirkan sebagai monster adalah dosa besar yang tak bisa diampuni, seperti yang digambarkan di film-film horor?

Kenapa mereka merasa berhak dipuji karena hadiah yang mereka dapat dari Tuhan sejak lahir, bukan karena kebaikan hati dan kepahlawanan mereka? Mereka tak pantas dianggap sebagai pahlawan.

Aku berdiri di sudut gelap sebuah gang sempit di provinsi Azazelian, memperhatikan dua sosok yang baru saja tiba—Pangeran Peter dan Putri Wendy. Mereka tampak tertekan dan ketakutan di tengah kegelapan kota yang mencekam ini. Hujan turun tak henti-hentinya, menambah kesan suram pada kota yang tampak seperti dunia lain ini. Langit selalu berwarna abu-abu, dan cahaya lampu jalan yang redup seolah enggan menembus bayangan tebal yang melingkupi kota ini.

Pangeran Peter dan Putri Wendy berjalan dengan hati-hati, wajah mereka menampilkan ketidaknyamanan yang jelas. Mereka terjebak dalam suasana kota yang penuh kejahatan dan korupsi, di mana setiap sudut seolah menyimpan ancaman. Geng-geng jalanan berkeliaran, dan pejabat busuk lebih tertarik pada keuntungan pribadi daripada kesejahteraan rakyat. Hutan beton ini, dengan gedung-gedung tinggi yang menghalangi sinar matahari, hanya menambah rasa putus asa di setiap langkah mereka.

Aku merasakan kelelahan dan ketidakberdayaan mereka dari jarak yang aman. Dalam pikiran mereka, aku tahu mereka membayangkan kehidupan yang berbeda—hidup sebagai manusia biasa yang bebas dari belenggu kehidupan ini. Mereka mungkin membayangkan diri mereka berjalan di bawah sinar matahari yang hangat, menikmati langit biru yang cerah tanpa rasa takut. Mereka membayangkan makanan manusia yang aman, jauh dari ancaman racun yang sering menghantui mereka di sini. 

Ketika mereka melangkah lebih dalam ke dalam kota ini, setiap langkah tampak semakin berat. Aku bisa merasakan perbedaan yang mencolok antara dunia mereka dan dunia ini—dunia yang bebas, di mana mereka bisa menikmati kebebasan dan keindahan yang seharusnya menjadi hak mereka. Mereka hanya dapat membayangkan seperti apa rasanya hidup normal, jauh dari ketegangan dan kegelapan yang mengelilingi mereka sekarang

Di tengah hujan yang terus mengguyur Azazelian, Pangeran Peter dan Putri Wendy berdiri di bawah naungan atap sebuah bangunan tua yang usang. Keduanya tampak basah kuyup, namun mereka tak bergerak. Suara hujan yang jatuh di atap logam menciptakan ritme monoton yang mendominasi suasana.

Peter, dengan ekspresi gelisah, memandang ke arah jalanan yang penuh dengan genangan air dan bayangan hitam. “Wendy, aku tidak pernah membayangkan kota ini bisa begitu menakutkan,” ucapnya, suaranya hampir tenggelam oleh suara hujan.

Wendy menggigit bibirnya, matanya penuh kekhawatiran saat ia menatap ke sekeliling. “Aku tahu, Peter. Rasanya seperti kita terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung. Semua tempat tampak sama—gelap dan penuh ancaman.”

Peter meraih tangan Wendy dengan lembut, berusaha memberi sedikit kenyamanan di tengah ketidakpastian ini. “Aku hanya berharap kita bisa keluar dari sini secepatnya. Aku terus membayangkan kehidupan yang lebih baik—tempat di mana kita bisa merasakan sinar matahari dan udara segar. Tempat di mana kita bisa makan tanpa khawatir tentang racun.”

Wendy mengangguk pelan, suaranya serak. “Aku juga. Aku merindukan rasa kebebasan yang kita rasakan dulu. Rasanya seolah kita terkurung di dunia yang sangat berbeda dari yang kita kenal.”

Ada keheningan sejenak, di mana hanya suara hujan dan derit gerimis yang memenuhi ruang. Peter menatap Wendy dengan tekad di matanya. “Kita harus tetap kuat. Kita harus menemukan jalan keluar dari sini. Setidaknya, kita punya satu sama lain, dan itu memberikan sedikit harapan.”

Wendy menatap Peter dengan mata yang sedikit lebih cerah. “Benar. Selama kita bersama, kita bisa menghadapi apapun. Kita hanya perlu terus maju, tidak peduli betapa gelapnya jalan di depan kita.”

Mereka berdua berdiri berdampingan, saling menguatkan satu sama lain di tengah suasana yang suram. Suara hujan terus berlanjut, tetapi dalam momen kecil ini, ada secercah harapan di antara mereka.

Aku sangat membenci provinsi ini dan kota-kotannya yang dipenuhi makhluk monster seperti vampir, serigala, orc, dan peri kegelapan, serta koruptor, geng kriminal, dan para pemuja setan. Namun, provinsi ini adalah rumah baruku. Aku tak akan membiarkan siapapun menghancurkannya, dan kami tak punya pilihan lain untuk melindungi diri kami dari Ras Reptilians.

Berbeda dengan kota dan provinsi metropolitan lainnya, tempat para ksatria dan pahlawan selebritis hidup glamor dan memukau, provinsi ini terasa seperti tertinggal jauh di abad pertengahan dan menolak modernisasi. Kereta uap, rumah kuno, dan kastil Dracula adalah pemandangan biasa di provinsi ini. 

Provinsi dan kota-kotanya seakan berada di ujung dunia. Kota ini terletak di tengah gunung bersalju dan ujung pantai, sehingga sangat terpencil dan sulit diinvasi dari luar. Tidak hanya sekte penyembah iblis yang ditakuti, tetapi juga kaum vampir mengerikan  yang sangat dihormati di tempat ini, padahal mereka juga bisa minum darah binatang.

Desaku dipenuhi kaum penyembah setan dan iblis, serta penganut ajaran sesat yang sering menjadikan penduduk sebagai korban.  Provinsi ini memiliki banyak sekte pemuja setan yang suka menculik anak-anak dan melakukan tindakan kriminal lainnya, seperti obat-obatan terlarang. 

Hal ini membuat pemerintah pusat Republik Frankania jijik dengan daerah itu dan pernah mengerahkan seluruh angkatan bersenjata serta para pahlawan resmi untuk menghancurkan kota itu dan melakukan genosida terhadap penduduk provinsi tersebut. 

Banyak penduduk yang melarikan diri ke provinsi lain bersama saudara mereka, sedangkan penduduk aslinya yang merupakan kaum minoritas melakukan perlawanan dan merebut Balai Kota dan berkali kali mencoba  mendeklarasikan kemerdekaan dari Republik Frankania meskipun selalu gagal. 

Kisahku di sini akan menceritakan bagaimana Azazelian menjadi sebuah negara merdeka dari Frankania. Wilayah Azazelian yang dekat pesisir pantai memudahkan deklarasi kemerdekaan karena negara baru itu memiliki akses laut. Nama provinsi ini terdengar mengerikan seperti nama iblis. Provinsi ini memang terpencil, banyak kejahatan dan kejadian supranatural terjadi di tempat ini. Para penegak hukum dan pahlawan korup justru tak peduli dengan desaku.

Ini adalah kisah saat pertama kali aku bertemu dengan salah satu teman terbaikku, Morningstar De Robespiere. Meskipun namanya terdengar seperti Nama Eropa layaknya orang Frankania pada umumnya, sebenarnya dia adalah titisan dari Bambang Wisanggeni. Wajahnya juga sangat mirip dengan orang Jawa, dan dia cenderung dingin serta pendiam. 

Dia juga merupakan keturunan Parikesit, putra Arjuna yang merupakan putra mahkota Hastinapura atau Yawastina. Selain itu, sebagai titisan Wisanggeni dan keturunan Prabu Parikesit, dia juga memiliki darah dari Kaum Dewata (Dresanala) dan Pandawa (Arjuna) dari kedua orangtuannya di kehidupan Morningstar sebelumnya.

Dalam kehidupanku sebelumnya, tokoh Wisanggeni hanyalah tokoh fiksi yang diciptakan khusus oleh pujangga Jawa untuk kisah pewayangan aku tahu karena aku pernah tinggal di Yogyakarta. Dalam kisah pewayangan, Wisanggeni dikenal sebagai putra Arjuna yang lahir dari seorang bidadari bernama Batari Dresanala, putri Batara Brama. Wisanggeni merupakan tokoh istimewa dalam pewayangan Jawa. Ia dikenal pemberani, tegas dalam bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa. Saking sakti-nya, para dewa tidak mengizinkannya ikut dalam Perang Bharatayuda karena dapat mengancam keseimbangan alam semesta.

Wisanggeni adalah putra Arjuna, salah satu tokoh utama Pandawa yang terkenal tampan dan mempesona, sehingga banyak perempuan dari berbagai kalangan, termasuk manusia biasa, siluman, dan keturunan dewa, mengaguminya. Arjuna yang merupakan seorang pengembara, menikahi banyak perempuan. Wisanggeni lahir dari hubungan Arjuna dengan Dresanala, yang merupakan anak Dewa Brahma, penguasa api. Namun, hubungan mereka tidak disetujui oleh Batara Brahma, sehingga sang kakek tidak mengakui Wisanggeni sebagai cucunya.

Kisah Wisanggeni dimulai dari kelahirannya yang tidak diinginkan. Hal ini disebabkan oleh Bidadari Dewasrani, putri Batari Durga, yang cemburu pada Batari Dresanala yang telah dinikahi Arjuna. Atas perintah Batara Guru, kakek Dewasrani, Batara Brama mencoba untuk menghilangkan Wisanggeni yang masih dalam kandungan Batari Dresanala, putrinya. Brama memaksa Dresanala untuk melahirkan lebih awal, lalu membuang bayi yang baru lahir itu ke Kawah Candradimuka di Gunung Jamurdipa. 

Namun, berkat bantuan Batara Narada, Wisanggeni selamat dan tumbuh menjadi ksatria yang kuat.
Karena ancaman bahaya, Wisanggeni diungsikan ke negeri Anoman sebelum ia lahir. Ia dibesarkan oleh Antaboga dan Baruna, penguasa bawah laut, dan memiliki kekuatan yang sangat besar. Selain dapat mengeluarkan api dan membakar segala sesuatu, Wisanggeni juga bisa menyerap energi alam untuk regenerasi sel dengan cepat, sehingga luka-lukanya sembuh dengan sendirinya. Kekuatan ini membuatnya tidak memiliki lawan yang setara.

Dengan petunjuk Narada, Wisanggeni menciptakan kekacauan di kahyangan, dan tidak ada yang mampu menaklukkannya karena kesaktiannya. Menjelang perang Baratayuda, Wisanggeni meminta izin untuk bertempur membela Pandawa, tetapi Sanghyang Wenang meramalkan bahwa Pandawa akan kalah jika Wisanggeni ikut bertempur. Wisanggeni akhirnya memilih untuk menjadi tumbal demi kemenangan Pandawa, mencapai moksa, dan menghilang.

Secara fisik, Wisanggeni digambarkan sebagai pemuda yang angkuh, tetapi baik hati dan suka menolong. Ia tinggal di kahyangan Sanghyang Wenang dan hanya menggunakan bahasa halus kepada Sanghyang Wenang. Kesaktiannya melebihi putra-putra Pandawa lainnya, dan hanya Antasena yang setara dengannya dalam hal kesaktian, meskipun Antasena polos sedangkan Wisanggeni cerdik.

Menjelang perang Baratayuda, Wisanggeni dan Antasena pergi ke Kahyangan Alang-alang Kumitir untuk meminta restu Sanghyang Wenang. Namun, ramalan mengatakan bahwa Pandawa akan kalah jika mereka bertempur. Setelah mempertimbangkan, Wisanggeni dan Antasena memutuskan untuk tidak kembali ke perkemahan Pandawa dan rela menjadi tumbal demi kemenangan mereka. Mereka mengheningkan cipta, mencapai moksa, dan menghilang bersama jasad mereka.

Namun, menjadi satria yang tiada tanding tidak berarti segala sesuatu mudah baginya. Wisanggeni kesulitan dalam mengendalikan api emosi di dalam dirinya dan hanya mau tunduk kepada ibunya. Bahkan, dia tidak takut pada Batara Guru, penguasa para dewa. Suatu saat, Wisanggeni melawan dan menyerbu Kayangan karena merasa para dewa membiarkan Batari Durga melakukan kecurangan melalui para Kurawa dan kelompok-kelompok tidak terlihat lainnya. Rumah para dewa pun terbakar. Hanya ibunya yang mampu meredakan amarahnya.

Awalnya aku merasa dia orang yang menyebalkan sampai aku menyadari kalau dia memiliki masa lalu yang jauh lebih kelam daripada aku. Terlahir dari rahim ibunya yang hampir mati karena tak sanggup menahan kekuatan titisan Wisanggeni bersamaan dengan gerhana bulan merah dan bencana gempa bumi, dia disalahkan atas kelahirannya sebagai anak iblis dan diusir dari desa tempat tinggal awalnya ke Azazelian. provinsi paling terbelakang di Republik Frankania, bahkan sampai kekuatannya sebagai Wisanggeni disegel oleh Jamus Bramageni. 

Kakaknya, Vajramandala De Robespierre membunuh kedua orangtuanya  atas izin kedua orangtuanya sendiri yang dituduh sebagai pemilik kekuatan candradimuka oleh Pemerintah Frankania.
Vajramandala melakukan itu agar adiknya Morningstar De Robespierre sang titisan wisanggeni tak lagi diburu pemerintah karena kedua orangtuanya yang menjadi ancaman utama sudah mati. Itulah alasan dia sangat membenci Frankania selain karena dirundung.

Morningstar juga bersumpah para monster seperti vampir yang ditakuti karena meminum darah manusia tidak perlu lagi menyamar sebagai manusia di siang hari hanya karena takut dibantai oleh angkatan bersenjata, para pahlawan, dan ksatria berkekuatan dewa ilahi, hanya karena bangsa monster merupakan minoritas di negara ini. Dengan mendirikan negara independen, mereka bisa hidup bebas tanpa harus dibayangi ketakutan akan diskriminasi dan genosida. 

Morningstar yang selamat dari insiden itu akhirnya diadopsi oleh inspektur Wilhelm Wegener yang mendapat hak asuh dari Vajramandala sebelum mendapatkan hukuman mati, Seorang polisi kikuk tapi baik hati.Polisi itu juga yang mengatasi segala trauma yang dialami Morningstar dan  berusaha membuatnya tidak mendendam,polisi baik hati itu juga menyelamatkan Morningstar kecil ketika ia hendak bunuh diri dengan terjun ke sungai.

Dulu, dia yang sangat kagum dan ingin menjadi seorang pahlawan kini membenci para pahlawan yang dianggapnya munafik dan menindas dirinya yang lemah, yang tidak memiliki kekuatan seperti citra mereka yang baik dan sempurna. Para pahlawan  digambarkan seperti para selebrits dengan banyak sisi gelap yang menyeramkan , dan semuanya disembunyikan lewat sistem yang sangat rapi.

Belum lagi, dia menyaksikan sendiri pahlawan  bernama Kapten Frankania, yang dengan kemampuan berlari cepat, menabrak ayah angkatnya, Inspektur Wilhelm, hingga mati. Hanya tersisa kedua tangannya yang berlumuran darah.

Kapten Frankania hanya membela diri saat ditanyai wartawan tentang kasus kematian Inspektur Wilhelm dan menolak meminta maaf di Radio. Ia malah menyalahkan Inspektur Wilhelm yang dianggapnya menghalangi jalannya saat mengejar perampok bank, padahal Morningstar tahu bahwa ayahnya sedang berjalan di trotoar, bukan di jalan raya. Kapten Frankania sembarangan mengambil trotoar pejalan kaki dan hanya berteriak meminta maaf saat merenggut nyawa ayah angkatnya, lalu melanjutkan pergi tanpa sopan santun. 

Masyarakat, polisi, dan pemerintah tidak peduli dengan kematian ayah angkatnya dan hanya menawarkan uang sogokan kepada Morningstar untuk menutup mulutnya agar tidak membocorkan kegagalan proyek pahlawan yang dijalankan oleh Frankania. 

Morningstar menolak dengan sopan, meskipun hatinya dipenuhi amarah, karena nyawa orang yang menyelamatkan masa kecilnya tidak bisa dibeli dengan uang. Namun, dia merasa tak bisa berbuat apa-apa. Inspektur Wilhelm yang berasal dari kelas Pleb tanpa kekuatan Dewata dianggap sebagai masyarakat kelas bawah yang tidak berharga dibandingkan Pahlawan atau Ksatria manapun.

Pahlawan dan Ksatria di Franknia memandang mereka sebagai ras rendah seperti binatang yang tak bisa menggunakan barang barang sihir.

Kelahiran Wisanggeni di Kawah Candradimuka diberkati iblis tapi dikutuk dan setiap langkahnya dimurkai dewa, Wisanggeni mendapatkan julukan Sebagai iblis api, Wisanggeni terlahir saat gerhana bulan, Gerhana Bulan merupakan tanda datangnya Batara Kala, dewa raksasa pemakan manusia karena itu Batara Kala menjadi musuh abadi Wisanggeni yang harus dibunuh dengan Gada Inten Pemberian Sang hyang wenang untuk menghentikan Batara Kala yang memakan Pandawa dan dapat menghambat terjadinya takdir Bharatayuda hingga di zaman modern dia menitis para sosok anak bernama Morningstar De Robespierre.

Morningstar De Robespierre tidak dapat menggunakan kekuatannya kapan saja. Karena itu, dia merasa dirinya ditakdirkan terlahir memiliki kekuatan apa pun hingga dia dirundung oleh anak-anak di Frankania karena dianggap lemah. Namun sebenarnya, orangtuanya membatasi kekuatannya agar tidak menghancurkan dunia.

Kedua orangtuanya merasa tubuh Morningstar tidak akan cukup kuat untuk menahan dan mengendalikan kekuatan Candradimuka Wisanggeni, yang konon mampu memporak-porandakan Kahyangan Tengguru dan para Dewata hanya dengan amarahnya serta bagian kekuatannya yang paling lemah.

Selain itu, karena enggan dikendalikan oleh kekuatan jahat Keris Putra Fajar, iblis api Candradimuka, ia  juga takut tidak mampu menahan godaan untuk berbuat kerusakan. Ia khawatir bahwa kekuatan Dewata dapat mempengaruhi manusia untuk melakukan apa saja tanpa ada penentangan dari yang lebih lemah. Jika ia menggunakan kekuatan tersebut bukan dalam keadaan terdesak dan musuhnya bisa dikalahkan tanpa kekuatan super, ia merasa tidak berbeda dengan Pahlawan dan Ksatria korup di Frankania yang sangat dibencinya.

Sejak ayah angkatnya meninggal akibat kecerobohan pahlawan korup yang arogan. Morningstar setiap hari membunuh orang demi mendapatkan uang di daerah kriminal sebagai tentara bayaran dan hasilnya diberikan ke orang miskin. Dengan pengetahuannya di bidang teknologi, ia menciptakan perangkat Kostum Komodo Dragonastro—sebuah alter ego Ksatria Kegelapan bertopeng untuk mengalahkan para Pahlawan Frankania.

Wisanggeni mempelajari Mantra, Ajian, dan Astra menggunakan Kundala Pancasona, atau yang biasa disebut Gulungan Pancasona. Ini adalah sebuah alat berteknologi tinggi berbentuk gelang di pergelangan tangan, mirip dengan Gelang Brajamusti yang dimiliki oleh Arya Gatotkaca. Bedanya, Kundala Pancasona sepenuhnya berbasis teknologi, bukan supranatural. Dalam Kundala Pancasona tersimpan data hologram berupa lempengan Astra, Ajian, dan Mantra.

Gelang hologram mustika Kundala Pancasona yang dirasuki Sukma Dewa kematian pemakan Pandawa yaitu Batara Kala yang dibunuh Wisanggeni menjelang Bharatayuda agar tak menganggu terjadinya perang,membuatnya bisa membunuh siapa saja tanpa menyentuh hanya dengan mengetahui wajah dan nama asli target pembunuhannya.

Kundala Pancasona juga dapat digunakan untuk memanggil kekuatan dari senjata. Contohnya adalah Gada Inten, yang merupakan pemberian kakeknya, Sang Hyang Wenang, dan digunakan untuk membunuh Batari Durga. Ia memiliki Keris Putra Fajar atau Keris Lucifer yang didapatkannya dari keluarga vampir. Senjata terkuatnya adalah Gada Inten, pemberian kakek buyutnya, Sang Hyang Wenang, untuk membunuh Batari Durga.

Ketika menginjak usia 18 tahun, Morningstar De Robespierre berubah menjadi Wisanggeni seutuhnya dia kini memiliki kekuatan kawah Candradimuka dan dewa api Brama yang mengalir di nadinya, tepat ketika segel Bramageni yang diberikan orangtuannya untuk membatasi kekuatan dan amarah titisan Wisanggeni di dalam tubuhnya yang terlalu besar dan berpotensi menghancurkan dunia akhrnya memudar, 

Wisanggeni awalnya takut dengan perubahan fisik dan kekuatannya, dia menjadi manusia super yang paling dia benci dan dia sumpahi akan hancurkan. Sampai dia mengendalikan kekuatan dan bersumpah untuk tidak menggunakan kekuatan supernya Kawah candradimuka jika musuhnya masih bisa dilawan dengan teknologi canggih dan keadaan tidak mendesak.

Karena kami imigran gelap. Kami tinggal di provinsi Azazelian yang terbelakang.Aku harus menaiki kereta cepat untuk ke pusat kota di luar Azazelian hanya agar bisa Universitas, mencari ilmu dan petunjuk untuk menghidupkan kembali Elara yang telah menjadi batu kristal.Di dalam kelas yang terletak di salah satu gedung sekolah elit di pusat kota, suasana terasa tegang. Anak-anak duduk di bangku masing-masing, berbicara dengan berbisik dan saling bertukar tatapan sinis. Di sudut ruangan, seorang anak aneh duduk sendirian dengan kepala tertunduk,s Saat kami pertama kali bertemu dengannya, ia berusaha menyembunyikan dirinya dari tatapan-tatapan tajam yang seolah menghakimi.

Aku merasa aneh. Aku, Pangeran Peter, dan Putri Wendy semuanya adalah ras penyihir dari Azaroth, tetapi kami diizinkan mendaftar di Akademi Asosiasi Pahlawan Republik Frankania yang setara dengan universitas di dunia nyata dan dipenuhi manusia setengah dewa. Aku berpikir Frankania sangat rasis terhadap orang asing, apalagi kami kini tinggal di Provinsi Azazelian yang terbelakang. Hal yang membuatku bingung adalah mengapa anak itu sampai dibully. Aku rasa agak aneh jika dia dibully hanya karena tinggal di Azazelian. Aku berharap aku bisa menjadi temannya.

Sekelompok anak yang duduk di barisan depan saling berbisik, suara mereka samar namun cukup jelas terdengar di telinga anak aneh itu. “Jangan dekat-dekat dengan anak itu,” ujar seorang anak laki-laki dengan nada mencemooh. “Dia seorang boonles. Tak punya kekuatan Dewata apapun.”

Teman-temannya mengangguk setuju, wajah mereka penuh ekspresi jijik. “Dia pasti dibenci para dewa. Lihat saja, dia berasal dari provinsi Azazelian, wilayah Forsaken Realms yang terkenal terbelakang dan penuh iblis.”

Satu anak perempuan melanjutkan, “Bagaimana bisa sampah masyarakat yang penuh dosa seperti dia bisa berada di sekolah ini bersama kita? Ini tidak adil.”

Sementara itu, anak itu mencoba mengabaikan mereka, tetapi jelas terlihat dari tatapannya yang suram bahwa kata-kata itu mengganggu hatinya. Dia menggenggam erat buku catatannya, seolah berusaha mencari kenyamanan di dalamnya.

Aku duduk di bangku di dekatnya, merasa tak nyaman dengan situasi ini. Rasanya seperti ada tembok tak terlihat yang memisahkan Morningstar dari semua orang di kelas ini. Mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang kotor dan tidak layak, tanpa memberi kesempatan untuk melihat siapa dirinya sebenarnya.

Satu hal yang aku tahu adalah, meskipun dia direndahkan dan dicemooh, Morningstar tetap berusaha bersekolah dengan penuh ketekunan. Mungkin dia tidak punya kekuatan Dewata, tapi aku yakin dia memiliki kekuatan dalam dirinya sendiri. Dan suatu saat nanti, dia akan menunjukkan bahwa dia lebih dari sekadar label yang ditempelkan pada dirinya. 

Dengan perasaan campur aduk, aku menatap Morningstar  yang masih duduk dengan kepala tertunduk, dan berdoa agar suatu hari nanti dia bisa menemukan cara untuk membebaskan dirinya dari semua kebencian dan prasangka yang mengelilinginya.

Di bawah langit yang memerah oleh matahari sore, Aku melangkah keluar dari sekolah, diikuti oleh teman-temanku, Pangeran Peter dan Putri Wendy. Kami saling berbicara, tertawa ringan, dan sesekali saling menggoda.

Di ujung jalan yang sepi, Aku melihat anak aneh tadi yang bernama Morningstar De Robespierre, seorang anak yang tadu menjadi korban bully, sedang berdiri sendirian. Morningstar tampak lelah dan sedih, matanya memandang tanah. Aku merasa hatiku bergetar melihatnya, meski aku tidak berani mendekati atau membantu saat itu.

Saat kami berjalan pulang, Peter tiba-tiba berbisik, "Lihat itu, Morningstar lagi. Kasihan sekali dia."

Wendy mengangguk, "Aku tahu. Aku juga sering melihat dia di-bully."

Aku menatap Morningstar dengan rasa simpati yang mendalam. "Kita harus melakukan sesuatu," kataku dengan ragu. "Mungkin kita bisa berteman dengannya."

Peter dan Wendy setuju dengan gagasan Tesla. Mereka menghampiri Morningstar, yang kini tampak terkejut melihat kedatangan Kami. Aku memulai percakapan dengan lembut, "Hai, Morningstar. Kami lihat kamu sendirian di sini. Aku Tesla, ini Peter dan Wendy. Bolehkan kami menemanimu pulang?"

Morningstar memandang mereka dengan mata yang sedikit ragu, tapi kemudian wajahnya sedikit cerah. "Oh, terima kasih. Aku… sebenarnya tidak punya banyak teman."

Setelah beberapa obrolan ringan dan tawaran persahabatan, Morningstar mengundang kami ke rumahnya sebagai tanda terima kasih. Kami mengikuti Morningstar melewati gang-gang kecil hingga sampai di sebuah rumah yang mirip kastil Drakula tapi hangat.

Di dalam rumah, Morningstar menghidangkan minuman dan camilan kecil. Suasana menjadi lebih nyaman saat kami mulai berbincang dan mengenal satu sama lain lebih dekat. Aku, Peter, dan Wendy merasakan bagaimana kehadiran kami bisa membuat Morningstar merasa lebih baik, dan kami semua sepakat bahwa ini adalah awal dari persahabatan baru yang berarti.

XXX

Almarhum Ayah Morningstar, Arjunbroglie De Robespiere, mengetahui putarannya sangat menyukai kisah pewayangan Jawa. Oleh karena itu, ketika Morningstar berusia tujuh tahun, Ayahnya memberinya sebuah buku berjudul Babad Wisanggeni. Buku ini konon berisi kisah lengkap pewayangan Jawa dan sejarah umat manusia. Buku tersebut terbuat dari daun lontar dan bersampul lapis emas murni dengan ukiran khas Candi, serta memiliki simbol Gada Inten Wisannggeni di sampulnya. Judul buku ditulis dalam huruf Latin dengan judul Babad Wisanggeni, sementara isi halaman buku tersebut menggunakan aksara Jawa kuno atau Kawi, bahasa kuno yang sudah lama hilang setelah Nusantaradwipa ditaklukkan oleh bangsa Eropa dan bangsa-bangsa dari benua lain.

Orang-orang Jawa yang melarikan diri ke seluruh dunia untuk menghindari penjajahan telah melupakan bahasa Jawa Kuno, apalagi aksara Kawi ini. Tak ada satupun yang memahami aksara Kawi, bahkan orang-orang Jawa yang melarikan diri mengubah nama mereka menjadi nama Latin dan Eropa akibat pengaruh penjajahan. Bahkan Morningstar, keturunan raja besar Parikesit, kini memiliki nama Eropa di depannya. Karena itu, tak ada yang bisa menerjemahkan dan memahami arti buku Babad Wisanggeni. Namun, Ayahnya menyatakan bahwa buku tersebut adalah peninggalan dari nenek moyang mereka, sebuah pusaka keluarga, dan meminta Morningstar untuk menjaganya dengan baik, sambil mengelus kepala Morningstar kecil dengan penuh kasih. Meskipun Morningstar tidak dapat membacanya saat itu, Ayahnya yakin bahwa suatu saat nanti Morningstar akan mampu memecahkan isi buku tersebut dan menerjemahkannya ke bahasa Latin, bahasa Republik Frankania.

Setelah membaca buku itu dan menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa yang menimpanya, Morningstar menyadari bahwa buku tersebut ditulis oleh Resi Abiyasa, seorang bijaksana yang juga menceritakan kisah perang Bhratayuda dan dipersembahkan kepada Parikesit, yang menggantikan Pandawa Yudistira sebagai raja Hastinapura. Buku tersebut diwariskan hingga ke anak cucu setelah bangsa Nusantaradwipa melarikan diri ke seluruh dunia setelah Hastina ditaklukkan bangsa lain. Keturunan Parikesit tetap memegang buku itu, namun karena aksara Kawi, bahasa Jawa kuno, terlupakan, Ayah Morningstar lupa bahwa dirinya adalah keturunan Parikesit, seorang Raja Hastina. Karena tidak bisa membaca isi buku tersebut, Ayahnya menganggapnya sebagai buku tua berdebu pemberian kakeknya.

Morningstar kini yakin bahwa kisah-kisah pengantar tidur menakjubkan yang diceritakan Ayahnya ketika dia masih kecil tentang bagaimana Bima mencari Tirta Amerta dan terbunuhnya Gatotkaca dengan senjata Kuntawijayadanu bukanlah fiktif belaka. Dulu, Nusantaradwipa pernah berada di puncak kejayaannya, namun karena merasa tidak ada yang mampu menandingi kekuatan militernya, mereka malah berperang saudara.

Bukti-bukti Perang Bharatayuda meliputi Kota Hastinapura di Jawa Tengah Nusantaradwipa, Kota Dwarka yang tenggelam di Samudra Hindia akibat kutukan Gandari, tanah merah di tengah Hutan Kalimantan bekas area pertempuran Kurukshetra, bukti arkeologis berupa armor dari perang Kurukshetra, bekas telapak tangan Bima Werkudara di Bali saat mencari Tirta Amerta, petilasan Pandawa Lima yang memakai batik di Jawa Timur, Kawah Candradimuka di Dieng, dan petilasan Gatotkaca di Desa Primonggani, Jawa Timur.

 Nusantaradwipa yang berpusat di Hastina mengalami perpecahan menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang lebih lemah akibat perang saudara lanjutan antara pengikut Pandawa dan Kurawa serta genosida terhadap rakyat Rahwana.

Manusia yang terlahir tanpa kekuatan, seperti kesaktian ajian atau anugerah Dewata, dianggap sebagai karmapala dari kehidupan sebelumnya. Mereka dianggap pantas menderita dan didiskriminasi atas kejahatan yang mereka lakukan di masa lalu sebelum reinkarnasi.

Sistem kasta yang dianut oleh komunitas Nusantaradwipa di Frankania sangat ketat. Orang yang berkasta Sudra yang terlahir tanpa kesaktian bisa dipukul hingga mati hanya karena makan di depan orang berkasta atas. Mereka terkadang dianggap tak boleh disentuh dan lebih rendah dari binatang karena dianggap jahat di kehidupan sebelumnya.

Hal ini diyakini sebagai bentuk penebusan dosa agar mereka tidak terlahir ke kasta rendah lagi, melainkan mencapai moksha. Semua itu sebenarnya hanya merupakan pembenaran buatan para Brahmana dan Ksatria untuk menjaga kemurnian ras mereka dari rakyat jelata berkasta Sudra dan Waisya. Mereka sendiri yakin bahwa posisi mereka sebagai pemilik kekuatan dan berada di posisi atas bukan karena Dharma, melainkan karena mereka secara inheren lebih unggul karena diberkati oleh dewa.

Batara Semar Ismaya yang merupakan pamong Para Ksatria Seperti Sri Rama dan para Pandawa bersama para punakawan yang merupakan murid sebangsanya, memang berpenampilan merakyat dan bersahaja, mereka berpakaian sederhana yang mewakili sudut pandang dan suara rakyat jelata atau orang biasa.

Batara Semar melihat kehidupan kaum Sudra atau Plebs di Frankania pada zaman Kaliyuga. Semar seketika menangis putus asa mendengar perkataan sang Wisanggeni. Semar memahami bahwa dunia sudah memasuki Akhir Zaman atau Kaliyuga. Dengan kata lain, bumi sudah terlalu tua. Kebaikan dan kejahatan tidak bisa dibedakan, penjahat dan pahlawan juga sulit dipisahkan. 

Bahkan, sulit menentukan mana yang benar antara Pandawa dan Kurawa.Semar  melihat diskriminasi dan penderitaan yang mereka rasakan, di akhirat zaman Kaliyuga yang mengalami krisis moral memprihatinkan bahkan lebih buruk daripada zaman Bharatayuda dulu, banyak pahlawan yang merasa kekuatan adalah segala galanya, hingga bukannya membela yang lemah mereka malah menyombong kekuatannya dan mendiskriminasi orang lemah. 

Batara Semar juga bersimpati dengan Adipati Karna yang harus menjadi musuh Pandawa yang harus berkhianat ke kubu Kurawa dari para saudara pandawanya karena diskriminasi yang dia terima karena diasuh oleh orang berkasta Sudra, kusir kereta kuda.

Halaman-halaman daun lontar terakhir Kitab Babad Wisanggeni meramalkan bahwa suatu saat nanti Sang Hyang Batara Wenang akan mengutus Wisanggeni, yang sebenarnya sudah moksa setelah mengorbankan diri demi kemenangan Pandawa, untuk berinkarnasi menjadi seorang pemuda keturunan Parikesit. Tujuan utamanya adalah mengembalikan suku-suku Nusantaradwipa yang hilang di seluruh dunia ke Hastinapura dan tanah yang dijanjikan kepulauan Nusantaradwipa, serta menyatukan Pandawa dan Kurawa dengan menegakkan Dharma dan menghukum anak cucu Pandawa dan Kurawa yang menyalahgunakan kekuatan mereka untuk menindas yang lemah. Parikesit sendiri adalah cucu Arjuna yang menjadi Raja Hastinapura. Dengan demikian, baik Wisanggeni maupun Parikesit merupakan keturunan Arjuna.

Semenjak Yudayana putra Parikesit naik takhta, nama kerajaan diganti dari Hastina menjadi Yawastina. Yudayana kemudian mewariskan takhta Yawastina kepada Gendrayana. Pada suatu hari, Gendrayana menghukum adiknya yang bernama Sudarsana karena kesalahpahaman. Batara Narada turun dari kahyangan sebagai utusan dewata untuk mengadili Gendrayana. Sebagai hukuman, Gendrayana dibuang ke hutan sedangkan Sudarsana dijadikan raja baru oleh Narada.

Gendrayana membangun kerajaan baru bernama Mamenang. Antara Yawastina dan Mamenang terlibat perang saudara berlarut-larut. Memenang akhirnya bersekutu dengan sisa sisa Keturunan dan Laskar Kurawa untuk melawan Yawastina untuk membalaskan kekalahan mereka di Perang Bhratayuda di Medan Kurusherta 

Atas usaha pertapa kera putih bernama Hanoman yang sudah berusia ratusan tahun, kedua negeri pun berdamai, yaitu melalui perkawinan,namun Perang saudara dan konflik internal dalam Kekaisaran Yawastina yang berkuasa di seluruh Nusantaradwipa tak kunjung berakhir, Genosida dan pembantaian terhadap bangsa Rhaksasa keturunan prabu Rahwana penculik Dewi sinta Yang terjadi jauh sebelum Bhratayuda karena dendam dan perang saudara lanjutan antara Kelompok Pro Kurawa dan Pro Pandawa tak kunjung berakhir

Akhirnya Kekaisaran Hastinapura atau Yawastina Nusantaradwipa runtuh dan terpecah menjadi negara kecil yang lebih lemah dan dapat dengan mudah ditaklukkan oleh jelmaan Dewa Kaisar Langit  dari Dinasti Liong Tiongkok.

Kaum Pandawa dan rakyat Nusantaradwipa sempat melakukan pemberontakan terhadap Kaisar Tiongkok namun mereka dikalahkan dan melarikan diri ke seluruh dunia untuk menghidindari Persekusi dan kerja paksa,mereka akhirnya sampai ke Amerika latin yang dikuasai Republik Frankania karena kesaktian mereka Republik Frankania yang terobsesi dengan Pahlawan atau Jawara dan Colleseum menjadikan keturunan Pandawa sebagai tentara kolonial dan Petarung di Colloseum sedangkan Imigran Nusantaradwipa yang merupakan rakyat biasa dianggap rendah dan tak berharga.

Rata rata orang Nusantaradwipa yang kabur dari Persekusi kaisar Tiongkok kabur ke Suriname Amerika latin,negara bagian Frankania untuk menjadi tenaga kerja yang murah.Suriname juga basis kekuatan para Pandawa.

Sedangkan Semar Pamong Sri Rama  bersama orang orang Klan Suryawangsa pengikut Sri Rama mengasingkan diri ke pedalaman Jawa untuk bertapa menunggu kebangkitan Tanah Nusantaradwipa dan disebut kaum Tengger.

Alasan mengapa Pandawa dapat berkuasa di kelas sosial tinggi di Republik Frankania sebagai Patricius atau bangsawan Republik tidak lepas dari perjanjian antara Prabu Ranawijaya, keturunan Prabu Parikesit, penguasa Hastina pada era pasca-Bhratayuda, dan Presiden pertama Republik Frankania, Clovis Zeus I. 

Dalam perjanjian tersebut, Clovis Zeus I mendapatkan legitimasi kekuasaan dari Pandawa sebagai pemenang Perang Bharatayuda kepada Republik Frankania setelah kaum Pandawa dan bangsa lain di Nusantaradwipa mengungsi ke Suriname, Amerika Latin, wilayah Frankania, untuk menghindari persekusi dinasti Liong Tiongkok. Menurut perjanjian, Frankania harus mengembalikan kekuasaan tersebut 500 tahun kemudian.

Saat ini, Morningstar Wisanggeni menganggap bahwa momentum yang tepat telah tiba untuk mendirikan kembali Kerajaan Yawastina atau Hastinapura baru dengan nama "Keraton Agung Sejagat Hastinapura." Mahkamah Internasional dianggap sebagai parlemen dan kekuasaan kehakiman Keraton Agung Hastinapura yang baru, sementara Pentagon berfungsi sebagai Dewan Keamanan Keraton Agung Hastinapura dan Indraphrasta.

XXX

Sejak inspektur wilhelm meninggal Morningstar tinggal bersama kakak sepupunya. Silsilah keluarga Motningstar sangat rumit kepalaku sampai pusing, tapi aku akan mencoba menjelaskannya sesederhana mungkin. Kalian boleh melewati penjelasanku kalau kalian mau, tak terlalu berpengaruh ke cerita tapi detail ini cukup penting.

Bibi Morningstar, atau ibu dari kakak sepupunya Wisanggeni Morningstar yang bernama Robbespiere de Vionna Bathford adalah titisan Dewi Kamyaka, Dewi hutan dan kesuburan. Dewi Kamyaka adalah saudara perempuan dari ibu Wisanggeni Morningstar, yang merupakan titisan Dresanala, Dewi kecantikan. Dewi Kamyaka menikah dengan Agares, dewa iblis kegelapan dari bangsa Filistin dan leluhur para vampir. Setelah menginvasi kahyangan Tengguru dan berhasil mengalahkan Batara Guru, mereka melahirkan De Vionna, yang merupakan seorang dhampir.

Sang raja vampir, ayah dari kakak sepupunya Morningstar memiliki tiga istri. Istri pertamanya meninggal 100 tahun lalu ketika melahirkan Carmilia, anak tertua di keluarga Bathford. Karena tidak memiliki anak laki-laki, ia menikah lagi dengan bibi Morningstar dari pihak ibu, seorang wanita dari ras manusia setengah Dewi Kamyaka. Namun, bibi Morningstar meninggal karena kanker setelah melahirkan janin seorang vampir. Agares , sang raja vampir, memutuskan untuk menikah lagi karena belum memiliki anak laki-laki.

Istri pertama Agares, Maria dos Palmares, memiliki dua orang anak vampir darah murni, Kevin Bathford dan Carmilia Bathford, yang merupakan saudara kembar  perempuan. Istri pertama Agares  adalah  seorang vampir yang menjadi pelayan Dewa Kegelapan Seth di Mesir. 


Dari istri keduanya, Agares menikahi seorang manusia titisan dewi yang merupakan bibi dari pihak ibu Morningstar, dan melahirkan kakak sepupu Morningstar de Robespierre yang bernama Robespierre de Vionna Bathford. Dari istri ketiganya, yang merupakan werewolf, Agares memiliki seorang anak, yaitu Dienna Lycan. Istri ketiga Agares Alucard adalah Hilda, seorang putri Werewolf. 

Hilda adalah putri Dewa Serigala Raksasa bernama Fenrir dari Nordik. Fenrir adalah anak dari Loki, dan diramalkan akan membunuh dewa Odin dalam Ragnarök, tetapi Fenrir akan mati dibunuh oleh putra Odin, Vídarr.Fenrir, salah satunya adalah mengenai tindakan para dewa yang berusaha mengikat Fenrir, yang tumbuh dengan cepat, supaya hewan tersebut tidak menimbulkan bencana. Dalam usahanya mengikat Fenrir, dewa Týr kehilangan tangan kanannya akibat gigitan sang serigala

Asahi Akirayuki memiliki dendam terhadap ayahnya Agares  dan kakaknya, Carmilia Bathford, yang meninggalkannya saat masih kecil bersama ibunya yang sedang sakit. Kakaknya meninggalkan mereka untuk berperang melindungi manusia dan mengkhianati kaumnya sendiri, bangsa iblis, dengan membunuh raja dan jenderal bangsa iblis serta menutup portal mirip Heavents Gate di Alam Iblis. Tindakan tersebut dilakukan demi menjajah dan menguasai Alam Manusia, karena ia jatuh cinta pada vampir darah murni yang berbentuk manusia, Carmilia Bathford. 

Asahi mengira kakaknya telah meninggal seperti ayahnya.Agar tak lagi diburu pemburu vampir selama puluhan tahun ia berusaha menyamarkan nama vampirnya dengan nama manusianya yaitu Asahi Akirayuki tanpa marga Bathford ,ketika masih anak anak ia tak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengalahkan iblis atau pemburu vampir

Bibi Morningstar meninggal karena tak sanggup menahan rasa sakit akibat melahirkan kakak sepupunya yang memiliki darah setengah vampir.

Vionna adalah seorang dhampir, manusia setengah vampir yang seringkali dianggap lemah karena bukan darah murni, tapi ternyata dia sangat kuat karena mendapatkan berkah sebagai titisan Dewi Bulan Yunani, Diana atau disebut juga Artemis.

Kakak sepupu Morningstar Wisanggeni yang bernama Robespierre De Vionna sangat mengerikan meski dia bukan vampir darah murni. Dia adalah seperempat titisan Dewi Olympian Bulan Diana yang dapat bertransformasi dengan energi gerhana. Selain itu, dia juga seperempat vampir bulan bangsawan utama, seperempat manusia biasa, dan seperempat keturunan Batari Dewi Kesuburan Kamyaka Laksmi.

Di dalam ruang perpustakaan yang luas di kastil Carmilla Bathford, lampu-lampu berpendar lembut dari lilin memberikan suasana yang tenang.

Ratu Carmilia Bathford yang sangat dihormati di Provinsi Azazelian adalah putri tertua Keluarga Bathford yang menjadi ratu atau kepala keluarga karena satu-satunya vampir darah murni di antara adik-adiknya yang berdarah campuran manusia atau werewolf. Dia adalah kakak tiri seayah tetapi berbeda ibu dari kakak sepupu Morningstar, Robespierre de-Vionna Bathford, seorang dhampir—setengah manusia dari saudara ibuku dan setengah vampir dari ayahnya, Raja Dewa Vampir.

Ruang tersebut dipenuhi dengan rak-rak buku tua dan aroma kertas kuno yang khas. "Aku" duduk di kursi empuk di depan meja kayu besar, di mana Carmilla, vampir yang anggun dengan rambut hitam panjang dan mata merah menyala, duduk berseberangan.

"Maafkan aku jika telah mengganggu malammu," kataku, menatap Carmilla dengan penuh harap. "Tapi aku benar-benar butuh bantuanmu. Temanku, Elara, seorang elf, telah berubah menjadi kristal. Aku harus mencari cara untuk mengembalikannya ke wujud semula. Kau tahu sesuatu tentang hal ini?"

Carmilla menghela napas, wajahnya menunjukkan ekspresi yang penuh pertimbangan. "Sayangnya, pengetahuan tentang hal-hal semacam itu di luar keahlianku. Kristalisasi bukanlah fenomena yang umum di dunia kami, dan aku tidak memiliki informasi khusus tentang cara mengembalikannya."

Wendy dan Peter, yang duduk di sampingku, saling berpandangan. Wendy, dengan rambut merahnya yang tergerai, tampak cemas. Peter, dengan mata biru tajam, menyentuh dagunya seolah sedang berpikir keras.

"Namun," lanjut Carmilla, suaranya lembut namun penuh wibawa, "aku bisa merasakan betapa besar tekadmu dan betapa pentingnya Elara bagimu. Meskipun aku tidak dapat memberikan jawaban langsung, aku ingin menawarkan sesuatu."

Aku menoleh, tertarik. "Apa itu?"

"Kau dan teman-temanmu boleh tinggal di kastilku selama kalian berada di provinsi Azazelian. Mungkin dari sini, kalian bisa mengakses pengetahuan yang lebih luas atau menemukan petunjuk yang bisa membantu misi kalian. Kastil ini memiliki koleksi buku dan artefak yang mungkin berguna."

Peter mengangguk, dan Wendy tersenyum sedikit, tampak lega. Aku merasa seberkas harapan baru muncul di dalam diri kami. "Terima kasih, Carmilla. Tawaranmu sangat berarti bagi kami."

Carmilla tersenyum lembut, lalu berdiri dengan anggun. "Silakan, jika ada yang bisa aku bantu, jangan ragu untuk meminta. Aku berharap kalian menemukan apa yang kalian cari."

Dengan itu, aku, Wendy, dan Peter mengikuti Carmilla keluar dari ruang perpustakaan, siap memulai babak baru dari pencarian kami di kastil yang misterius ini, dengan harapan bahwa di balik tembok-tebok tua dan rak-rak buku kuno, kami bisa menemukan jalan untuk menyelamatkan Elara.

XXX

Morningstar, dengan mata cerah dan polos, duduk di depan kakak sepupunya, De Vionna, yang memiliki tatapan lembut dan penuh perhatian. Mereka berdua berada di sebuah ruang kecil di sudut Forsaken Realms, sebuah tempat yang jauh dari kemewahan Noble Realms.

"Kak De Vionna," tanya Morningstar dengan penuh harapan, "orang-orang di wilayah atas pasti hidup enak, ya? Mereka pasti menjalani hari dengan hidup mewah. Orang orang diatas sana sangat sombong, berbicara dengan jahat dan memperlakukan orang layaknya keset karena dididik sejak kecil untuk meremehkan manusia yang memiliki kekuatan dewata sepertiku atau mahluk kegelapan seperti kakak  yang dianggap rendah, Kenapa kita tidak pindah ke wilayah atas saja?" Tanya Morningstar dengan mata polos pada kakak sepupunya yang lembut itu.

De Vionna menatap adiknya dengan rasa putus asa di matanya yang berkilau seperti bulan purnama. "Masalahnya tidak semudah itu. Hanya orang dengan kekuatan dewata tinggi yang dapat tinggal di wilayah atas. Ada diskriminasi yang mendalam terhadap penduduk wilayah bawah seperti kita. Meskipun kita sesama warga negara, kita dipandang rendah hanya karena kekuatan sihir kita yang dianggap rendah."

Morningstar menggenggam tangan kakaknya dengan tekad. "Kalau begitu, aku akan memutus rantai ini," katanya dengan suara penuh tekad. "Aku berjanji akan menjadi Raja Antiwira yang akan menghapuskan masyarakat superhero yang diskriminatif ini. Aku akan menjadi anti-hero yang menjadi ancaman terbesar sepanjang sejarah negara ini. Rakyat jelata dan mereka yang terlahir sebagai makhluk kegelapan tak akan lagi didiskriminasi dan diasingkan dari fasilitas pusat kota."

Dengan janji kelingking mereka yang saling terkait, Morningstar bertekad untuk mengubah nasib, menantang norma-norma diskriminatif yang telah lama mengakar, dan merintis jalan baru bagi mereka yang selama ini terpinggirkan.

Epilog:

Dengan Bifrost Heavents Gate aku berhasil menghentikan Ragnarok yang dipicu oleh Ras Reptilians yang telah mengendalikan Frankania di balik layar. Dengan menghentikan Ragnarok aku berhasil memutus portal Heavents Gate hingga Ras Reptilians tak akan mampu kembali ke Bumi Midgardcapadawipa untuk selamannya.

Sang titisan, reinkarnasi, inkarnasi Awatara, atau apapun itu—yang jelas, Wisanggeni di zaman ini mengobarkan dirinya demi perdamaian, sebagaimana Wisanggeni di masa lalu yang rela moksa demi kemenangan Pandawa di Bharatayuda  atas perintah Sang Hyang Wenang, dengan tujuan yang sama: untuk mencapai perdamaian.

Tapi, bukan kemenangan Pandawa yang baik atas Kurawa yang dianggap jahat yang dimaksud, melainkan kemenangan kebahagiaan atas kesedihan, kemenangan keadilan atas keputusasaan. Tak ada lagi tokoh jahat; semua orang bersatu demi perdamaian Bumi Midgardcapadawipa.

Setelah Morningstar Wisanggeni de Robespiere dibunuh dalam sebuah drama oleh Naradja Gatotkaca, yang bertujuan untuk menyatukan seluruh dunia melawan dirinya sendiri sebagai iblis yang sebenarnya, mereka segera mendeklarasikan perang terhadap Republik Frankania. 

Naradja Gatotkaca ingin semua orang memiliki musuh bersama, melupakan perbedaan, dan bersatu melawan Republik Frankania. Hal ini terjadi setelah mereka berhasil mengalahkan Morningstar Wisanggeni de Robespiere, sang raja iblis Candradimuka, yang tidak dapat dikalahkan oleh dewa manapun. 

Mereka menentang Imperium Republik Frankania yang kejam, yang menggunakan kekuatan dewa untuk menjajah dan menindas negara lain. Namun, kebusukan mereka terungkap saat mereka berpura-pura menjadi polisi dan pahlawan dunia, akibat data-data negara Frankania yang disebarkan oleh kaum Pandawa.

Tanpa adanya titisan Wisanggeni, perang akan berlangsung lebih lama dan penindasan Republik Frankania akan terus terjadi dalam dendam tanpa akhir. Negara-negara sekutu menuntut agar Republik Frankania dihancurkan dan membebaskan kekuatan dewa dari Ragnarok, menarik mundur pasukannya, menyerahkan sebagian wilayahnya, serta menyerahkan 5.000 artileri, 25.000 senapan mesin, 5.000 lokomotif, 5.000 truk, 15.000 gerbong, 1.700 pesawat tempur (bomber), dan semua kapal selam serta kapal perang untuk dibagi-bagikan oleh Sekutu. Selain itu, 

Republik Frankania diharuskan memberikan ganti rugi sebesar 5 miliar dolar dalam bentuk emas atau setara mulai Mei 1921. Mereka juga dilarang memiliki tank, pesawat tempur bomber, dan kapal perang. Industri perang akan diawasi secara ketat, dan Frankania hanya diperbolehkan memiliki 100.000 tentara.

Republik Frankania hancur pada musim dingin tahun 1919 akibat kekacauan yang disebabkan oleh Morningstar Wisanggeni de Robespiere, raja iblis api Candradimuka yang menguasai Frankania. Keadaan diperparah oleh korupsi kaum Patricius (bangsawan Republik) dan krisis ekonomi akibat kelelahan perang melawan Morningstar Wisanggeni de Robespiere dan pasukan iblis Candradimuka di Azazelian. 

Perjanjian ini akhirnya ditandatangani sebagai tindak lanjut dari perlucutan senjata yang ditandatangani pada November 1918. Republik Frankania dihancurkan oleh Traktat Versailles (1919), sebuah perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri Perang Dunia I dan dominasi Republik Frankania sebagai Imperium Kolonial terbesar di dunia. 

Kekalahan memalukan Republik Frankania dalam Marcapadayuda atau Perang Dunia disebabkan oleh perjanjian antara Sekutu dan Republik Frankania. Perjanjian ini menimbulkan keterkejutan dan rasa malu yang berperan dalam runtuhnya Republik, karena mereka tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam negosiasi sebagai pihak yang kalah. Pihak Frankania sempat mengirimkan protes terhadap hal-hal yang dianggap tidak adil dan kemudian menarik diri dari perundingan.

Kekejaman, diskriminasi, dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Frankania yang dianggap sebagai polisi dan pahlawan dunia terungkap. Republik Frankania dituntut untuk menghapuskan sistem kasta antara Pleb dan Patricius (bangsawan Republik) di negaranya sebagai bentuk anti-feodalisme, menghapus sistem kelas sosial antara manusia dengan kekuatan sihir manusia super dan manusia biasa, menghapus kebijakan politik Apatride, penyerahan sebagian wilayah Frankania pada tetangganya, pelepasan koloni seberang lautan, serta pembatasan pasukan militer untuk menghambat kemungkinan terjadinya perang kembali.

Perang Marcapadayuda antara tahun 1914 hingga 1919, yang disebabkan oleh terbunuhnya Cawapres Patricius Frankania Kenedy Lincolnheim oleh teroris Azazelian, sebenarnya adalah perang antara Triple Alliance, Triple Entente, dan Kadipaten Agung Azazelian yang dipimpin oleh Morningstar Wisanggeni de Robespiere. Perang ini merupakan bagian dari perjuangan panjang memperebutkan kekuasaan, dan kejadian tersebut hanya merupakan pemicu, bukan penyebab utama. 

Namun, karena Morningstar Wisanggeni de Robespiere dan pasukannya terlalu kuat, Triple Alliance dan Triple Entente bersatu melawan Azazelian. Setelah Azazelian dikalahkan melalui drama setting antara Morningstar Wisanggeni de Robespiere dan Naradja Gatotkaca untuk mewujudkan perdamaian dunia dan mempersatukan manusia di bawah musuh yang sama, Naradja Gatotkaca paham bahwa perdamaian tidak akan abadi karena sifat serakah manusia, terutama adanya Imperium kejam seperti Frankania yang menyebabkan perang, penjajahan, dan penderitaan. Karena itu, dia melakukan provokasi dan pengkhianatan terhadap Frankania, yang sebelumnya berperang bersama Triple Entente melawan Morningstar Wisanggeni. 

Naradja Gatotkaca menyatakan bahwa Republik Frankania adalah penjahat perang sesungguhnya yang mengancam perdamaian dunia sesuai rencana Morningstar Wisanggeni, yang memandang nyawanya sebagai bidak catur untuk menyelesaikan tugas titisan Wisanggeni sebelumnya dan moksa bersama sang Hyang Wenang ke kahyangan. Naradja Gatotkaca kemudian mereformasi Pemerintahan Azazelian dan Frankania agar menjadi negara demokrasi yang menghargai keadilan dan kebebasan rakyat setelah hancur akibat perang, serta memberikan pinjaman kepada negara-negara lain.




Post a Comment

Lebih baru Lebih lama